Happy Reading💕
❣❣❣
Tiga bulan berlalu setelah kejadian Zaina membuat ulah di rumah Juna. Saat ini usia kandungan Icha sudah memasuki 7 bulan. Juna dan Icha berniat untuk membeli perlengkapan bayi di mall, mereka sudah terlihat rapi.
"Udah siap?" tanya Juna pada Icha yang sedang merapikan hijabnya.
Icha tersenyum, "Udah."
Juna pun langsung menggenggam tangan Icha dan mereka berjalan keluar bersama dengan sangat serasi. Mereka cukup bersyukur karena beberapa bulan terakhir ini Zaina tidak mengganggu mereka lagi. Bahkan, Juna pun tidak lagi mendengar kabarnya.
Perusahaan Juna saat ini mengalami peningkatan yang lebih pesat, meski kemarin-kemarin ia mengalami kerugian karena pencabutan saham dari perusahaan Daddy Zaina. Juna berhasil menggandeng beberapa perusahaan lain yang mau berinvestasi di perusahaannya, hal ini juga berkat Azzam yang bersedia meyakinkan para investor untuk mau bekerjasama dengan Juna.
"Bi, aku sama Icha mau pergi dulu. Kami titip rumah ya?" ujar Juna kala saat tak sengaja berpapasan dengan Bi Inah.
"Iya Den tenang aja," balas Bi Inah.
"Kalau ada apa-apa telpon Icha ya Bi," ucap Icha dengan lembut.
"Iya Non,"
"Kalau gitu kami permisi, assalamualaikum," ucap Icha bersamaan salamnya dengan Juna.
"Wa'alaikumsalam," balas Bi Inah.
Juna dan Icha pun berjalan kembali keluar, mereka berniat akan naik mobil. Juna membukakan pintu penumpang depan untuk Icha.
"Silahkan masuk Bidadarinya Juna," ucap Juna dengan senyum lebar.
Icha tertawa pelan mendengarnya, "Terima kasih Imamku."
Setelah menutup pintu mobil Juna pun berjalan ke sisi lain dan masuk ke mobil. Selama diperjalanan mereka membicarakan banyak hal, terkadang Juna menjadi pendengar setia kala istrinya sedang bercerita apa yang dilakukannya selama di kampus atau bersama para sahabat.
"Oh iya Cha, kamu udah urus cuti kampus?" tanya Juna masih fokus kejalanan.
"Udah kok," balas Icha.
"Syukur deh, perut kamu semakin lama semakin besar. Aku gak mau liat kamu capek-capek, kadang aku juga suka gak tega liat kamu kecapean jalan dari dapur ke ruang tamu doang," tutur Juna seraya mengelus kepala Icha yang terbalut hijab.
Icha tersenyum, "Aku gak papa kok, lagian itu biasa dialami sama ibu hamil. Kata Jeny juga dulu dia kayak aku, mau ke mana-mana juga susah. Bawaannya kayak capek banget padahal baru jalan sebentar. Tapi kamu tenang aja aku sangat menikmati momen ini. Karena belum tentu aku bakal ngerasain lagi."
Juna menatap Icha.
"Kok kamu ngomong gitu, habis ini kamu gak ada niatan mau punya anak lagi emangnya?" tanya Juna dengan kening berkerut.
"Gak ada yang tau takdir Allah seperti apa Juna," ucap Icha membuat Juna semakin tidak mengerti.
"Aku gak ngerti Cha," ungkap Juna.
"Suatu saat nanti kamu pasti akan ngerti," ucap Juna dengan senyum manisnya.
Setelah beberapa lama mereka pun sampai di Mall, keadaan di sana pun cukup ramai karena kebetulan ini hari minggu. Juna dan Icha berjalan bersama dengan saling menggenggam membuat mereka nampak serasi.
Mereka berjalan memasuki toko perlengkapan bayi dan mulai memilih yang mereka butuhkan. Mulai dari pakaian, tempat tidur, stroller, dan lainnya. Icha sangat antusias kala melihat banyak baju bayi menggemaskan. Sedangkan, Juna tampak bahagia melihat binar bahagia di mata Bidadarinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Bidadari Ku ✔
Espiritual⚠️COMPLETED ⚠️DON'T COPY MY STORY, PLEASE ⚠️SEQUEL "IMAMKU BADBOY" ******** Romace-spiritual Dear Bidadari ku Mengenal mu adalah suatu keberuntungan untuk ku, apalagi bisa menikahi mu Terima kasih telah sudi menerima ku sebagai pelengkap iman mu Te...