Bab 21 Hari terhalu

3K 175 1
                                    

"Aina, beli daun bawangnya berapa?", Tanya Ustadz Nabil kepada Aina sambil memilih daun bawang.

"Dua ribu aja, mas.", Jawab Aina.

"Dua ribu ya, mas.", Kata Ustadz Nabil kepada pedagang sayur.

Pagi itu, Aina dan Ustadz Nabil berbelanja di pasar dekat rumah untuk keperluan harian.

Setelah selesai berbelanja, mereka berjalan kaki ke rumah.

Ustadz Nabil : "Tadi di pasar kayaknya ada santriwati pondok. Siapa ya namanya? Kok lupa mas. Padahal tadi dia kasih salam, lho."

Aina : "Kok gak ditanya?"

Ustadz Nabil : "Lupa juga tadi pas milih bayam."

Aina : "Yasudah gpp. Yang penting kan gak ketemu aku. Semoga gak tahu kita jalan berdua. Eh. Ngomong-ngomong, kenapa sih kita gak open aja sama santriwati kalo kita suami istri?"

Ustdaz Nabil : "Belum saatnya, Aina. Banyak mudharatnya. Nanti dipikir kamu anak emas di pondok. Nilai-nilai jadi bagus karena mantu Abah. Belum lagi dikasih keistimewaan, makannya bisa di ndalem bla bla bla."

Aina : "Walau aku gak mungkin gitu. Gak tahu pikiran orang, ya mas?"

Ustadz Nabil mengangguk sambil tersenyum.

Mereka pulang, menata bahan-bahan di dalam kulkas dan tempat bumbu di tempat kering. Ibu dan Aina mulai menyiapkan sarapan.

2 jam berlalu setelah kegiatan pagi.

Tok tok tok...

"Assalamualaikum."

Aina membuka pintu.

"Ainaaaaa......"

Aina : "Lita !!!", Aina sengaja menaikkan suaranya agar Ustadz Nabil mendengarnya.

Ni bocah ngapain ada di sini, ya Allah?

Ustadz Nabil pamit Ibu untuk ke kamar. Bergegas ia sedikit berlari.

Aina mempersilahkan Lita masuk dan duduk.

Aina : "Kok bisa tahu rumahku?"

Lita : "Iish, lupa ya? Kan awal kita kenalan waktu masuk pondok dulu kita tulis biografi di buku Putri. Lengkap dengan kelurahan sama kecamatan."

Aina menepuk jidat.

"Gustiii."

Lita : "Putri on the way by the way, sayang."

Aina : "Astagaa...."

Lita : "Kayak gak suka gitu kamu dengan kita kemari." Lita memanyunkan bibirnya.

Aina : "Ih, mana ada. Seneng lah. Serprais banget. Gada janjian gitu kayaknya."

Putri : "Dasar lupa deh. Gak fokes sih. Kita uda bilang liburan mau main ke rumah Aina biar bisa kenalan sama kakak ipar.

"Assalamualaikum, ukhti." Putri tiba-tiba muncul di depan pintu.

"Waalaikumsalam.", Aina dan Lita menjawab salam bersama. Aina dengan muka sedikit memelas mempersilahkan Putri masuk.

"Eh, tamu Aina. Ini tadi ibu bikin gado-gado sama jelly leci. Ibu siapin ya. Eh, mana Jun?", Ibu yang mendengar riuhnya perbincangan Aina dan lainnya sengaja menyapa semuanya.

Aina : "Aaa, itu. Barusan keluar. Ada perlu sama temannya."

Lita & Putri : "Yaaaa.... gagal deh ketemu."

Aina tertawa tipis. Meringis tanda hampir ketahuan.

Aina : "Lutfah gak ikutan ke sini?"

Putri : "Ke Surabaya katanya. Besok balik. Main kesini. Yeeey, main lagi kesini. Yeeey, kudapan. Makasih, Ibu. Eh, belum Salim." Putri berdiri disusul Lita untuk mencium tangan Ibu selagi Ibu selesai menaruh dua piring gado-gado dan semangkuk kecil jelly leci ke meja tamu.

Ustadz, jangan jatuh cinta padaku [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang