Bab 10 Jujur saja

3.3K 186 13
                                    

Aina bergegas kembali ke kelas. Ia hampir terlambat hari ini. Ia langsung duduk di sebelah Putri.
Lutfah menggodanya.

Lutfah : "Bu Jun. Begadang tadi malam?"

Aina : "Ih, gak lah. Tadi cari sarapan dulu sama Ayah Ibu."

Putri : "Begadang juga gpp kali ya, bu. Hihihi."

Aina mencubit lengan Putri.
Ustadz Nabil masuk ke kelas Aina.

"Assalamualaikum.", Semua murid memandangnya. Mata Aina melebar. Ia tidak menyangka ustadz Nabil datang ke kelasnya. "Waalaikumusalam", balas para santriwati kompak. "Hari ini ada tamu untuk mempromosikan salah satu kegiatan pelestarian lingkungan. Ada 2 mahasiswa yang akan masuk ke kelas ini. Saya harap kalian bisa mengikuti apa yang akan mereka jelaskan. Jangan berbicara sendiri, ya?" Semua mengangguk.

Dua orang mahasiswa tampan masuk ke dalam kelas. Berbadan tinggi, berambut hitam dan satunya lagi berambut sedikit coklat. Keduanya tersenyum menatap para santriwati. Para santri tak kalah takjub. Mereka tampan. Wajar bila beberapa dari mereka memerah wajahnya. Atau jantung yg berdegup kencang. Apalagi bila keduanya melempar senyuman dengan tatapan mata yg dalam.

 Apalagi bila keduanya melempar senyuman dengan tatapan mata yg dalam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Assalamualaikum. Nama saya Haikal."

Mata satu kelas tertuju. Tak terkecuali Aina. Walau ia perempuan bersuami, tak mampu ia elak bahwa makhluk mengesankan mata bisa ia lihat sedikit lama. Aina tersenyum, setelah melihat Haikal, wajahnya tiba-tiba menoleh ke arah jendela kelas. Ia dapati muka Ustadz Nabil yg sedari tadi nampaknya sedang memperhatikannya.

Ih, kan gpp cuma senyum ramah tamah.

Muka Aina tiba-tiba menjadi datar setelah ketahuan tersenyum kepada Haikal. Anak-anak santri rupanya tersihir melihat kedua mahasiswa tersebut.

 Anak-anak santri rupanya tersihir melihat kedua mahasiswa tersebut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Assalamualaikum, nama saya Fathan."
Para santri tetap tidak bergeming.
"Maaf. Apa semua lg sakit tenggorokan?"
Serempak mereka menjawab, "Tidak, mas." Fathan tersenyum. "Kami di sini ada misi khusus. Ada yang tahu?." Para santriwati diam. Berbisik-bisik. "Seminar, mas.", Jawab salah satu santriwati. "Ada lagi?", Tanya Haikal. "Cari jodoh.", Lutfah menjawab lantang. Satu kelas tertawa. Aina pun ikut tertawa. Sudut matanya masih melihat sosok Ustadz Nabil di jendela kelas.

Ustadz, jangan jatuh cinta padaku [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang