"Mbak"
Gudang yang semula ia temui sepi tak ada orang, Tiba-tiba dikejutkan dengan munculnya sebuah suara. Suaranya agak berat. Aina pelan-pelan menoleh ke belakang, arah sumber suara.
Ia melihat seseorang sedang berdiri. Seorang santriwati. Matanya teduh. Ia menatap Aina. Aina pun menatapnya.
"Gimana mbak tahu itu saya?"
Aina : "Kaki temanmu."
Seketika seorang santriwati yang satu kakinya sedikit pincang muncul di depan Aina. Rupanya ia juga bersembunyi. Wajahnya ketakutan.
Aina : "Ikut saya."
Wajah Aina nampak serius mengajak keduanya. Kini mereka bertiga duduk di kantor Ustadz Nabil.
Aina : "Saya sudah minta ijin kepada Ustadz Nabil yang sekarang mengajar di kelas kalian."
Keduanya menunduk.
Aina : "Nama kamu?"
Keduanya nampak malu menjawab.
Aina : "Gak usah khawatir. Saya masih belum kasih laporan ke BK terkait surat kemarin. Saya hanya jembatan pertama untuk... Nama?"
"Weni, mbak."
Aina : "Dan...."
"Rila, mbak."
Aina : "Oke, Weni dan Rila. Kenalkan, saya Aina. Saya tidak ingin mendengarkan dulu apa yg terjadi. Saya hanya ingin menjadi teman kalian."
Weni dan Rila nampak kaget. Mereka tidak dicerca oleh beribu pertanyaan.
Aina : "Saya malah ingin kalian membantu saya."
Weni : "Membantu? Maksudnya, mbak?"
Aina : "Saya sedang punya proyek pentas karya sebelum masa liburan. Ada drama, lomba syair dan mading."
Weni dan Rila saling memandang.
Rila : "Kenapa kami, mbak?"
Aina : "Karena saya butuh Santriwati berani yang datang ke gudang di saat Santriwati lain gak berani. Ini poin lebih menurut saya. Kalian bisa?"
Weni : "Aaa .. gitu. Jadi, kami bisa bantu apa, mbak Aina?"
Aina : "Weni bisa membantu menyiapkan kebutuhan drama dan juga membantu saya mengatur tema tata panggung. Nha, Rila bisa jadi pengawas saat lomba mading juga memastikan properti yang keluar gudang, ya?"
Weni dan Rila tersenyum. Mereka mengangguk pada Aina. Aina menjanjikan pertemuan besok setelah diniyah selesai. Keduanya pamit, sedang Aina kembali ke ruang BK dan memberitahu rencana yang akan membuat Weni bercerita tentang apa yang terjadi. Semua pengawas BK setuju dengan ide Aina.
***********
Keesokan harinya, Weni dan Rila sudah berada di gedung serbaguna Pondok. Aina datang dengan Ustadzah Heni, salah satu Guru Pengajar. Aina membawa catatan dan beberapa keperluan properti tema.
Aina : "Weni dan Rila, sebentar lagi beberapa santri akan datang untuk membantu. Kalian bisa mengkoordinasikan beberapa tugas dari catatan yang saya bagi ini. Kalian bisa membagikannya secara langsung. Lakukan ralat kecil sebagai tim untuk kerja sama kalian. Saya dan Ustadzah Heni akan mengawasi tata panggung dan persiapan lain oara santriwati yang sedang latihan di kelas sebelah. Bisa saya tinggal?"
Weni dan Rila mengangguk. Aina meninggalkan mereka selagi beberapa orang datang untuk membantu. Sesekali Aina mengecek pekerjaan Weni dan Rila. Keduanya nampak serius dalam mengerjakan tugasnya. Rila yang bergegas ke kelas Bahasa untuk memastikan peralatan mading juga nampak akrab dengan santri lainnya. Ia bahkan dituntun untuk berjalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ustadz, jangan jatuh cinta padaku [TAMAT]
General FictionGak ada yang gak mungkin dalam kehidupan. Ada kalanya kamu bisa memilih, kadang memang kamu gada pilihan lain selain menjalani. "Takdir macam apa ini?" Mungkin ini batin Aina dalam menjalani hiruk pikuk kehidupannya. Menjadi istri Gurunya sendiri de...