"Assalamualaikum."
Lita : "Lho... Waalaikumsalam."
Semuanya membalas salam.
Aina : "Masuk, silahkan duduk, mas Haikal."
Keempat santriwati yang duduk di ruang tengah nampak terkejut dengan kedatangan Haikal yang tiba-tiba.
Ustadz Nabil : "Kemarin Haikal hubungi, mas. Kalo mau sowan ke ndalem. Yasudah sekalian saja sama kalian. Sudah dua tahun kan gak ketemu? Mungkin ada proyek besar dengan kalian lepas dari pondok ini."
Haikal : "Wah iya nih. Surprise juga waktu Ustadz Nabil bilang kalo Aina istrinya sejak tahun pertama. Pantes aja pas ke rumah kok goncengan."
Lutfah : "Kita semua juga baru tahu setelah sekian lama kok, mas. Hahaha..."
Putri : "Sudah lulus ya, mas Haikal?"
Haikal : "Alhamdulillah. Baru lulus 3 bulan lalu."
Ustadz Nabil : "Sekarang Haikal itu mau ambil keguruan. Dia mau ambil sekolah lagi. Dia mau jadi Guru. Sekarang masih nyambi kerja jadi pegawai swalayan punya Bapaknya. Keren, kan?"
Lita : "Kok bisa ambil Keguruan? Gelar sarjananya gimana? Terus gak nanggung uangnya?".
Aina : "Kamu nanya kayak istri aja, ta."
Semua tertawa.
Haikal : "Ya gpp kl mau jadi istriku."
Semuanya diam. Wajah Lita memerah.
Lita : "Eh, mas. Urusan kita uda selesai ya?.",
Haikal : "Belum, Lita."
Ustadz Nabil : "Yaudah ayo dimakan kuenya. Nanti keburu habis dimakan sepi."
Aina : "Kok bisa mau ambil sekolah lagi, mas?!"
Haikal : "Mumpung masih muda. Maunya sih kemarin Bapak pinginnya nerusin S2. Tapi, aku pinginnya bisa luasin ilmu sanitasi ke orang-orang yang masih muda. Nha, jalur guru khususnya ilmu biologi kan bisa nih masuk ke materi sanitasi yang banyak itu. Bisa jadi kegiatan positif lah.'
Lita : "Syukur uda pada lulus kita ya."
Putri : "Hus... Kan kita sudah diajari tuh sanitasi yg benar sama olah popok."
Haikal : "Lha Lita kemarin kan gak ikut. Malah kabur karena bau."
Lutfah : "Oya? Pantas aku cari gak ada."
Ustadz Nabil : "Yasudah. Nanti kalo sudah jadi istrimu. Bisa dikarantina bau popok, ya?"
"Cieeeee....."
Lita : "Astagfirullahaladzim. Ustadz. Mbok jangan dicomblangin. Saya ndak mau nikah kalo bukan dari hati."
Ustadz Nabil : "Nikah itu dari restu orang tua."
Semua tertawa mendengar jawaban Ustadz Nabil.
Malam itu, mereka melewati malam yang tak biasa. Menghabiskan banyak pengalaman tentang cita-cita dan hal baik lainnya.
*********
Seminggu kemudian. Ujian akhir berlangsung. Selama satu minggu para. Santriwati kelas akhir mengikuti serangkaian tes. Baik dari pondok atau pun ujian nasional. Aina yang sementara selama ujian tinggal di rumah Abah.
Hari terakhir saat itu membuat semua santri merasa lega. Aina kembali ke ndalem. Sore itu, ia benar-benar ingin istirahat.
Setelah masuk, ia berjalan saat Umi akan keluar.
Umi : "Aina. Sudah makan, nak?"
Aina : "Sudah, Umi. Tadi sama santri lain."
Umi : "Sudah sekarang istirahat, ya. Nanti malam jadwal ke dokter kan? Umi antar ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Ustadz, jangan jatuh cinta padaku [TAMAT]
General FictionGak ada yang gak mungkin dalam kehidupan. Ada kalanya kamu bisa memilih, kadang memang kamu gada pilihan lain selain menjalani. "Takdir macam apa ini?" Mungkin ini batin Aina dalam menjalani hiruk pikuk kehidupannya. Menjadi istri Gurunya sendiri de...