Ismi tersenyum saat menjawab pertanyaan bagaimana keseruan di pondok.
"Hmm, bukan teman-teman. Ustadz yg anterin aku itu. Ustadz Nabil."
Lita, Lutfah dan Aina memandang Ismi bersamaan. Bukan hal yang asing seorang murid kagum dengan seorang guru. Ketiganya lantas tertawa.
Ismi : "Kok ketawa?"
Lita : "Gpp gpp. Lumayan danger ya?!"
Ismi yang terheran-heran dengan ketiga temannya mulai bingung.
Lutfah : "Gak gak. Maksud kami. Hey, siapa yang gak kagum sama Ustadz Nabil? Muda, berilmu, ganteng, apa lagi? Wajar. Cuma..."
Ismi menaikkan alisnya.
Lita : "Expired, Mi. Uda ada yang punya."
Ismi : "Ha? Yaaa..."
Lutfah : "Iya uda nikah orangnya. Istrinya ni..(Aina menutup mulut Lutfah dengan memasukkan cemilan)."
Aina : "Sekedar kagum sebagai motivasi sih memang gak masalah. Selagi itu positif."
Ismi : "Wah, ada yang retak ini di sini."
Lita : "Uda, lupain. Makan dulu nih aku suapin. Nanti bakal banyak yang kece dan menarik lagi. Siap-siap ya jadi inceran."
Ismi yang lugu sembari mengunyah makanan dan tersenyum melihat teman-temannya begitu memperhatikannya.
************
Malam itu, setelah semua persiapan untuk tidur.
Di kamar Aina.
Aina : "Tadi kita ketemu Ismi di taman."
Ustadz Nabil : "Ismi? Hmm... Santri baru yang mas antar itu?"
Aina : "Iya. Gak sengaja dia main juga disitu. Terus dia bilang. Suka sama Ustadz Nabil."
Ustadz Nabil : "Ha? Suka sama mas? Ya, wajarlah. Ganteng gini masak iya ada yang nolak."
Aina : "Aku dulu menolak lho.'
Ustadz Nabil : "Ha? Iya? Nolak? Kok bisa?"
Aina : "Dalam hati sanubari yang paling dalam. Aku pingin punya pasangan yang aku pilih sendiri. Mau pilihan orang ganteng kek, kaya kek, tokek kek."
Ustadz Nabil : "Kok sedih dengarnya?"
Aina : "Ya kan dulu. Namanya juga anak-anak. Tidur ah yuk."
Ustadz Nabil membuat muka manyun. Tanda tak setuju dengan istrinya, Aina.
Aina melirik suaminya.Aina : "Kok cemberut? Udahan yuk. Sekarang kan gak gitu."
Ustadz Nabil : "Berarti gak boleh takabur ya?"
Aina : "Ya Allah..... Dicubit nih. Ayo tidur."
Aina mencubit pinggang Ustadz Nabil. Malam itu panjang karena mereka hanya bersenda gurau hingga rasa lelah dan kembali beristirahat.
***********
Pagi hari, Aina dan Ustadz Nabil pamit hendak pergi ke rumah Abah dan Umi.
Sampainya di ndalem, Ustadz Nabil dan Aina menyapa Abah dan Umi.Abah : "Jun, Ustadz Baihaqi kemarin bicara sama Abah. Kalo di pondok butuh 1 guru lagi. Gimana? Apa kita buka lowongan kerja saja?"
Ustadz Nabil : "Wah, boleh, bah. Tapi sebelumnya. Coba Jun koordinasi dulu sama Ustadz Lukman. Kita juga butuh pendapatnya."
Abah mengangguk. Ustadz Nabil meneguk teh Uwuh hangat di meja.
Abah : "Oia, Masih menunggu Aina lulus dulu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Ustadz, jangan jatuh cinta padaku [TAMAT]
General FictionGak ada yang gak mungkin dalam kehidupan. Ada kalanya kamu bisa memilih, kadang memang kamu gada pilihan lain selain menjalani. "Takdir macam apa ini?" Mungkin ini batin Aina dalam menjalani hiruk pikuk kehidupannya. Menjadi istri Gurunya sendiri de...