Bab 12 Mari memulai

3.3K 181 1
                                    

(Garasi rumah Haikal)

Beberapa detik yg lalu Aina yang ketakutan akan kecoak dan jatuhnya cicak di punggung Ustadz Nabil adalah sebuah kejadian memalukan diantara keduanya.

Ustadz Nabil yang masih memeluk Aina nampak canggung. Dan Aina rupanya barusan sadar kalau ia memang melakukan hal yang di luar dugaan.

Keduanya lalu saling melepas pelukan. Sadar bahwa walau dibolehkan, ini tetap masih sebuah rahasia dulu. Apalagi bila ada orang yang melihat. Terlihat cicak dan semut saja muka mereka mendadak memerah.

Aina : "Hmm.. maaf, Ustadz. Saya tidak sengaja. Reflek saya kaget."

Ustadz Nabil : "Takut?."

Aina : "Hmm... Kalo kecoak memang saya jijik. Takut mah sama Alloh, ya?. Terus cicak tadi..", balas Aina sambil sedikit tersenyum tanda meledek suaminya.

Ustadz Nabil : "Aa.. itu..."

Haikal masuk dengan tergesa-gesa.

Haikal : "Maaf, Ustadz. Agak lama. Tadi dipanggil ibu."

Haikal meletakkan beberapa box lalu membukanya. 40 menit lebih berkutat dengan proyek sanitasi sebagai persiapan di Pondok esok hari.
Haikal mengajak Ustdaz Nabil dan Aina ke ruang tamu. Jajanan dan teh hangat tertata rapi dan tertutup di meja. Ketiganya berbicara sambil menikmati kudapan yang telah disiapkan ibu Haikal.

Aina : "Mas Haikal. Numpang ke kamar mandi, ya?"

Haikal : "Aa.. ayo saya antar."

Ustadz Nabil : "Masuk kamar mandi?"

Haikal : "Ya? Hahaha.... Ya gak lah, Ustadz." Sambil berdiri dan berjalan menuju ke belakang diikuti Aina.

Haikal kembali duduk menemani Ustadz Nabil.

Haikal : "Eh, Ustadz. Kok Aina bisa pulang ke rumah? Bukannya santriwati mondok itu nginap ya?"

Ustadz Nabil : (sedikit terbatuk) "Oh, itu. Aina kan ibunya sedang sakit. Jadi dia minta ijin pulang ke rumah untuk menemani. Besok dia di pondok."

Haikal : "Oo, begitu. Manis juga ya, Ustadz? Kalo saya sama dia menurut Ustadz gimana?", Haikal menunjukkan senyum kepada Ustadz Nabil.

Ustadz Nabil : (terbatuk-batuk) "Ya ampun. Pertanyaanmu, Haikal. Kaget saya. Sama siapa pun nantinya, Allah ridho, pasti cocok. Tergantung kitanya sebagai laki-laki. Wajib tanggung jawab."

Haikal : "Ustadz sendiri sudah menikah apa belum?!"

Ustadz Nabil : "Alhamdulillah, sudah."

Haikal : "Wah... Kapan-kapan saya bisa dong ya silaturahim ke rumah Ustadz?!"

Ustadz Nabil : "Silahkan. Jadi kalo belum menikah gak ke rumah?"

Haikal : "Ya gak dong, Ustadz. Insya Allah saya main ya."

Aina keluar kamar mandi. Depan kamar mandi adalah dapur yang lumayan besar. Ibu Haikal nampaknya sedang berada di dapur. Aina dan Ibu Haikal berpapasan.

Aina : "Permisi, bu. Terima kasih jamuannya."

Ibu Haikal : "Iya, nak. Namanya siapa?"

Aina : (mencium tangan Ibu Haikal) "Saya Aina, bu."

Ibu Haikal : "Duh, cantik, santun. Lepas pondok mau kemana? Lanjut kuliah?"

Aina : "Saya belum tahu, bu."

Ibu Haikal : "Atau menikah?." Ibu Haikal tersenyum. "Semoga Haikal berjodoh ya sama Aina."

Aina : (tersenyum) "Saya pamit ke depan ya,bu." Aina Menghela napas panjang.

Ustadz, jangan jatuh cinta padaku [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang