Happy Reading💕
❣❣❣
Setelah kejadian malam kemarin Icha berubah menjadi murung, ia terus memikirkan keadaan putri kecilnya. Juna yang melihat Icha berubah murung mendekati Icha dan menggenggam tangan Bidadarinya ini. Icha menatap Juna dengan sendu, sedangkan Juna tersenyum tipis. Sebenarnya Juna juga khawatir, tapi bila ia ikut menunjukkan kekhawatirnya, itu akan membuat Icha semakin khawatir juga.
"Putri kecil kita akan baik-baik saja, aku yakin Allah selalu melindungi mereka," ucap Juna berusaha menenangkan Icha yang saat ini sudah berkaca-kaca.
"Boleh gak sih aku minta ke Allah biar rasa sakit Karin dipindahin ke aku? Kasian dia masih kecil hiks," balas Icha dengan air mata yang sudah turun.
Lalu, Juna menghapus air mata itu dengan ibu jarinya dan menatap sang istri. "Kalau pun bisa, lebih baik sakit itu aku yang ngerasain. Aku juga gak tega kalau harus liat bidadari-bidadari aku yang ngerasain sakit itu, tapi ini takdir yang harus kita terima Cha."
Icha langsung memeluk Juna dan menangis di dada Juna, ia menumpahkan segala rasa sakit dalam hatinya. Ia merasa gagal menjaga putri kecilnya. Dokter memberi tau Icha dan Juna bahwa putri mereka Karin mengalami kelainan jantung, itulah kenapa kemarin Karin kejang-kejang.
Apalagi Dokter memberi tau bahwa sepertinya Karin sempat kaget sehingga membuat keadaannya semakin buruk. Saat ini Karin diletakan di ruang khusus, Juna dan Icha pun hanya bisa melihat dari jauh. Bahkan saat tadi Icha melihat putri kecilnya dipasangi berbagai macam alat medis membuat ia semakin sakit, hati menjerit tak terima harus melihat putri kecilnya mengalami hal itu.
"Kamu jangan kayak gini sayang, aku tau kamu khawatir dengan Karin. Tetapi, kamu juga harus ingat ada lagi yang harus kita jaga," ujar Juna seraya mengalihkan tatapan kepada satu lagi bayi kecil yang saat ini sedang tertidur dengan pulas.
Icha menghapus air matanya, ia hampir lupa dengan anak bungsunya itu.
"Maafin Bunda hampir lupa sama kamu sayang," ucap Icha sembari mengambil anaknya dari gendongan Juna.
"Kamu benar masih ada yang harus kita jaga," ungkap Icha seraya menatap Juna.
Juna hanya tersenyum dan mengelus kepala Icha dengan sayang. Saat ini mereka hanya berdua saja ralat bertiga bersama Kinar, orang tua Juna pulang tadi pagi. Lalu, orang tua Icha akan ke sini sebentar lagi.
Juna menghela napas pelan, ia tidak habis pikir dengan berbagai macam cobaan dalam keluarganya. Ia sempat berpikir apakah ini karma atas apa yang ia lakukan dulu? Jika iya, bisakan hanya dia yang terkena dampaknya, bukan anak atau pun istrinya. Jujur Juna sangat tidak kuat menghadapi semua ini, tapi ia berusaha tegar demi keluarga kecilnya.
❣❣❣
Saat ini Juna tengah berhadapan dengan Dokter Aisyah dan di dampingi oleh Dokter Fatma yang merupakan dokter spesialis jantung. Juna di sini hanya sendiri, ia tidak mengajak Icha karena tidak mau istrinya sampai drop atau sedih kembali kala mendengar kabar tidak mengenakan.
"Jadi begini Pak Juna sebelum kita bahas mengenai kondisi putri Anda, saya mau memperkenalkan bahwa yang di samping saya ini Dokter Fatma yang merupakan dokter spesialis jantung. Beliau membantu saya menangani putri Anda," jelas Dokter Aisyah.
Juna hanya menganggukan kepala dan tersenyum singkat pada Dokter Fatma.
"Jadi bagaimana kondisi putri saya Dok?" tanya Juna dengan tenang, sebenarnya ia berusaha mengontrol emosinya sejak tadi.
"Agar lebih jelas, Dokter Fatma yang akan menjelaskan. Silahkan Dok."
"Baik jadi begini Pak Juna, putri Anda mengalami Penyakit Jantung Bawaan (PJB), biasanya dunia medis menyebutnya congenital heart disease ini adalah kelainan pada struktur dan fungsi jantung yang sudah ada sejak lahir. Kondisi seperti ini dapat mengganggu aliran darah dari dan ke jantung, sehingga bisa berakibat fatal jika tak segera ditangani," jelas Dokter Fatma membuat dada Juna merasa sesak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Bidadari Ku ✔
Spiritual⚠️COMPLETED ⚠️DON'T COPY MY STORY, PLEASE ⚠️SEQUEL "IMAMKU BADBOY" ******** Romace-spiritual Dear Bidadari ku Mengenal mu adalah suatu keberuntungan untuk ku, apalagi bisa menikahi mu Terima kasih telah sudi menerima ku sebagai pelengkap iman mu Te...