Bagian 20. (Pengakuan Putra Kedua)

222 37 19
                                    

Jungook berhasil melarikan dirinya dari sang sopir dan muncul di depan gang sempit yang biasa dilewati Kim Jojo saat pulang. Terlintas begitu saja ide dalam kepala, Jungkook tiba-tiba berteriak mengageti Jojo begitu gadis itu berbelok memasuki gang, yang mana aksi jailnya tersebut tak pelak membuat Jojo terlonjak dan nyaris kehilangan jantungnya, terlebih selama ini ia tak pernah menduga kalau Jungkook juga bisa bertingkah usil selayaknya remaja normal lainnya.

"Apa yang kau lakukan di tempat ini?" Jojo bertanya setengah membentak sambil menyandar ke salah satu sisi tembok gang dan mengusap dadanya yang bertalu-talu saat Jungkook masih sibuk menertawainya.

Jojo menarik napas dalam beberapa kali sebelum sanggup berdiri tegap, dan butuh beberapa detik tambahan sampai Jungkook puas tertawa sebelum menjawab, "Aku menunggumu. Mau apa lagi?"

"Kenapa juga kau harus menungguku?" Jojo menautkan kedua alisnya di tengah kening, mulutnya mengerucut sebal, tetapi itu malah membuatnya semakin terlihat cantik dan menggemaskan di mata Jungkook. Wajah yang membuatnya jatuh cinta setengah mati sejak mereka pertama kali bertemu di kelas satu.

"Karena kau pacarku, tentu saja. Memangnya kau lupa kalau sekarang kita adalah sepasang kekasih?"

Jojo meneruskan langkah tak menjawab, masih berusaha memikirkan kalimat apa yang bisa dia sampaikan tanpa menyinggung perasaan Jungkook saat lelaki itu sudah kembali bicara, "Aku ingin mengantarmu sampai di rumah dan makan malam denganmu."

Jungkook menggigit bibir usai mengutarakan maksudnya. Terkesan takut-takut, terlebih kemudian langkah kaki Jojo seketika kembali terhenti dan gadis itu menolehnya dingin.

Dalam hatinya, Jojo sedang menimbang-nimbang keputusan. Mana mungkin dia bisa mengizinkan lelaki seteru Kim Ji V ini untuk melakukan semua keinginannya sementara di rumahnya, V masih belum pulih dari cidera akibat perbuatannya?

"Kau tidak bisa ikut pulang denganku," putus Jojo mengabaikan rasa tak enak hati. Namun segera tersadar masih ada satu ruang dalam sudut hatinya yang berbisik bahwa ia tidak semestinya berbuat begini. Bahwa sebaiknya ia tidak bersikap kasar kepada salah satu putra majikan ayahnya yang hanya ingin mengantarnya pulang dan menumpang makan di rumahnya.

Satu ruang dalam hati Jojo itu bernama nurani. Ruang yang hampir selalu tidak bisa Jojo abaikan saat ia mulai berpetuah. Lebih-lebih, kini Jungkook memperlihatkan wajah memelas yang membuatnya layak untuk dikasihani.

"Ayolah, sekali ini saja. Aku sudah main kucing-kucingan dengan sopirku dan mematikan ponsel agar tidak seorang pun bisa menemukanku. Aku hanya ingin mencoba masakan buatanmu sekali ini saja. Boleh ya?"

Runtuh sudah pertahanan hati Jojo. Ia tidak lagi sanggup berkata tidak, hanya mengacungkan kelingking meminta agar pemuda ini mau berjanji padanya, "Kau harus berjanji dulu padaku untuk tidak membuat keributan dengan V lagi. Karena aku tidak menyukainya."

"Setuju." Jungkook menyambut kelingking Jojo sambil tersenyum riang. Sungguh itu adalah senyum yang mampu merontokkan iman, bahkan ketika Jojo teringat sudah memiliki V di rumah, ia tidak bisa menampik kalau senyuman Jungkook begitu provokatif dan mengintimidasi.

"Omong-omong, kau tidak bersungguh-sungguh dengan ucapanmu, kan?" tanya Jojo begitu mereka kembali melanjutkan sisa perjalanan.

"Soal apa?" Jungkook menunduk agar bisa melihat wajahnya. Tinggi Jojo hanya sebahunya dan sangat menyenangkan menyadari mimpi lama; bisa jalan bareng sepulang sekolah bersama gadis pendek ini, akhirnya menjadi kenyataan.

"Soal menganggapku sebagai pacarmu." Jojo menjawab ragu-ragu. "Kau sudah memiliki tunangan. Kurasa siapa pun pasti setuju jika yang kau katakan tidaklah sepatutnya kau katakan padaku. Itu akan menyakiti Ru Na juga, tentunya."

Descendants [21+ END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang