Happy reading💕
❣❣❣
Saat ini seperti biasa Icha menyiapkan segala keperluan Juna seperti sarapan dan pakaian yang akan dipakai Juna. Satu bulan berlalu yang artinya saat ini usia kandungan Icha menginjak 8 bulan. Mengetahui hal itu Juna semakin menjadi suami siaga. Semakin mendekati hari H Juna semakin protektif pada Icha, bahkan Icha juga dilarang naik tangga dan melakukan ini dan itu.
Sehingga kamar mereka yang awalnya di atas pindah ke bawah sampai nanti Icha lahiran. Sesekali pun Bunda atau Mama mereka datang ke rumah untuk sekedar menjaga Icha bila sendiri di rumah. Meski ada Bi Inah mereka tetap khawatir.
"Juna kamu jadi berangkat ke Bandung?" tanya Icha membuat Juna menghentikan makannya.
"Gak tau, aku gak tega ninggalin kamu," jawab Juna lembut.
Icha tersenyum, "Kamu berangkat aja gak papa, aku bisa jaga diri baik-baik kok. Lagian kamu itu pimpinan kamu harus profesional."
"Tapi kan... Ck gak tau deh nanti aku pikirin lagi," balas Juna lesu.
Ya, Juna saat ini sedang bingung. Apakah ia akan pergi ke Bandung untuk bertemu rekan bisnis atau tidak? Ia sangat tidak tega meninggalkan Icha yang saat ini sedang hamil tua. Apalagi Icha sebentar lagi akan melahirkan. Tapi, yang dikatakan Icha ada benarnya ia harus profesional.
"Jangan lama-lama ya mikirnya, tinggal besok keputusannya loh," ujar Icha seraya menatap Juna.
"Iya, yaudah aku berangkar dulu. Oh ya kayaknya nanti aku pulang rada telat soalnya nanti cek cafe sekalian," ucap Juna yang diangguki oleh Icha.
Icha pun mengantar Juna ke teras depan, hari ini Juna ada jadwal kuliah sehingga ia berangkat cepat belum lagi pulangnya Juna akan ke kantor dan cafe. Terkadang Icha merasa kasihan dengan Juna yang memiliki kegiatan yang padat. Apalagi saat terkadang Icha tidak sengaja melihat Juna tertidur di meja belajar karena mengerjakan tugas kuliah hingga larut.
Icha mencium punggung tangan Juna dan Juna pun mencium kening Icha lama. Setelah itu Juna mensejajarkan wajah dengan perut Icha.
"Ayah kuliah dulu ya Dek, kalian jagain Bunda. Assalamualaikum," ucap Juna seraya mengelus perut Icha.
"Iya Ayah, waalaikumsalam," balas Icha seraya menirukan suara anak kecil.
Juna yang gemas pun mencubit kecil hidung Icha membuatnya terlihat merah diujung. Sedangkan Icha hanya tertawa pelan.
"Aku berangkat ya, jaga diri dan jangan capek-capek," kata Juna membuat Icha memutar mata malas.
"Juna kamu setiap hari ngomong itu loh, jadi pasti aku inget," balas Icha.
"Jaga-jaga biar gak lupa hehe, yaudah assalamualaikum," setelah mengucap itu Juna langsung naik ke atas motornya dan mengenakan helm.
"Wa'alaikumsalam, hati-hati jangan ngebut," balas Icha serata melambaikan tangannya.
Setelahnya Juna sudah tidak terlihat oleh Icha sehingga Icha memasuki rumahnya seraya bersolawat dan mengelus perutnya. Icha masuk ke kamarnya dan menatap sebuah foto bersejarahnya dengan Juna. Foto saat pernikahan mereka.
"Aku masih gak nyangka bisa sampai di titik ini sama kamu," ucap Icha lirih dengan senyum yang terus mengembang.
❣❣❣
Sesuai jadwalnya saat pulang dari kampus Juna langsung menuju perusahaannya. Saat memasuki lobby beberapa karyawan menyapa dirinya dan Juna menanggapinya dengan anggukan. Sebelum memasuki ruangan Juna menyuruh Akbar yang merupakan sekertarisnya untuk keruangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Bidadari Ku ✔
Spiritual⚠️COMPLETED ⚠️DON'T COPY MY STORY, PLEASE ⚠️SEQUEL "IMAMKU BADBOY" ******** Romace-spiritual Dear Bidadari ku Mengenal mu adalah suatu keberuntungan untuk ku, apalagi bisa menikahi mu Terima kasih telah sudi menerima ku sebagai pelengkap iman mu Te...