Bagian 41. (Permintaan Maaf)

167 42 32
                                    

Suara teriakan itu menggema di seluruh sudut istana Jeon Tae Joo, tapi tidak seorang pun datang untuk memastikan kabar Jungkook. Nyonya Liliana sudah meninggalkan rumah secara diam-diam semenjak beberapa jam lalu dan hanya meninggalkan surat di atas meja riasnya untuk sang putra, memberitahunya bahwa ia akan pergi berlibur ke Hawai untuk memikirkan semua dan meminta Jungkook agar menjaga diri dan makan tepat waktu.

Sementara Taehyung masih dalam posisinya berlutut, tak ingin beranjak sebelum sang ayah menerima permintaannya. Memilih mengabaikan jeritan adiknya yang ia yakini akan baik-baik saja meski ia tidak datang menolong.

Sedangkan Seok Jin, sempat menunjuk-nunjuk asal suara mengunakan jari tangannya, tetapi lantaran sang ayah tetap bergeming di tempatnya duduk di taman pada sore itu, Seok Jin akhirnya menelan ludah dan kembali fokus pada Presdir Jeon yang terlihat sedang tidak dalam kondisi emosi yang baik.

"Aku sangat kecewa padamu ketika mengetahui kenyataan bahwa kau adalah otak di balik penyerangan terhadap Taehyung dan Jungkook." Presdir Jeon memulai. Dengan suara khasnya yang berat dan tegas. "Kau adalah putra kebanggaanku."

"Appa...."

"Jika ada seseorang yang harus kau benci," tukas Presdir Jeon tak ingin ucapannya disela, "maka ia adalah aku dan bukannya Taehyung ataupun Jungkook.'"

Seok Jin sontak terdiam. Menunduk dalam sementara Sekretaris Ko melangkah mundur usai menerima isyarat dari Presdir Jeon agar membiarkannya berbicara berdua saja dengan sang putra.

"Akulah yang berkhianat pada Ibumu. Dan kau pasti mengerti apa alasanku, karena kau sangat mirip denganku di masa muda." Presdir Jeon melanjutkan. "Kau menyukai wanita dan begitu juga denganku. Hanya saja, aku lebih ceroboh sehingga aku membuat kedua wanita itu mengandung anakku, yang mana tidak bisa kutinggalkan begitu saja jadi aku ingin bertanggung jawab dengan malakukan apa yang kini bisa kau saksikan.

"Kupikir, itu adalah keputusan terbaik bagi semua pihak karena aku mampu memenuhi kebutuhan finansial kalian semua dengan kekayaanku, hingga aku melupakan kenyataan kalau tidak ada satu pun wanita mau dimadu. Tanpa sadar, aku justru telah melukai kalian semua dan membuat segalanya menjadi  berantakan."

Seok Jin memberanikan diri mengangkat wajah dan melihat pada sang ayah. Sungguh mengejutkan, untuk pertama kalinya seumur hidup, Seok Jin melihat kedua mata cokelat ayahnya digenangi air mata.

"Pertama-tama, aku ingin meminta maaf padamu karena kau adalah putra pertamaku. Aku ingin minta maaf padamu sebagai seorang Ayah yang selama ini telah banyak mengecewakanmu. Aku tahu permintaan maafku tidak akan mengubah apa pun. Tapi kuharap, ini bisa menghapus rasa bencimu kepada Taehyung dan Jungkook. Mereka tidak pernah meminta dilahirkan menjadi putra Jeon Tae Joo sama halnya sepertimu. Mereka anak-anak yang baik sama sepertimu, yang telah ditakdirkan menjadi bagian dari keluargamu melalui kesalahanku di masa muda. Karena itu, kau harus menyayangi mereka sebagai adikmu.

"Berdamailah dengan mereka dan mari kita memulai segalanya dari awal. Aku tahu, kau bisa melakukannya karena kau adalah putraku. Kau putra Yuu Jin, wanita pertama yang kucintai karena ketulusan hatinya namun aku telah menyia-nyiakannya karena kebodohanku. Jangan pernah mengulangi kesalahan yang sama denganku, kuharap kau mengerti apa maksudku."

*

Sore itu, Seok Jin kembali ke apartemennya dengan perasaan tak menentu. Jiang Lulu sudah menunggu di sana, tengah sibuk menyiapkan makan malam ketika Seok Jin baru saja melewati pintu utama dan terkejut menemukan tunangan yang ia benci itu sudah ada di rumahnya.

"Sekretarismu memberi tahu kalau malam ini kau akan pulang. Aku memasak sup jamur enoki kesukaanmu. Kau pasti stres luar biasa terkurung di rumah ayahmu tanpa bisa bermain wanita selama beberapa hari. Mandilah dan mari makan bersama. Aku akan memuaskanmu malam ini sampai kau tidak akan bisa masuk kantor selama sepuluh hari kedepan," celoteh Jiang Lulu sambil meneruskan kegiatnnya di dapur tanpa memandang pada Seok Jin yang hanya tersenyum tipis di tempatnya berdiri.

Descendants [21+ END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang