1

70.3K 3.4K 138
                                    

Happy reading💕

❣❣❣

Jam menunjukkan pukul setengah dua siang, kedua pasangan muda tersebut baru saja sampai di hotel tempat mereka menginap untuk seminggu ke depan. Juna dan Icha meletakan koper mereka asal, lalu merebahkan tubuh mereka di kasur. Juna menengok Icha yang memejamkan matanya, Juna tersenyum bahagia dia tidak terbayangkan bisa sejauh ini bersama Bidadarinya.

"Cha?" Panggil Juna.

Icha membuka matanya lalu menengok, "iya?"

"Mau jalan-jalan kapan? Besok atau sekarang?" Tanya Juna.

Icha seperti berpikir lalu menatap Juna lagi, "besok aja kali ya, aku masih capek."

Juna mengangguk, lalu membawa Icha kepelukannya. Juna meletakkan wajahnya diceruk leher Icha, sehingga Icha bisa merasakan hembusan napas Juna di lehernya. Jantung Icha berdetak sangat cepat, ia belum terbiasa dengan Juna yang dekat seperti ini. Icha hanya diam sampai terdengar dengkuran halus dari sebelahnya yang menandakan Juna sudah terlelap.

Icha termenung memikirkan perkataan kedua orang tuanya dan Juna saat mereka berdua berpamitan. Ada perasaan tidak enak yang terus membuat Icha terganggu sejak tadi. Perlahan Icha mulai memejamkan matanya karena kantuk menyerang.

Flashback on

Icha dan Juna sudah siap dengan koper mereka, lalu mereka turun ke bawah sembari berpamitan dengan keluarga masing-masing. Icha mencium pipi kedua orang tuanya begitu pun Juna, lalu mereka mencium punggung tangan orang tua masing-masing. Lalu, bergantian Icha ke orang tua Juna dan Juna ke orang tua Icha. Juna memasuki mobil duluan dan baru lah Icha. Namun, satu panggilan membuat Icha menghentikan langkahnya.

"Icha."

Icha menengok dan kembali berjalan ke ibu mertuanya.

"Maaf ya tentang permintaan kami kemarin, kami gak memaksa kamu dan Juna untuk segera mempunyai momongan. Kamu tau kan kami sudah tua kami hanya ingin cucu untuk menemani masa tua kami. Orang tua kamu mungkin memeliki Azzam dan Nazwa, tapi Mama dan Papa hanya memiliki Juna karena memang anak semata wayang. Mama gak maksa kamu kok, kalau kalian masih ingin mengejar cita-cita kalian kejarlah! Salah kami juga karena menikahkan kalian diusia muda, masa yang harusnya merasakan kebebasan mencari jati diri bukan malah di bebani oleh tanggung jawab besar." Jelas Mama Juna dengan perasaan bersalah. Begitu pula Papa, Ayah dan Bunda yang menatap Icha dengan rasa bersalah.

Icha tidak suka ini, tatapan inilah yang paling Icha benci apalagi keluar dari orang tuanya.

"Gak ada yang salah tetang permintaan kalian, wajar kalau Papa, Mama, Ayah dan Bunda ingin cucu. Doakan saja yang terbaik untuk aku dan Juna, insya'allah kalau Allah sudah percaya sama kami berdua untuk memiliki anak pasti kami akan langsung bilang sama kalian." Tutur Icha memberi pengertian.

Mereka tersenyum, lalu segera menyuruh Icha masuk mobil takut nantinya terlambat.

Flashback off

❣❣❣

Juna membuka matanya dan tersenyum kala pertama kali melihat bidadarinya yang sedang tertidur dengan tenang didekapannya. Juna mengelus pipi Icha dengan lembut membuat sang empu menggeliat dan perlahan membuka matanya.

"Maaf, keganggu ya?"

"Enggak kok, sekarang jam berapa?" Tanya Icha sembari mendudukan tubuhnya.

"Jam empat lewat." Jawab Juna.

"Hah?" Icha langsung turun dari kasur dan berlari ke kamar mandi.

Juna hanya geleng-geleng kepala melihat wajah panik Icha, Icha adalah gadis yang paling panik kalau solatnya telat. Icha keluar dengan wajah lebih segar lalu mulai mengambil mukena dan sajadahnya serta alat solat Juna, sedangkan Juna berjalan ke kamar mandi untuk mengambil wudu juga. Setelah mereka melaksanakan solat asar bersama, mereka memilih mencari makanan di restoran hotel.

Dear Bidadari Ku ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang