Bab 16 Dua Sesak

3.2K 188 2
                                    

Ruang tamu nampaknya sedikit suram. Harusnya tidak, batin Aina. Ia kenal keduanya. Namun tidak suami dan tetangganya itu.

Aina : "Nha, Mas Jun. Ini Mas Ayub. Tetangga Aina di blok D. Mas Ayub, Ini Mas Jun, suami Aina."

Ayub : "Apa? Nikah?"

Ustdaz Nabil : "Ooo, tetangga. Saya Nabil." Sambil menyodorkan tangannya kepada Ayub.

Ayub : "Saya Ayub. Penjaga Aina dari kecil."

Ustdaz Nabil : "Penjaga?"

Aina : "Mas Ayub ini kakaknya sahabatku, Mas Jun. Aina sama Fitiya dulu sering diajak liburan sama Mama Papa Mas Ayub dan Dewita."

Ustadz Nabil : "Ooo begitu."

Aina : "Aina bikin minum dulu ya."

Ayub memperhatikan Ustadz Nabil. Dilihatnya pria itu dari kepala hingga kaki. Tak terkecuali Ustadz Nabil. Ia juga melihat Ayub seakan-akan sedang menilai teman pria Aina yang satu ini.

Tampan", gumamnya. "Apa dia orang kaya? Kenapa dia menikahi Aina padahal Aina masih sekolah?" Matanya bergerak namun tidak mulutnya. Tak kalah perhatian. Ustdaz Nabil pun melihat Ayub.

"Kee..." Keduanya berkata bersamaan.

Ustdaz Nabil : "Silahkan", Ustadz Nabil mempersilahkan Ayub berbicara terlebih dahulu.

Ayub : "Kenal Aina dimana?"

Ustadz Nabil : "Hmm, di sekolah."

"Sekolah? Apa dia senior Aina? Kenapa mereka menikah saat sekolah? Apa Aina? Ya Tuhaaaaan..... Aina."
Begitu batin Ayub.

Ayub : "Pasti Ayah Ibu Aina sangat terpukul." Raut wajah Ayub nampak bersedih.

Ustadz Nabil : "Terpukul? Kenapa terpukul?"

Ayub : "Apa kamu orang kaya?"

Ustadz Nabil : "Sama sekali tidak kaya."

Ayub : "Keseharian saat ini apa?"

Ustdaz Nabil : "Sekolah."

Ayub semakin sedih. Jawaban Ustadz Nabil membuatnya berkesimpulan lain. Mungkin Aina hamil di luar nikah. Ia tak sanggup berkata apa-apa.

Aina datang dengan tiga cangkir di nampan.

Ayub : "Aina, saya pamit dulu deh."

Aina : "Lho, baru datang minumannya. Ayo sini."

Ayub : "Lain kali ya. Keburu nih."
Ayub keluar dari rumah Aina. Aina mengikutinya.

Aina : "Mas Ayub. Heh.. Kenapa kok keburu?"

Ayub membalikkan badannya. Ia menatap Aina. Matanya berkaca-kaca.

Ayub : "Kenapa takdirmu gini sih, Aina? Andai aku lebih sering jagain kamu. Pasti gak gini kejadiannya. Sabar ya. Aku bahagia deh kalo kamu bahagia. Dijaga baik-baik. Assalamualaikum."

Aina hanya diam kebingungan.

Di dalam rumah, Ustadz Nabil baru selesai mandi.

Ustdaz Nabil : "Nanti tehnya mas minum buat buka ya."

Aina : "Gak. Aina aja, mas. Aina bikin sesuatu buat mas buka puasa nanti." Satu jam menuju magrib. Aina tengah sibuk di dapur. Sedangkan Ustadz Nabil sedang tidur di kamar.

Adzan magrib berkumandang. Aina membangunkan Ustadz Nabil untuk segera berbuka. Kini mereka sudah duduk di meja makan. Aina membuka tudung saji. Ada irisan buah semangka kuning, sayur bayam, ikan patin goreng, dadar jagung dan sambal tomat. Mata Ustadz Nabil berbinar.

Ustadz, jangan jatuh cinta padaku [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang