17

25.5K 1.4K 114
                                    

Happy reading💕

❣❣❣

Tanpa terasa waktu terus berjalan hingga tidak terasa kalau kandungan Icha sudah menginjak 4 bulan. Menurut hadist saat kandungan sudah 4 bulan, maka Allah telah meniupkan ruh pada sang calon bayi. Sehingga membuat Icha tidak jarang mengajak bayinya mengobrol entah apapun itu, selain itu Juna dan Icha selalu membacakan surah Yusuf dan Maryam berharap kelak anaknya bila sudah besar menjadi anak shalih shalihah karena menurut beberapa ulama dan hadist pun dianjurkan membaca surah tersebut saat hamil.

Kehidupan Icha pun akhir-akhir ini begitu damai, tidak ada gangguan baik dari Zaina atau lainnya. Brian pun sudah benar-benar ikhlas melepas Icha dan mulai memperbaiki diri menjadi lebih baik dan dekat dengan Allah. Seperti saat ini baru saja berlansung acara syukuran 4 bulanan Icha di rumahnya, banyak sanak saudara, teman, atau sahabat yang datang untuk ikut mendoakan bahkan anak yatim piatu pun ikut serta.

"Ke kamar yuk, kamu pasti capek banyak nyambut tamu." Ajak Juna kala tak tega melihat wajah lelah Icha.

Icha menggeleng, "Gak enak sama yang lain, lagian aku juga gak capek kok." Tolak Icha lembut.

"Kamu harus dengerin kata suami kamu Icha, Juna menyuruh kamu itu juga demi kebaikan kamu dan anak kamu. Gak usah mikirin yang lain, sekarang kamu istirahat biar Bunda dan yang lain beresin rumahnya." Jelas Bunda Icha yang tak sengaja mendengar percakapan anak dan mantunya.

Ya, setelah mendengar kabar kehamilan putrinya orang tua Icha nampak sangat bahagia menyambut cucu pertamanya. Sehingga ingin cepat-cepat melihat Icha dan menjaga Icha di Indonesia, namun sayang tuntutan pekerjaan di negara orang membuat mau tak mau orang tua Icha menunda kedatangannya. Hingga baru sekarang saat usia kehamilan Icha empat bulan orang tua Icha datang ke Indonesia.

"Tapi Icha mau tidur sama Bunda." Rengek Icha manja membuat sang Bunda tersenyum.

"Loh? Terus Juna gimana?" Tanya Bunda Icha.

Icha langsung menatap Juna dengan tatapan memohon. Sungguh jika Juna diberi tatapan itu oleh Icha, ia tidak bisa berkutik. Ia tidak tega melihatnya akhirnya tersenyum dan mengangguk, Juna berpikir mungkin itu juga salah satu ngidam Icha. Mungkin anaknya merindukan neneknya yang tinggal sangat jauh.

"Boleh, tapi cuma semalam besok kamu tidur sama aku lagi." Mendengar hal itu membuat Icha kalap hingga tanpa sadar hampir melompat namun langsung di tahan Juna.

"Icha." Tegur Juna dengan tatapan tajam.

Icha hanya meringis karena lupa kalau ia sedang mengandung, Bunda Icha melihat itu hanya menggelengkan kepalanya seraya tersenyum. Icha langsung memeluk Bundanya dari samping dan berjalan menuju kamar bersama sang Bunda. Melihat hal itu Juna tersenyum kecil, bahagia sudah pasti. Ia selalu berdoa semoga ini bukan untuk sementara.

Hingga Juna terkejut kala seseorang menepuk bahunya dan saat menengok ternyata itu Brian. Juna mendengus saat tau orang itu Brian, jujur saja Juna masih tidak suka dengan Brian saat tau laki-laki itu menaruh hati pada istrinya.

"Apa?" Tanya Juna singkat dan datar.

Brian terkekeh, "Masih gak suka sama gue? Tapi, gue gak peduli deh. Gue cuma mau pamit aja kalau lusa gue bakal pergi ke Amerika, niatnya mau pamit juga ke Icha tapi kayaknya Icha udah capek tadi. Jadi gue pamit lewat lo sebagai perantara, sekarang lo bisa lebih tenang kan? Gue jauh, gak akan ganggu hubungan lo berdua juga."

Juna hanya diam.

"Jaga Icha baik-baik, jangan sakiti dia dan buat di nangis. Kalau hal itu terjadi, gue pastiin lo gak akan pernah liat Icha lagi bahkan anak lo juga. Sorry kalau gue terkesan mengancam, tapi kalau boleh jujur gue masih sayang sama Icha." Ungkap Brian.

Dear Bidadari Ku ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang