Assalamualaikum Wr.Wb
Hai, apa kabar? Semoga kalian selalu sehat di tengah wabah covid-19. Jangan main dulu keluar, lebih baik di dalam rumah saja ya...
Sebelumnya aku mau minta maaf sebesar besarnya karena udah berbulan-bulan gak update cerita. Tentu aku punya alasannya, pertama aku mau fokus sama kuliah aku, kedua aku gak bisa atur jadwal buat ngetik cerita, ketiga aku gak dapat mood buat ngetik, dan masih banyak lagi. Pokoknya aku benar-benat minta maaf lagi.
Aku gak berharap banyak cerita ini masih banyak yang baca. Aku tetap sama prinsip aku dulu, tujuan aku membuar cerita adalag menyelesaikan sampai akhir. Aku gak mau buat cerita yang ngegantung, aku mau cerita ini sampai akhir.
Maaf juga kalau cerita ini gak memuaskan kalian dan pendek. Insya'allah minggu ini atau minggu depan aku bakal update lagi. Aku janji ini mah beneran ✌.
❣❣❣
Setelah acara pemakaman tadi pagi Icha hanya melamun di kamar, Juna tersenyum saat masuk kamar dengan segelas susu untuk Icha. Lalu, Juna duduk di samping Icha yang memeluk bingkai foto yang terdapat foto Icha dan Ayahnya saat kelulusan SMA dulu. Air mata Icha kembali turun membuat Juna sigap menghapusnya.
"Minum dulu ya susunya?" Ucap Juna sembari memberikan susu itu.
Icha menggeleng menandakan ia menolak.
Juna menghela nafas, "Sayang sesedih apapun kamu, kamu harus pikirin anak yang kamu kandung. Kamu jangan egois, bagaimana pun dia juga butuh nutrisi."
Icha menatap Juna dan berganti pada susu di tangan Juna. Dengan perlahan Icha mengambil segelas susu tersebut dan meminumnya hingga tandas. Lalu, gelas kosong tersebut dikembalikan pada Juna dan Juna letakan di nakas.
Icha menyenderkan kepalanya di bahu Juna, sedangkan Juna langsung merangkul Icha sembari mengusap punggung Icha.
"Ayah udah bahagia ya Juna? Kenapa dia pergi secepat ini? Aku belum sempat buat ayah bahagia, buat ayah bangga sama aku. Apa aku udah jadi anak yang berbakti sama ayah? Apa-"
"Sstttt.... udah. Dengerin aku sayang, hidup matinya seseorang itu sudah ada yang mengatur yaitu Allah. Kalau kamu tanya apakah ayah udah bahagia, insya'allah aku yakin ayah sangat bahagia. Bagi beliau kamu itu udah jadi anak yang berbakti, aku yakin banget. Buktinya dulu waktu kita dijodohin kamu manut aja kan sama ayah, kamu gak berontak sama sekali. Waktu itu cuma aku yang menolak, sempat terlintas dipikiran aku kalau kamu adalah wanita bodoh yang mau aja dijodohin sama cowok bobrok kayak aku. Padahal aku tau kamu cantik, pintar, dan baik, kamu pantas dapat yang lebih baik dari aku, tapi buktinya sampai sekarang kamu memilih bertahan dengan semua sifat buruk aku seperti saat ini. Cha jangan berkecil hati, kamu itu sudah jadi anak terbaik dan yang paling dicintai oleh beliau. Percaya almarhum ayah juga udah bahagia di sana dan sekarang kamu yang harus bahagia." Jelas Juna panjang lebar berusaha memberi pengertian untuk Icha.
Juna tidak mau melihat bidadarinya menangis dan nampak murung, ia lebih menyukai bidadarinya yang tersenyum manis dan menampakan wajah malu-malu dengan pipi merah. Lalu, Juna tersenyum sembari berdiri untuk mengembalikan gelas tersebut ke dapur, sebelum pergi Juna menyempatkan mencium puncak kepala Icha.
"Jangan nangis terus, aku gak suka liatnya. Ikhlasin meski itu berat." Bisik Juna membuat Icha tersenyum tipis.
Lalu, Juna kembali keluar kamar berniat menuju dapur. Saat mau menuju dapur Juna berpapasan dengan Mbok Rum salah asisten rumah tangga baru yang beberapa minggu bekerja di rumah ini, beliau baru saja keluar dari kamar Bunda dengan membawa nampan berisi makanan dan minum yang masih utuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Bidadari Ku ✔
Spiritual⚠️COMPLETED ⚠️DON'T COPY MY STORY, PLEASE ⚠️SEQUEL "IMAMKU BADBOY" ******** Romace-spiritual Dear Bidadari ku Mengenal mu adalah suatu keberuntungan untuk ku, apalagi bisa menikahi mu Terima kasih telah sudi menerima ku sebagai pelengkap iman mu Te...