Happy reading💕
❣❣❣
Saat ini Icha sedang memasak makan siang bersama Bi Inah, berbeda dengan Juna yang saat ini sedang mencuci motor kesayangannya. Saat sedang asyik mencuci motor Juna melihat sebuah mobil berhenti di depan gerbang rumahnya. Lalu, Juna mencuci tangannya sembari menatap mobil itu dan keluarlah 2 orang yaitu Ridwan dan Zaina.
Juna menatap tajam keduanya, ia tidak tau apa tujuan kedua orang itu. Lalu ia berjalan menghapiri dua orang itu, Juna menatap sangat datar dan dingin. Juna membuka gerbang rumahnya tanpa bicara sedikit pun.
"Assalamualaikum," ucap Ridwan dan Zaina bersamaan memberi salam.
"Wa'alaikumsalam, mau ngapain?" balas Juna dingin.
Zaina menatap Ridwan dengan perasaan takut. Mengetahui arti tatapan itu Ridwan tersenyum, lalu menatap Juna dengan tenang.
"Boleh kita bicara di dalam aja?" tanya Ridwan dengan tenang namun tegas.
Juna menatap Zaina lalu ke Ridwan, ia pun menganggukan kepalanya. Juna berjalan masuk ke dalam rumah dan diikuti oleh keduanya dari belakang. Saat sampai ruang tamu kebetulan berpapasan dengan Icha. Juna tersenyum dan menghampiri bidadarinya itu.
"Mereka mau ngomong katanya," ucap Juna kala melihat wajah bingung istrinya.
"Oh, yaudah kamu suruh duduk dulu. Aku suruh Bi Inah buat minum." Juna mengangguk sebagai jawaban.
Juna kembali menatap Zaina dan Ridwan, "Duduk dulu, kalian mau ngomong apa?"
"Nanti tunggu Icha boleh?" Kali ini Zaina yang membuka suara membuat tatapan sinis Juna mengarah pada Zaina.
"Mau apa? Belum puas buat Icha sedih?" tanya Juna tajam sedangkan Zaina hanya menunduk.
"Maaf Juna bisa tunggu Icha sebelum mulai pembicaraannya," ujar Ridwan menyela pertengkaran keduanya, ia merasa kasihan pada Zaina yang terpojokkan.
Juna mendengus kesal lalu menyandarkan punggungnya di sofa seraya melipat tangannya. Lalu, tak berapa lama Icha datang bersama Bi Inah yang membawa beberapa minuman dan cemilan. Setelah itu Juna membawa Icha untuk duduk di sampingnya.
"Silahkan dinikmati Non, Den," ucap Bi Inah ramah.
"Makasih ya Bi," balas Juna seraya tersenyum lalu Bi Inah pun mengangguk dan berlalu.
"Sekarang udah ada Icha, kalian mau ngomong apa?" tanya Juna datar.
"Za mau ngomong sesuatu sama kalian. Ayo Za, gak papa gak usah takut," ujar Ridwan sembari menatap Zaina.
Zaina berusaha memantapkan hatinya lalu menatap Juna dan Icha. Tatapannya mulai mengabur menyadari setiap kesalahannya, Zaina berusaha menahan tangisnya. Tangannya gemetar ketakutan, tapi ia sudah berjanji pada Ridwan.
"Cha, Juju mohon maafin Za. Za ngaku salah dan menyesal karena udah mau rusak rumah tangga kalian. Gue tau kesalahan gue amat besar dan gak pantes buat dimaafin. Tapi gue bener-bener minta maaf," ucap Zaina dengan air mata yang berlinang.
Juna hanya diam, ia tidak mau berurusan lagi dengan Zaina. Dalam hati Juna sangat sulit memaafkan Zaina, karena itu Juna serahkan semuanya pada Icha. Kalau Icha memaafkan Zaina, maka dirinya akan berusaha ikhlas memaafkan Zaina.
Icha tersenyum, "Aku udah maafin kamu kok, setiap orang pasti pernah melakukan kesalahan. Selain itu Allah saja Maha Pengampun, lalu kenapa aku harus sombong karena tidak mau memaafkan kamu."
Zaina menatap Icha tidak percaya, semudah itukan Icha memaafkannya. Ternyata selama ini ia salah memilih lawan, pastas saja Juna sangat tidak mau melepaskan Icha. Icha begitu berharga, bahkan sangat berharga dari berlian sekalipun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Bidadari Ku ✔
Spiritual⚠️COMPLETED ⚠️DON'T COPY MY STORY, PLEASE ⚠️SEQUEL "IMAMKU BADBOY" ******** Romace-spiritual Dear Bidadari ku Mengenal mu adalah suatu keberuntungan untuk ku, apalagi bisa menikahi mu Terima kasih telah sudi menerima ku sebagai pelengkap iman mu Te...