Happy Reading💕
❣❣❣
Di kantin fakultas saat ini Icha dan Bunga sedang duduk sembari menunggu jam masuk matkul setelahnya. Icha menceritakan semua yang terjadi kemarin saat di rumah orang tua Juna. Bunga yang menyimak pun sempat kesal dengan sikap Zaina. Bunga berpikir kalau Zaina ada dihadapannya mungkin ia sudah adu jambak.
"Tapi ya Cha apa menurut lo si Zaina itu bakal nyerah setelah kejadian kemarin?" tanya Bunga setelah berpikir kalau Zaina memiliki sifat pantang menyerah.
Bunga sangat yakin kalau Zaina tidak akan menyerah begitu saja, pasti akan ada rencana licik lainnya. Orang seperti Zaina itu tidak bisa dianggap enteng karena dia bisa saja melakukan segala macam untuk mendapatkan yang ia mau. Meski itu perbuatan negatif.
Icha menghela nafas, "Seperti enggak, aku liat kemarin dia seperti semakin membenci aku. Aku gak mau su'udzon dulu bahwa dia nanti akan ngelakuin hal buruk lagi sama aku atau Juna."
"Ya ya ya, gue tau banget gimana sifat lo. Tapi gak ada salahnya kalau lo harus lebih hati-hati," ujar Bunga.
"Ya kamu benar," balas Icha seraya merenung.
Icha berpikir sampai kapan cobaan rumah tangganya ini berlanjut, ia sudah lelah. Tapi, Icha yakin setiap luka dan air matanya saat ini akan dibalas oleh Allah dengan beribu kebahagiaan kedepannya. Icha yakin itu.
"Oh ya, nanti pulang lo dijemput Juna?" tanya Bunga.
Icha menggeleng, "Nanti dijemput sama Tristan katanya, kebetulan dia gak ada jadwal. Juna sekarang lagi ngurusin perusahaannya."
Bunga ber-oh ria sembari meminum jus jeruk pesanannya. Mereka pun melanjutkan obrolan yang lebih ringan. Bagaimana pun Icha sedang mengandung, Bunga tidak mau Icha menjadi stress dan membahayakan bayinya. Bunga menatap Icha prihatin, sahabatnya satu ini adalah perempuan baik. Bunga tidak habis pikir ada saja cobaan yang harus Icha hadapi, dalam setiap doanya Bunga selalu berharap agar kelak sahabatnya selalu tabah dan dalam lindungan Allah.
❣❣❣
Setelah mata kuliah terakhir selesai, Icha sudah menelpon Tristan untuk segera menjemput. Icha menunggu di halte dekat kampus bersama Bunga. Awalnya Icha menolak dan menyuruh Bunga pulang duluan tapi Bunga tetap kekeh untuk menemani Icha. Bunga hanya mau menjaga Icha, hatinya lah menyuruh untuk melakukan hal itu.
"Kamu pulang Bunga, aku bisa sendiri kok," ucap Icha.
"Gak pokoknya gw mau nemenin lo sampai Tristan sampai. Si Tristan juga mana sih lama banget!" balas Bunga.
Icha tersenyum, "Yaudah terserah kamu aja."
"Nah gitu dong!" seru Bunga.
Icha hanya menggelengkan kepalanya pelan. Saat ini halte pun cukup ramai karena memang banyak yang ingin pulang entah dengan angkutan umum atau jemputan seperti Icha. Saat jalan sedang sepi ada juga beberapa orang yang menyebrang jalan. Namun, tiba-tiba ada seseorang yang menarik tangan Icha hingga turun dari trotoar. Icha pun sempat bingung dan berusaha menarik tangannya agar lepas dari cekalan orang itu.
Tapi, saat sampai tengah jalan tangan orang itu melepaskan Icha karena penasaran Icha pun mencari orang itu. Bunga yang menyadari Icha yang berada hampir di tengah jalan seperti sedang mencari sesuatu. Ingin menghampiri Icha namun cukup sulit karena banyak orang yang menyeberang. Secara bersamaan Bunga melihat sebuah mobil yang melaju cepat, mobil itu seperti menuju Icha. Saat mulai lengang Bunga langsung berlari untuk menghampiri Icha.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Bidadari Ku ✔
Spiritual⚠️COMPLETED ⚠️DON'T COPY MY STORY, PLEASE ⚠️SEQUEL "IMAMKU BADBOY" ******** Romace-spiritual Dear Bidadari ku Mengenal mu adalah suatu keberuntungan untuk ku, apalagi bisa menikahi mu Terima kasih telah sudi menerima ku sebagai pelengkap iman mu Te...