"Andwae ... Andwae ... andwae!!!" Taehyung memekik histeris dan mengabaikan keberadaan sosok lain di sekitar sana yang baru saja melayangkan tembakan pada Jungkook.
Ketakutan lantaran salah sasaran, sosok misterius itu berlari kabur meninggalkan area Wolseum dan melupakan temannya yang masih belum sadarkan diri.
Sementara itu, Taehyung seakan-akan menemukan kembali sisa-sisa tenaganya mendapati sang adik tertembak, akhirnya berhasil bangkit dan merengkuh Jungkook yang telah terkapar tak berdaya dengan luka di bagian dada kirinya.
"Kaulah yang tidak boleh mati, Bodoh! Kaulah yang tidak boleh mati!" Taehyung melepaskan jaket Jungkook dan melilitkannya di bagian tubuh yang terluka guna mengurangi pendarahan. Tangis Taehyung pecah bercampur darah yang mengalir turun melalui luka di pelipisnya. Dengan segera dan mati-matian menahan sakit di sekujur tubuhnya sendiri, Taehyung mengangkat tubuh Jungkook dan membawanya meninggalkan sekolah.
"Kumohon tetaplah bersamaku ... tolong bertahanlah. Aku akan membawamu ke rumah sakit." Taehyung melirih sepanjang jalan di sela tangis bercampur darah dan keringat.
Jungkook yang kembali siuman mendengarkan setiap lirih dan tangisan sang kakak, memanggil Taehyung setelah keduanya hampir tiba di gerbang sekolah, "Hyung...."
"Ne?" Taehyung menjawab penuh kelegaan sambil tetap menangis sepanjang jalan, terseok-seok menahan beban tubuh Jungkook di punggungnya yang penuh luka tusukan.
"Tolong jangan membenci Seok Jin Hyung...." Jungkook membisik, suaranya begitu pelan dan jauh sehingga nyaris tak terdengar.
Taehyung tercekat ludahnya sendiri. Tak kuasa menahan nyeri di dadanya mendengar permintaan sang adik.
"Berjanjilah, Hyung..." Jungkook kembali melirih. "Aku lelah karena kita harus saling membenci satu sama lain seumur hidup."
"Aku berjanji. Aku akan terus menyayangi kalian sepanjang sisa hidupku." Taehyung berhenti di depan sisi luar gerbang dan menurunkan Jungkook ke trotoar. "Aku akan menelepon ambulans. Kau harus bertahan. Kita pasti akan baik-baik saja, um?"
Jungkook menelan ludah tak lagi mampu menjawab, kembali memejamkan mata dan menyandar ke tubuh Taehyung yang terus mendekapnya meski ia sambil gemetaran mengambil telepon dari dalam saku celana.
Ketika kemudian Taehyung berhasil menyelesaikan panggilan dan menggenggam tangan Jungkook, hatinya mencelos menyadari sang adik sudah kembali tidak sadar. Taehyung buru-buru meraih tangannya dan merasakan tangan berlumur darah itu begitu dingin, nyaris sebeku tangan mayat.
"Kau harus bertahan." Taehyung membawa tangan sedingin es itu ke dada dan mendekapnya semakin erat, menyalurkan sisa kehangatan yang dimiliki tubuhnya kepada sang adik yang tak lagi memiliki cahaya di wajahnya. Taehyung terisak lirih. Wajahnya sendiri sudah pucat pasi kehilangan banyak darah, tapi ia tetap memaksakan dirinya untuk sadar dan menunggu ambulans datang.
"Aku tidak akan sanggup memaafkan diriku sendiri jika terjadi sesuatu yang buruk padamu. Jadi kumohon ... bertahanlah. Kau tahu, lebih baik aku saja yang mati daripada harus kehilangan dirimu? Kenapa kau harus berkorban demi Kakak yang bahkan tidak bisa mengalah untuk tidak mencintai gadis yang sama denganmu?"
Bertahanlah, Jungkook ... kumohon bertahanlah....
*
Jojo tiba di rumah pukul 09.30 malam, dan ketika menemukan rumah tidak terkunci sementara Taehyung tidak bisa ia temukan di sudut mana pun, ia mulai menggerundel, "Kebiasaan sekali dia. Mentang-mentang di rumahku tidak ada barang berharga, dia pikir akan baik-baik saja meninggalkan rumah dalam kondisi tidak terkunci?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Descendants [21+ END]
FanfictionTentang tiga putra konglomerat yang terlahir dari wanita berbeda dan tidak saling akur: Jeon Seok Jin, Jeon Taehyung dan Jeon Jungkook. Jeon Taehyung harus berjuang sedari kecil untuk menyelamatkan diri dari orang-orang yang terus berusaha membunuhn...