Happy reading💕
❣❣❣
Sesuai perjanjian kemarin, hari ini Juna berangkat ke Bandung bersama dengan Akbar. Setelah melakukan packing kemarin, Juna bertekad akan bermanja-manja dengan Icha sebelum ia berangkat. Seperti sekarang Juna sedang memeluk Icha di kasur sebelum dirinya di jemput oleh Akbar.
Icha menghela napas pasrah kala Juna terus merengek tidak usah berangkat. Bahkan mereka sudah berpelukan selama 30 menit lebih. Mungkin bila teman-temannya tau Juna akan dibilang bucin dan manja, padahal saat di sekolah dulu Juna dibilang playboy dan badboy.
"Cha please ya gak usah berangkat, aku gak bisa jauh dari kamu nih," rengek Juna dengan tatapan memohon.
"Enggak. Kamu harus berangkat, titik," putus Icha.
Juna memanyunkan bibirnya, "Kalau misalnya nanti kamu lagi ngidam gimana? Siapa yang mau nurutin? Terus kalau kamu lagi capek, siapa yang gendong? Jadi gak usah berangkat ya? Nanti biar diurusin Bang Akbar."
"No! Kamu berangkat!"
Tin...tin...
Juna dan Icha saling menatap, Juna pun dengan lesu berdiri dan membawa kopernya keluar diikuti Icha. Dari belakang Icha hanya tertawa pelan merasa lucu dengan sikap Juna sekarang. Saat membuka pintu di sana sudah ada Akbar yang sedang berdiri di dekat mobilnya. Lalu, tersenyum pada Juna dan Icha.
"Ini doang Jun yang di bawa? Sini gue masukin mobil," ujar Akbar seraya mengambil alih koper Juna.
"Cha berangkat nih?"
"Iya Juna," balas Icha dengan lembut.
"Kalau kangen gimana?" tanya Juna.
"Telpon atau video call," jawab Icha.
"Kalau kamu lagi pengen sesuatu gimana?" tanya Juna lagi.
"Nanti biar dicariin Bi Inah, Tristan, atau Kak Azzam," jawab Icha lagi.
"Kalau terjadi sesuatu sama kamu gimana?" tanya Juna lagi dengan khawatir.
Icha tersenyum, "Insya'allah, aku bisa jaga diri. Kalau pun memang terjadi sesuatu sama aku, itu udah takdir dari Allah."
Juna menatap Icha khawatir, sebenarnya dari tadi ia merengek tidak mau berangkat karena perasaannya tidak enak. Ia mengkhawatirkan Icha, rasanya ia tidak mau jauh dari Icha. Tapi, semoga saja yang dikatakan Icha benar. Semoga semuanya baik-baik saja.
"Yaudah iya aku berangkat deh," pasrah Juna dengan memanyunkan bibirnya.
Icha terkekeh lalu mencubit pipi Juna dengan gemas, "Suami siapa sih gemes banget?"
"Suaminya Annisa Syahira," balas Juna dengan nada jenaka.
Juna dan Icha pun tertawa, hingga ucapan sinis seseorang menghentikan tawa keduanya.
"Tidak berperikejobloan banget sih kalian, hargain diri gue yang masih jomblo ini lah," sinis Akbar yang sedari tadi kesal melihat kemesraan Juna dan Icha.
Sungguh ia sangat iri, jiwa kejombloannya terus saja berkoar. Ingin sekali ia menikah, tapi sama siapa?
"Sirik aja sih Bang, mangkanya nikah," balas Juna seraya tertawa.
"Nikah sama siapa? Sama kambing?" ujar Akbar kesal.
"Buru Jun, gue tunggu di dalem mobil aja. Gue gak kuat liat keuwuan ini," putus Akbar lalu masuk ke dalam mobil.
Juna hanya geleng-geleng saja melihat kelakuan Akbar. Meski terkesan childish, menurut Juna, Akbar sudah dianggap seperti kakaknya sendiri karena ada masanya Akbar akan bersikap bijak dan profesional. Lalu, terkadang memberikan Juna beberapa wejangan bila ia sedang galau. Tapi sayang masih jomblo hehe...
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Bidadari Ku ✔
Spiritual⚠️COMPLETED ⚠️DON'T COPY MY STORY, PLEASE ⚠️SEQUEL "IMAMKU BADBOY" ******** Romace-spiritual Dear Bidadari ku Mengenal mu adalah suatu keberuntungan untuk ku, apalagi bisa menikahi mu Terima kasih telah sudi menerima ku sebagai pelengkap iman mu Te...