Happy reading💕
❣❣❣
Beberapa hari kemudian, Icha, Bunga, Lisa, dan Jeny berkumpul bersama. Keempat wanita itu sudah tau masalah yang Icha alami saat ini. Tentang Zaina yang berusaha merebut Juna darinya dan sifat Ibu mertuanya yang berubah lebih cuek. Sebenarnya Icha tidak ingin cerita, tapi keempat sahabatnya yang mendesak ini lah yang membuat Icha dengan berat hati harus cerita. Apalagi sifat Lisa yang keras kepala dan tidak mau dibantah membuat Icha menyerah.
"Heran ya Cha gue sama rumah tangga lo ada aja gangguannya, dulu si Jeny ini sekarang si Zaina Zaina itu! Pelakor perasaan banyak banget! Kayaknya gue harus hati-hati nih." Geram Lisa.
Jeny yang namanya disebut memanyunkan bibirnya, "Kok gue sih, itu kan masa lalu. Lagian gue dulu itu gak sejahat si Zaina ya."
"Sama aja." Balas Lisa jutek.
"Ih kalian berdua kenapa berantem sih. Icha itu butuh saran tau!" Omel Bunga melihat Lisa dan Jeny bertengkar.
"Dia duluan!" Ucap Jeny dan Lisa berbarengan sembari saling tunjuk.
Bunga memutar mata malas sedangkan Icha tertawa pelan seraya menggelengkan wajahnya.
"Tapi ya Cha, gimana pun juga. Kita harus kasih si Jeny ini eh maksud gue Zaina itu pelajaran biar gak seenaknya sama lo." Ujar Lisa dengan tegas.
Sedangkan, Jeny yang masih saja disebut hanya menggerutu sendiri, "Tapi yang dibilang Lisa benar Cha. Kita harus buat rencana supaya Zaina gak merebut Juna lagi." Tambah Jeny.
"Caranya?" Tanya Icha mengerutkan keningnya.
"Lo harus tegas Cha, menurut gue lo jadi cewek terlalu lembut. Jadi, si Zaina itu ngerasa lo bukan ancaman buat dia." Tutur Bunga, lalu meminum minumannnya.
Icha tersentak kala Lisa menggebrak meja, "Gue setuju sama si Bunga bangke, lo harus tegas! Lo harus keliatan berwibawa Cha, jangan mau ditindas terus!"
"Lisa! Gak usah pakai bangke!" Kesal Bunga. Tapi, Lisa hanya acuh dengan mengangkat bahunya.
"Terus ya Cha saran aku juga, kamu harus lebih manja sama Juna. Gak salah kok manja sama suami Cha, aku tau itu bukan kamu banget tapi ayolah demi mempertahankan rumau tangga kamu. Kalau Juna cinta sama kamu dia pasti gak akan keberatan kok. Aku percaya kamu ngerti maksud aku kan?" Jelas Jeny menambah ucapan Lisa.
"Gitu ya? Terus ada lagi?" Tanya Icha dengan kerutan di dahinya. Icha masih mencerna setiap saran para sahabatnya.
"Biar itu kita yang pikirin. Kamu fokus aja sama saran kita barusan dan kehamilan kamu, ingat ya jangan terlalu banyak pikiran karena itu gak baik untuk janin kamu. " Ucap Jeny yang diangguki Lisa dan Bunga.
"Btw, anak lo mana?" Tanya Lisa pada Jeny.
"Oh Syifa gue titipin di Bapaknya lah. Gue juga mau ikut main kan hehehe..." Jawab Jeny dengan cengiran khasnya.
Ya, sebenarnya empat bulan yang lalu Jeny sudah melahirkan anak pertamanya yang diberi nama Syifa. Jeny melahirkan seorang putri kecil dengan normal.
"Heran ya udah jadi ibu-ibu masih mau main. Bukannya di rumah urus anak, suami." Sahut Lisa.
Jeny menatap Lisa ketus, "Gak ngaca, lo juga udah nikah masih aja main."
"Yee... gue mah beda." Elak Lisa.
"Apa bedanya coba?!" Ucap Jeny tidak mau kalah.
"Ih udah deh kalian berisik banget sih! Iya tau yang udah pada nikah. Gue mah apa atuh masih jomblo." Celetuk Bunga dengan suara cemprengnya seraya memanyunkan bibirnya kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Bidadari Ku ✔
Spirituale⚠️COMPLETED ⚠️DON'T COPY MY STORY, PLEASE ⚠️SEQUEL "IMAMKU BADBOY" ******** Romace-spiritual Dear Bidadari ku Mengenal mu adalah suatu keberuntungan untuk ku, apalagi bisa menikahi mu Terima kasih telah sudi menerima ku sebagai pelengkap iman mu Te...