Bagian 10. (Rahasia Yang Tidak Seharusnya Dilihat)

208 44 65
                                    

Taehyung mengintip ke luar melalui lubang kunci kamarnya saat tiba watunya berangkat ke sekolah. Memastikan Jojo tidak berpatroli di sana sebagaimana sumpahnya semalam lantaran ia belum berhasil membalas perbuatan Taehyung yang telah mencuri ciuman pertamanya.

Menemukan ruang tengah kosong, Taehyung mengambil napas lega dan menyiapkan diri sebelum membuka selot lalu melangkah keluar. Sialnya, begitu kaki kanan Taehyung baru saja menapak satu langkah di atas lantai ruang tengah, Jojo tiba-tiba menjewer telinga kirinya dan menyeret Taehyung ke dapur tanpa menghiraukan rintih kesakitannya yang berlebihan.

"A ... a ... a...! Apa yang kau lakukan padaku?!" Taehyung berusaha merendahkan kepalanya mengikuti pergerakan jeweran Jojo agar telinganya tak semakin ngilu akibat perbuatan gadis itu.

"Apa yang kau harapkan, uh? Tentu saja menunjukkanmu pekerjaan sebagai pelayan di rumahku." Jojo baru melepaskan jewerannya setelah tiba di pantry.

Gadis itu kemudian segera membuka lemari kabinet di belakang Taehyung untuk mengeluarkan apron merah muda lalu melemparkannya pada Taehyung yang telah berseragam sekolah. "Jika kau berpikir bisa meloloskan diri dariku, kau salah besar. Sudah kukatakan kalau kau harus mengerjakan semua tugas rumah selama menumpang di rumahku. Jadi sekarang, siapkan sarapan untukku."

Taehyung mengedip cepat beberapa kali sambil memperlihatkan wajah blank yang menjadi cirikhasnya. Tak mengira gadis ini akan bersungguh-sungguh dengan omongannya tempo lalu yang ingin menjadikannya pelayan di rumah.

"Aku tidak bisa memasak!" Taehyung menjawab frustrasi sambil memandangi apronnya geli. Ia benci warna merah muda. Apalagi bergambar kupu-kupu.

"Jangan bohong padaku. Laki-laki macam apa yang tidak bisa memasak? Kudengar kau sempat tinggal di luar negeri, setidaknya kau pasti pernah mandiri."

"Mandiri tidak ada hubungannya dengan kemampuan seseorang untuk memasak atau tidak. Aku memang mandiri, tapi memasak tetaplah bukan keahlianku. Lagi pula, kenapa aku harus memasak kalau ada seorang koki pribadi—" Taehyung sontak berhenti mengoceh dan melipat mulutnya ke dalam saat menyadari ia sudah keceplosan bicara. "Maksudku...."

"Aku tidak peduli dengan apa pun maksudmu." Jojo menukasnya sinis. "Entah apakah kau dulu hidup berkecukupan atau bahkan berlebihan selayaknya sultan. Tapi sekarang kau tinggal di rumahku. Jadi cepatlah memasak dan pastikan sarapanku sudah siap saat aku selesai mengganti seragamku."

"Kubilang aku tidak bisa memasak. Apa kau mau kita berciuman lagi untuk menyelesaikan semua ini?"

"Hya!" Jojo memebentak dengan wajah bersemu merah muda. Mati-matian ia berusaha melupakan peristiwa apes semalam itu agar pikirannya dapat kembali normal saat ke sekolah, tapi Taehyung sialan ini malah kembali mengungkitnya seolah-olah berciuman adalah hal biasa untuk dibicarakan. "Itu masalahmu, bukan masalahku. Sekarang cepat nyalakan kompornya dan masaklah sesuatu!"

Jojo kemudian bergegas pergi ke dalam kamarnya dan membanting pintu tanpa memedulikan Taehyung yang berkali-kali dibuat berjingkat kaget akibat ulahnya. Sesampainya di kamar, Jojo menyandar ke pintu selama beberapa saat sambil memegang dadanya yang berdegup kencang.

Ingatan soal ciuman kecelakaan di malam sebelumnya kini kembali memenuhi kepala Jojo dan nyaris mustahil dapat disingkirkan lagi. Jojo bahkan sampai harus memejamkan mata erat-erat dan terus menggeleng sembari menggigit bibirnya untuk menyingkirkan rasa Taehyung yang masih tersisa di sana.

"Lupakan, Kim Jojo! Jangan bodoh, itu hanya sebuah kecelakaan dan tidak ada artinya sama sekali. Lupakan  ... lupakan  ... lupakan, Pabo. Jangan diingat lagi! Ayo, lupakan!"

Descendants [21+ END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang