Happy reading💕
❣❣❣
Hari ini Icha dan Juna sarapan bersama dengan tenang karena mereka akan masuk kampus pagi. Ya, sudah beberapa hari ini mereka mulai menjadi seorang mahasiswa dan mahasiswi baru di PTN. Namun, sayangnya harapan mereka untuk satu kampus tidak tercapai karena saat mendaftar mereka memang memilih dua PTN yang sama. Tapi, saat pengumuman mereka terpilih di PTN yang berbeda seperti Icha yang terpilih di pilihan pertama dan Juna terpilih di pilihan yang kedua. Meski begitu mereka berdua tetap bersyukur terhadap semua takdir yang mereka dapatkan dari Allah karena ini rezeki dari Allah karena di luar sana banyak orang yang gugur untuk mendapatkan PTN impian mereka.
"Udah siap belum Cha?" Tanya Juna dengan lembut.
"Udah." Jawab Icha yang baru saja keluar dari dapur setelah meletakan piring mereka di wastafel.
"Titip rumah ya Bi, aku sama Juna ke kampus dulu." Tutur Icha pada Bi Inah dengan sopan.
Ya, atas perintah orang tua Icha, Bi Inah diperintahkan untuk bekerja di rumah Juna dan Icha. Meski awalnya sudah ditolak oleh Icha tapi sikap keduanya seakan tidak ada yang mau mengalah. Akhirnya dengan keterpaksaan Icha menuruti saja mau orangtuanya, meski tetap saja Icha turun tangan untuk melakukan pekerjaan rumah seperti memasak dan membereskan kamar sendiri. Itu ia lakukan agar Juna tetap merasakan masakan dari hasil tangan Icha, ia tidak mau Juna terbiasa dengan masakan tangan orang lain.
"Berangkat ya Bi, assalamualaikum." Ucap Juna dan Icha lalu mulai keluar rumah setelah mencium tangan Bi Inah.
"Wa'alaikumsalam Non, Den." Balas Bi Inah.
Dalam hati Bi Inah tentu saja beliau sangat senang, bagaimana tidak ia masih dihormati dengan majikannya. Jarang sekali ia menemukan majikan yang masih menghormati asisten rumah tangga yang lebih tua. Bahkan teman-temannya saja merasa iri pada Bi Inah yang mendapatkan majikan sangat baik.
Di lain tempat Icha dan Juna mulai membelah jalanan Ibu Kota, tujuan awal mereka adalah ke kampus Icha dahulu. Dalam perjalanan sesekali mereka bercanda gurau menikmati waktu berdua atau mendengar gombalan receh Juna yang membuat Icha jengah sendiri.
"Cha nanti kamu pulang jam berapa?" Tanya Juna dengan lembut.
"Gak tau jam berapa, pokokna siang deh kayaknya." Jawab Icha sembari menatap Juna.
"Kalau pulang langsung hubungin aku aja, nanti aku jemput." Ungkap Juna masih fokus menyetir mobilnya.
"Emang gak papa? Habis dari kampus kan kamu harus ke kantor Papa." Kata Icha dengan wajah imutnya.
Juna tersenyum, lalu mencubit sebelah pipi Icha gemas. Ya, seperti yang Icha bilang, setiap pulang dari kampus Juna harus ke kantor Papanya untuk membantu di sana sekalian belajar mengurus perusahaan yang kelak akan menjadi milik Juna. Papa Juna hanya ingin agar kelak Juna tidak kaget bila langsung turun ke lapangan, beliau mau Juna belajar perlahan.
"Gak papa sayang, aku juga udah bilang sama Papa kok. Aku gak tega aja liat kamu nanti naik angkutan umum." Balas Juna dengan senyum manisnya.
"Yaudah nanti aku hubungin kamu kalau udah pulang." Ujar Icha dengan tenang.
Juna mengangguk, hingga tak lama sampailah di kampus Icha. Sudah banyak Mahasiswa dan Mahasiswi yang datang meski ini masih terlalu pagi menurutnya, Juna melihat di dekat pohon Bunga sahabat Icha menunggu kedatangan Icha. Di sini Icha memang satu kampus dengan Bunga meski berbeda cara masuk ke PTN ini kalau Icha ikut SBMPTN dan Bunga lewat jalur mandiri. Sahabat Icha yang lain seperti Lisa dan Elsa menjalani kehidupan di tempat lain. Lisa yang fokus menjadi Ibu Rumah Tangga karena sudah menikah, sedangkan Elsa fokus kuliah di Solo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Bidadari Ku ✔
Spiritual⚠️COMPLETED ⚠️DON'T COPY MY STORY, PLEASE ⚠️SEQUEL "IMAMKU BADBOY" ******** Romace-spiritual Dear Bidadari ku Mengenal mu adalah suatu keberuntungan untuk ku, apalagi bisa menikahi mu Terima kasih telah sudi menerima ku sebagai pelengkap iman mu Te...