Happy reading💕
❣❣❣
Setelah 2 hari dirawat di rumah sakit, Icha sudah diperbolehkan pulang oleh Dokter karena kondisinya yang mulai stabil. Sebagai suami siaga Juna pun selalu membantu Icha dalam hal sekecil apapun semisal hanya untuk minum atau makan Juna akan membantu. Juna pun menjadi lebih possessive pada Icha, tapi Icha tidak mempersalahkan itu toh Juna seperti itu karena merasa khawatir. Icha yakin seiring berjalannya waktu Juna tidak akan terlalu possessive.
"Udah kenyang." Ucap Icha pada Juna yang sedari tadi menyuapinya.
"Masa gak dihabisin sih? Harus habis pokoknya, kamu sekarang gak sendiri sayang!" Balas Juna dengan lembut.
"Tapi udah kenyang Juna." Rengek Icha membuat Juna mau tidak mau mengalah.
"Ok, tapi aku bikinin kamu susu dan harus habis." Tutur Juna final tidak bisa diganggu gugat.
Icha hanya tersenyum dan mengangguk, terkadang Icha masih sering teringat dengan masa lalu. Teringat kala pertama kali dirinya dan Juna bertemu dulu hingga saat ini mereka bisa sampai di titik ini. Suatu titik paling berarti dan akan selalu mereka kenang hingga mereka menua bersama kelak.
Saat Juna masuk ia melihat Icha yang tersenyum sendiri membuatnya menaikan sebelah alisnya heran. Setelah meletakan susu buatannya di nakas, Juna duduk di samping Icha yang nampak melamun.
"Cha?" Panggil Juna membuat Icha langsung sadar seketika.
"Eh kenapa? Kamu ngomong apa?" Tanya Icha linglung.
Juna menyapit hidung Icha membuat sang empu memekik sakit.
"Kenapa ngelamun? Mikirin apa? Gak baik perempuan hamil banyak ngelamun, mana senyum-senyum lagi. Untung aku gak sawan." Tutur Juna seraya terkekeh. Sedangkan, Icha melirik tajam tak terima dengan penuturan Juna.
"Aku cuma keinget masa lalu kita aja, aku gak nyangka kita bisa sampai titik ini. Bahkan sebentar lagi kita akan menjadi orang tua. Aku bahagia meski banyak hal yang sempat membuat kita menjauh sesaat. Aku selalu berharap ini bukan untuk sementara tapi selamnya sampai kelak di surga." Ucap Icha sembari bersandar di bahu Juna.
Juna menatap Icha dan tersenyum, "Ya kamu benar, aku juga gak pernah nyangka Cha. Aku selalu bersyukur karena betapa beruntungnya aku bisa mendapatkan dan memiliki Bidadari seshalihah kamu. Aku tau hubungan kita masih banyak kekurangan termasuk kepercayaan. Tapi, aku berjanji pada diri aku untuk membenahi hubungan kita agar selalu kokoh dan tak akan hancur walau diterpa badai sebesar apapun. Aku juga akan belajar memperbaiki diri aku menjadi pribadi lebih baik lagi dan menjadi Imam yang bisa menuntun keluarga kita kejalan yang benar, sehingga kelak bisa berkumpul lagi di surga."
"Aamiin." Balas Icha seraya memeluk Juna dengan manja.
"Cha?" Panggil Juna.
"Hmm?" Icha mendongak menatap Juna.
"Aku ingin bertemu dengan si Brian itu." Ucap Juna membuat Icha tidak tenang.
Icha takut Juna melakukan hal buruk pada Brian, karena Icha tau Juna pasti akan mudah terbawa emosi. Icha nampak berpikir membuat Juna tetap diam menunggu jawaban.
"Aku tau apa yang kamu takutkan, aku janji gak akan apa-apain dia selagi di gak kurang ajar." Tutur Juna sembari mengelus puncak kepala Icha lembut.
❣❣❣
Sesuai permintaan Juna, Icha mengajak Brian untuk bertemu di cafe milik Juna. Seperti saat ini Brian yang kini sudah duduk di hadapan Juna dan Icha dengan tatapan tak suka ke Juna. Berbeda dengan Juna yang hanya menatap datar pada Brian, Juna akui Brian kelihatan berkelas dan berwibawa. Dan, baru Juna ingat kalau Brian termasuk salah satu pengusaha muda sukses di negaranya membuat Juna sedikit minder.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Bidadari Ku ✔
Spiritual⚠️COMPLETED ⚠️DON'T COPY MY STORY, PLEASE ⚠️SEQUEL "IMAMKU BADBOY" ******** Romace-spiritual Dear Bidadari ku Mengenal mu adalah suatu keberuntungan untuk ku, apalagi bisa menikahi mu Terima kasih telah sudi menerima ku sebagai pelengkap iman mu Te...