Presdir Jeon memasuki kediamannya dengan wajah stres luar biasa, diikuti Jojo yang masih menangis sepanjang jalan. Ketiga putranya baru saja menyelesaikan sarapan dan hendak digiring kembali ke kamarnya oleh para pengawal saat mendengar suara tangisan itu, memutuskan untuk berhenti di tangga.
"Sepertinya aku mengenali suara fals itu..." Jungkook menyeletuk sambil menoleh Taehyung.
Tanpa menjawab, Taehyung sontak berlari ke asal suara dan Jungook segera menahan lengan pengawal yang coba mengejarnya. "Dia tidak akan kabur. Santailah, Bung."
Benar saja dugaan Jungkook, itu memang suara fals milik Kim Jojo yang berdiri di belakang Presdir Jeon sambil menangis di ruang keluarga.
"Aku bertemu dengannya di taman. Tenangkan dia entah bagaimana pun caranya karena suaranya benar-benar menyakiti telingku." Presdir Jeon bertitah pada Taehyung dan berlalu.
Sementara itu, Taehyung langsung berlari ke arah Jojo dan merengkuhnya ke dalam pelukan erat sarat kerinduan. Membuat tangisan Jojo kian menjadi-jadi.
"Tenanglah. Aku di sini sekarang. Kau mau ke kamarku?" lirih Taehyung sambil mengusap kepala Jojo.
Gadis itu mengangguk tanpa kata, menolak melepaskan pelukannya saat Taehyung mengajaknya menuju kamar pribadi. Mengabaikan keberadaan Seok Jin bahkan pula Jungkook yang masih berdiri di tangga selayaknya orang bodoh menungguinya lewat.
Seok Jin menyeringai pada Jungkook ketika menyadari perubahan mimik pada wajah adik bungsunya tersebut. "Kau sudah kalah telak darinya. Menurutku Ru Na tetap lebih baik, jadi menyerahlah."
"Itu tidak semudah yang kau katakan. Hatiku masih terasa sakit melihat mereka bermesraan."
Tak menanggapi kata-kata melankolis sang adik, Seok Jin meneruskan langkahnya ke dalam kamar kurungan sebelum para penjaga menyeretnya paksa, dan mau tak mau, Jungkook segera mengikutinya lantaran punggungnya sudah mulai didorong-dorong oleh pengawal di belakangnya.
"Omong-omong, kenapa aku tidak melihat Ibu kita?" Jungkook berteriak pada Seok Jin.
"Jangan tanyakan apa pun padaku. Saat ini aku tidak bisa memikirkan apa-apa. Aku butuh wanita agar kembali bisa berpikir jernih."
"Tapi, bagaimana kalau Ayah juga mengusir Ibu kita seperti dia mengusir Ibu Taehyung Hyung?"
"Maka kita hanya perlu mencarinya nanti, saat kita sendiri sudah bisa membebaskan diri dari penjara tak masuk akal ini."
"Tapi kita sudah akur, kan? Ayo, bilang pada Ayah kalau kita sudah rujuk."
"Jangan gunakan kata-kata itu. Kau membuatku geli."
"Aku harus kembali ke sekolah."
"Siapa yang peduli. Kantorku saat ini bahkan mungkin sudah gulung tikar tanpa sepengetahuanku."
Keduanya terus berdebat sepanjang jalan. Membuat para pengawal yang mengikutinya ikut menggeleng-geleng geli lantaran baru menyadari kalau ternyata para Tuan Muda mereka sangatlah berisik bila dikumpulkan bersama.
*
"Duduklah. Aku akan mengambilkan air untukmu." Taehyung berbisik pada Jojo setibanya mereka di kamar. Namun, Jojo tetap bersikeras menggeleng dan malah menguatkan pelukannya semakin erat, membuat Taehyung tersenyum diam-diam. "Baiklah, peluk aku sepuasmu, sampai rasa rindumu terpenuhi. Aku akan menerima semuanya dengan senang hati."
"Presdir bilang, aku harus melupakanmu." Jojo mulai mengadu di sela isakan tangis yang diwarnai adegan menyedot ingus melalui hidung. Benar-benar tak nyaman didengar, tetapi tak ada yang bisa Taehyung lakukan selain tabah menerimanya. "Tapi aku tidak mau dan tidak bisa melakukannya. Aku harus bagaimana? Aku sama sekali tidak bisa berhenti memikiranmu sejak tidak lagi bisa melihatmu setelah kejadian itu...."
KAMU SEDANG MEMBACA
Descendants [21+ END]
Fiksi PenggemarTentang tiga putra konglomerat yang terlahir dari wanita berbeda dan tidak saling akur: Jeon Seok Jin, Jeon Taehyung dan Jeon Jungkook. Jeon Taehyung harus berjuang sedari kecil untuk menyelamatkan diri dari orang-orang yang terus berusaha membunuhn...