18

32K 1.8K 297
                                    

Happy reading💕

❣❣❣

Seperti biasa pagi-pagi setelah sholat subuh Icha mempersiapkan semua keperluan rumah tangga seperti memasak. Hari ini Juna memiliki jadwal kuliah, setelah kejadian kemarin membuat Icha lebih perhatian dengan Juna meski itu hanya hal-hal kecil. Icha ingin membuat Juna nyaman saat dengannya, ia ingin Juna tidak meninggalkannya. Ia bertekad untuk berjuang, tidak seperti dulu yang memilih menyerah dan berakhir dengan penyesalan.

"Masak apa sih serius banget?" Tanya Juna yang tiba-tiba datang sembari memeluk Icha dari belakang.

"Astagfirullah, Juna bikin kaget aja." Balas Icha sembari memegang dadanya karena terkejut.

Juna tertawa pelan, lalu meletakan kepalanya di bahu Icha sembari menatap apa yang Icha masak. "Sana duduk aja, nanti kamu bau bawang, aku juga belum mandi tau."

"Belum mandi aja cantik apalagi kalau udah mandi, tambah cantik kali." Balas Juna yang membuat pipi Icha merah kala mendengarnya.

"Gombal!" Kata Icha sembari menahan senyum.

"Tapi kok blushing sih? Haha...."

"Juna!" Pekik Icha menahan malu karena ketahuan Juna.

Mendengar pekikan Icha membuat Juna langsung kabur sembari tertawa keras. Icha tersenyum kecil. Icha terbayang, jika ia kalah dari Zaina ia pasti akan merindukan hal-hal kecil seperti ini. Selain itu ia akan merindukan suara Juna, perhatian Juna, gombalan Juna, dan segala hal tentang Juna.

Icha langsung menghapus air mata kala merasakan sesuatu turun, Icha tidak mau Juna mengetahui ia menangis. Kalau Juna tau dia pasti akan khawatir dan bertanya hal apa yang membuat ia menangis. Setelah memindahkan masaakannya kepiring.

❣❣❣

Juna tersenyum kala melihat istrinya berjalan ke arahnya dengan sepiring nasi goreng. Icha masih terlihat cantik meski perutnya kini mulai membuncit, jutru saat Icha hamil inilah Juna semakin melihat Icha bertambah cantik. Pancaran keibuan Icha sangat terlihat, membuat Juna terus mengucap syukur mendapatkan sosok istri seperti Icha.

"Nih di makan dulu." Ucap Icha sembari meletakan piring berisi nasi goreng tersebut dihadapan Juna.

"Kok cuma sepiring? Punya kamu mana?" Tanya Juna bingung melihat Icha hanya membawa satu porsi makanan.

Icha terlihat meringis, Juna tau pasti Icha belum sempat memasak nasi karena bangun terlambat. Semenjak hamil Icha memang sering bangun terlambat, bahkan saat waktunya solat subuh pun Juna sering membangunkan Icha.

Icha menatap Juna bingung kala Juna memberikan sendok berisi nasi goreng kepada Icha, "Buka mulutnya, kamu juga harus sarapan."

"Enggak, itu buat kamu. Aku nanti aja." Tolak Icha.

"Enggak, pokoknya harus makan. Kasian dedenya nanti laper." Bujuk Juna terus karena ingin melihat Icha makan.

Akhirnya, Icha mengangguk pasrah. Juna tersenyum dan menyuapi Icha secara telaten. Bi Inah yang melihat pasangan muda itu tersenyum, merasa bahagia melihat kemesraan keduanya yang tidak pernah luntur.

Setelah makanannya habis, Juna berdiri berniat membuatkan Icha susu. Icha hanya diam sambil menunggu beberapa menit dan akhirnya Juna kembali dengan segelas susu di tangannya.

"Nih, minum dulu susunya baru aku berangkat ngampus." Icha mengangguk dan mengambil gelas berisi susu itu dan mulai meminumnya hingga tandas.

Juna tersenyum, "Kalau gitu aku berangkat ya?"

Dear Bidadari Ku ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang