Jojo menelepon ayahnya dan meminta pria itu untuk menjemput Jungkook setelah Taehyung memohon padanya dengan sedikit memaksa. Semuanya berlangsung begitu cepat dan terburu-buru, sampai-sampai Jojo pun tak sempat membicarakan satu hal apa pun dengan sang ayah yang langsung pamit ke rumah sakit agar Jungkook segera mendapatan perawatan, pun Taehyung yang terus membisu semenjak membuat pernyataan tadi, membuat Jojo kian dilanda perasaan tak menentu.
Ketika akhirnya keadaan rumah kembali sepi dan hanya ada mereka berdua di sana, Taehyung berjalan ke arah dapur dan mengeluarkan dua bungkus ramyun cepat saji yang langsung disambar Jojo saat tanpa ia ketahui gadis itu rupanya diam-diam menyusulnya.
"Aku saja yang memasaknya. Kau bilang, kau tidak bisa memasak, kan?" papar Jojo memberi alasan.
Taehyung masih bertingkah seperti mayat hidup, membiarkan Jojo memasak makan malam untuknya sementara ia menunggu sambil duduk di meja pantry. Lama sekali keduanya hanya saling bisu sembari curi-curi pandang, sebelum akhirnya Taehyung memutuskan untuk memulai pembicaraan, "Soal ucapanku tadi...."
"Aku tidak akan memberitahu Jungkook jika kau bermaksud melarangku." Jojo menukas tanpa mengalihkan kesibukannya mengurus ramyun.
Gadis itu menata dua mangkuk dan mengeluarkan kimchie dari dalam kulkas, melirik ke arah Taehyung yang sudah kembali membisu sambil menunduk.
"Tapi meski begitu, aku tetap berharap kau akan memberi penjelasan padaku. Tentang semuanya." Jojo menambahkan ketika pandangan Taehyung kembali terangkat dan tertuju kepadanya.
Lelaki itu tersenyum tipis dan mengangguk. Menunggu ramyun matang sempurna sebelum keduanya berpindah ke meja makan dan mulai menyantap hidangan yang masih mengepulkan uap panas itu dalam kebisuan yang kembali mendominasi ruangan.
Taehyung kemudian kembali mengambil inisiatif untuk memulai pembicaraan dengan bercerita tentang bagaimana ia yang terus diburu selama di Amerika sebelum akhirnya menghilang, serta alasan mengapa Jungkook tidak bisa mengenali wajahnya. Taehyung berusaha merangkum semua kisahnya dengan singkat, sehingga itu bisa selesai bertepatan dengan ramyun berikut kimchie di mangkuk Jojo tandas.
Jojo tidak mampu berkomentar selama beberapa saat, hanya memandangi Taehyung lekat seakan-akan ia begitu ingin melompati meja dan memberinya dekapan paling nyaman dan menenangkan yang bisa ia berikan. Namun, Jojo hanya tersenyum di akhir kisah dan tidak melakukan apa yang paling menyita pikirannya saat ini. Menggosok-gosokkan kedua telapak tangan ke permukaan pahanya yang tersembunyi di bawah meja sebelum kembali memiliki keberanian untuk tersenyum dengan canggung.
"Entahlah, aku tidak tahu harus berkata apa. Ceritamu itu ... sungguh tidak pernah terbayangkan olehku bahkan sekali pun aku ini hobi menulis cerita fiksi. Imajinasiku pun tidak pernah membayangkan kisah setragis itu."
"Menurutmu kisahku ini tragis?" Taehyung sedikit ingin menggodanya.
Jojo mengangguk dan menggigit bibir, "Aku jadi tidak enak hati karena sudah bersikap kasar padamu selama ini. Aku bahkan juga mengatakan hal-hal buruk tentang keluargamu. Mungkin ini tidak ada gunanya bagimu, tapi aku tetap ingin meminta maaf dan tolong jangan memecat ayahku."
Permintaan polos itu sontak membuat Taehyung terkekeh lebar dan ia benar-benar terlihat sempurna dengan senyum perseginya. "Yah, tadinya aku sempat ingin memecat ayahmu jika aku bisa kembali pulang dengan selamat. Tapi setelah kupikirkan lagi, jika aku melakukannya, mungkin di masa depan nanti aku malah akan kesulitan untuk mendapatkan restunya."
Jojo sontak tergeragap, menyadari ada kata-kata terselubung dari penuturan Taehyung barusan. "Whoa, restu apa yang kau maksud barusan? Kenapa kau tiba-tiba berbicara seperti itu di saat perutku sedang kekenyangan? Apa kau tahu itu membuatku jadi ingin muntah?"
"Kalau begitu lupakan saja. Anggaplah aku tidak pernah mengatakan apa pun." Taehyung menukas sambil beranjak berdiri dan berjalan pergi saat mulutnya masih memberi perintah, "Tolong, cucikan mangkukku sekalian. Aku sangat lelah dan butuh istirahat."
"Memangnya dari tadi kau ke mana saja?" Jojo menolehnya dan menghentikan langkah Taehyung yang sudah setengah jalan menuju arah kamar.
"Tidak ke mana pun," bohongnya manis disertai senyum yang masih terkembang lebar, "dan tolong tetaplah di sisiku tak peduli apa pun yang terjadi. Meski seandainya kau lebih menyukai adikku ketimbang aku, tolong bertahanlah di sisiku sampai aku bisa mengatasi semuanya."
"Mengatasi apa? Memangnya ada masalah yang belum kau ceritakan padaku?"
Taehyung memilih untuk tidak pernah menjawab pertanyaan itu.
Membiarkan Jojo termangu di tempatnya sambil memandangi punggungnya yang perlahan menghilang di balik pintu. Jojo mendesah.
Tapi aku masih tetap ingin bersamamu. Karena kau sudah berhasil mencuri hatiku, V....
Aku ingin terus bersamamu sampai kapan pun.*
Seok Jin menjatuhkan tubuhnya di kursi kerjanya di kantor saat akhirnya ia dapat kembali bekerja usai terkapar tiga hari pasca mendapat "serangan" brutal Jiang Lulu. Punggungnya masih sakit dan harus ditempeli koyo oleh Sekretaris Ko yang berperan sebagai perawat pribadinya. Bahkan seandainya ia tidak memikirkan acara rapat bulanan dengan para dewan perusahaan, rasa-rasanya Seok Jin masih ingin beristirahat barang dua-tiga hari lagi sampai ngilu di sekujur badannya benar-benar sembuh.
"Ini amplop yang ditinggalkan Nona Jiang Lulu tempo hari lalu. Kurasa, sekarang Anda sudah bisa melihat isinya karena Nona Jiang Lulu terus bertanya apakah Anda sudah melihatnya." Sekretaris Ko melapor sembari mengantarkan kopi hitam ke meja sang atasan yang masih murung.
Seok Jin mengambil amplop yang tergeletak di mejanya dan mulai membuka isinya yang hanya berupa foto-foto remaja lelaki berseragam SMA Wolseum. Remaja yang Seok Jin akui cukup rupawan dan dalam beberapa sesi kedapatan tengah bercengkerama akrab dengan ibu tirinya, Ji So.
"Tolong hubungi Nam Joon dan katakan padanya untuk segera pergi ke Jeju." Seok Jin memberi perintah pada sekretarisnya yang masih mematung di tempat.
Sekretaris Ko mengangguk dan segera mengeluarkan ponsel untuk melaksanakan perintah.
"Katakan padanya juga agar langsung pergi ke Mokpo." Seok Jin menambahkan.
Sekretaris Ko mengangguk lagi dan meneruskan perintah sekali lagi. Sementara itu Seok Jin masih memandangi foto-foto di tangannya, lamat-lamat ia menyeringai lebar penuh kemenangan.
Jika menurut Mo Myung remaja itu terlihat seperti malaikat, maka sangat mungkin kalau lelaki ini adalah Taehyung .
*
KAMU SEDANG MEMBACA
Descendants [21+ END]
FanfictionTentang tiga putra konglomerat yang terlahir dari wanita berbeda dan tidak saling akur: Jeon Seok Jin, Jeon Taehyung dan Jeon Jungkook. Jeon Taehyung harus berjuang sedari kecil untuk menyelamatkan diri dari orang-orang yang terus berusaha membunuhn...