Bab 23 Tidak terduga

3K 163 0
                                    

Sore itu, Aina dan Ustadz Nabil duduk di teras depan rumah. Ayah dan Ibu sedang pergi ke pertemuan warga.
Aina menyiapkan 2 teh kayu manis hangat dan pisang goreng kesukaan Ustadz Nabil.

Ustadz Nabil membaca koran dan sesekali melihat bunga di taman depan rumah.

Aina :  "Mas… "

Ustdaz Nabil : "Ya?"

Aina : "Mas marah ya sama Aina?"

Ustdaz Nabil : "Marah kenapa?"

Aina : "Kejadian pagi tadi di toko kue."

Ustdaz Nabil : "Marahnya, gak. Kaget iya."

Aina : "Maaf."

Ustdaz Nabil : "Mas yang harusnya meminta maaf. Bukan begini caranya meminta ijin sama istri. Maaf ya, Aina."

Aina : "Kenapa ya? Penasaranku makin besar sama mas Jun? Gak nyangka tadi kok ada yang warna bajunya sama dan duduk sama perempuan."

Ustdaz Nabil : "Andai benar. Kamu mau ngapain saat itu?"

Aina : "Biar teman-teman yang urusin. Paling mas Jun digebukin."

Ustdaz Nabil : "Uhuk uhuk…. Duh. Bisa babak belur ini."

Aina : "Kalo tiba-tiba Allah panggil Aina duluan. Mas Jun bakal nikah lagi?"

Ustdaz Nabil : "Nikah lagi? Hmm… seru kayaknya ya?"

Aina diam. Menunduk ia dalam-dalam. Ada setitik air mata yang akan jatuh dari bola matanya. Ustdaz Nabil menangkap aura kesedihan istrinya. Ia membalikkan badannya agar bisa melihat Aina. Ia pegang tangan Aina.

Ustdaz Nabil : "Semoga Allah panjangkan umur kita dan berkah. Agar tidak ada pernikahan setelah satu ini (Aina melihat Ustadz Nabil) Tapi andai kata Allah beri jalan lain. Biar Allah yang tuntun jalan itu sendiri."

Aina : "Kalo Aina…"

Ustdaz Nabil : "Begini… maaf mas potong. Mungkin dari sini kita belajar untuk mengerem janji pada diri sendiri. Mengapa? Karena kita tidak akan tahu. Siapa diantara kita yang dipanggil Allah terlebih dulu. Kita jalani dulu aja waktu hari ini. Waktu yang ada. Selebihnya. Biar kita ikut dan yakin takdir Allah dengan memaksimalkan keputusan yang baikk yang akan kita buat. Semoga, tak ada andai siapa diantara kita yang pergi duluan. Semoga di usia senja."

Aina : "Pasti deh gitu."

Ustdaz Nabil : "Eh, gitu gimana?"

Aina : "Pinter diplomatik."

Ustdaz Nabil : "Kamu mau jawaban gimana? Mau mas nikah lagi?"

Aina : "Gak tahu."

Ustadz Nabil : "Tuh kan bingung."

Aina : "Ya paling, gak kan…."

Ustdaz Nabil : "Aaaa… mas tahu. Semoga gak nikah lagi. Mas uda cinta mati sama kamu, Aina. Gitu?"

Aina memakan pisang goreng tanpa memperdulikan suaminya. Ia terlanjur bad mood.

Ustdaz Nabil : "Perempuan itu memang susah ditebak ya? Apalagi setelah menikah."

Aina : "Laki-laki itu gak peka ya? Apalagi setelah punya istri."

Keduanya menghela napas panjang.

Ibu dan Ayah baru datang. Melihat kedua anaknya duduk di teras depan.

Ayah : "Asik bener. Ayah disisain, gak?"

Aina : "Ada kok, Yah. Mau Aina ambilin?"

Ayah : "Gak usah. Ayah ambil sendiri. Masak yang muda aja yang bisa punya waktu pacaran. Ayok, Bu. Kita nonton kuis Tebak Kata."

Ustadz, jangan jatuh cinta padaku [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang