"Kenapa kau juga datang?" Nyonya Liliana melempar pertanyaan kepada Nyonya Ji So dengan gaya menuduh. Seakan-akan yakin kalau penyebab putranya masuk rumah sakit adalah wanita itu. "Bagaimana kau bisa tahu kalau Jungkook masuk rumah sakit?"
Nyonya Ji So tidak berminat menanggapinya hanya menyunggingkan sudut bibir sekilas dan membuang muka. Tak puas dengan sikapnya, Nyonya Liliana berganti menatap Ru Na. "Kau yang meneleponnya?"
Ru Na sontak menggeleng. Dia memang tak merasa pernah menelepon mantan calon ibu mertuanya dan tak tahu mengapa wanita itu ada di sana.
Lalu, tiba-tiba salah satu perawat menghampiri kerumunan kecil itu dan bertanya, "Siapa di antara kalian yang merupakan wali Kim Ji V?"
"Kami tidak mengenalnya!" Nyonya Liliana menjawab emosi, merasa kesal marah-marahnya terganggu. "Aku datang untuk menemui putraku, Jeon Jungkook."
"Tapi, Kim Ji V adalah pasien yang datang bersama putra Anda dan satu sekolah dengannya. Apakah Anda mungkin tahu siapa keluarganya? Kami mencoba menghubungi kontak wali di poselnya, tapi nomornya tidak aktif. Kami membutuhkan kehadiran keluarganya untuk menyelesaikan masalah administrasi guna bisa memutuskan tindakan selanjutnya."
"Dia keponakan Tuan Kim Sang Min." Ru Na menyambar. Menunjuk-nunjuk pada Kim Sang Min yang berdiri di kejauhan semenjak ia kembali dari mengantar Jojo keluar.
"Kau punya keponakan?" Presdir Jeon bertanya sedikit terkejut saat Kim sang Min mulai bergabung dengan mereka, tapi ia sangat ahli membuat wajahnya tetap datar cenderung tegas, sehingga tidak akan ada seorang pun tahu apa tepatnya yang sedang ia pikir atau rasakan.
Kim Sang Min mengangguk canggung, terlihat jelas bahwa ia gugup. Menyadari lelaki itu tidaka akan bisa banyak membantunya, Nyonya Ji So segera membuka mulut sebelum suaminya kembali mengajukan pertanyaan aneh-aneh kepada sopir kepercayaannya, "Aku datang karena dia meminta bantuanku untuk melunasi biaya perawatan keponakannya, sebab tidak mungkin meminta kedua orang tuanya datang ke rumah sakit pada saat ini. Mereka tinggal di luar negeri dan jarang bisa dihubungi."
"Orang tuanya tinggal di luar negeri dan bisa mengirim anaknya ke Wolseum, tapi dia tidak bisa melunasi biaya rumah sakit?" Nyonya Liliana menatap Kim Sang Min penuh cemooh. "Sepertinya kerabatmu terlalu memaksakan diri untuk bisa naik level. Menyedihkan."
"Kaulah yang menyedihkan karena begitu bodoh dan tidak tahu tata krama untuk berbicara pada salah satu keluarga siswa yang membuatmu bisa tetap makan sampai sekarang." Nyonya Ji So langsung menukas sarkas.
Ia memang paling benci pada sifat sombong yang dimiliki madunya ini. Dan menoleh perawat sebelum Nyonya Liliana mampu membalas serangannya. "Akulah yang akan melunasi semua biaya operasi dan perawatannya. Bisakah kita membicarakannya di tempat yang membuatku tidak harus melihat wanita sombong ini?"
"Kau?!" Nyonya Liliana hendak memakinya, namun gamitan tangan Presdir Jeon seketika berhasil menahannya. "Kau lebih membelanya daripada aku?"
"Ini rumah sakit, kendalikan dirimu dan jangan mempermalukanku."
"Jadi kau benar-benar membelanya?"
"Apa yang dia katakan ada benarnya. Kau tidak seharusnya menghina salah satu keluarga siswa Wolseum karena mereka adalah bagian dari mesin uang kita."
"Dasar menyebalkan! Aku akan melanjutkan ini nanti denganmu dan juga madu beracunmu itu. Kalau sampai hal buruk terjadi pada putraku, aku bersumpah akan membuatmu menyesalinya sepanjang sisa hidupmu." Nyonya Liliana meninggalkan suaminya diikuti Ru Na.
Sementara itu, Presdir Jeon kembali menoleh Kim Sang Min yang terus menghindari tatapan matanya sebelum menyusul sang istri. Dia mencoba mengingat sesuatu dalam sepanjang perjalanan menuju ruang operasi, mengenai asal-usul keluarga Kim Sang Min berikut latar belakang keluarganya.
Pegawainya itu tidak memiliki sanak saudara. Dan Presdir Jeon memiliki ingatan kelewat tajam yang ia turunkan pada Seok Jin, tidak mungkin bisa melupakan persoalan itu.
Menunda mengikuti sang istri kedua, Presdir Jeon berbelok menuju arah toilet dan menelepon sekretarisnya, "Selidiki latar belakang keluarga Kim Ji V. Dia salah satu siswa Wolseum. Aku butuh jawaban secepatnya."
Usai menutup telepon, Presdir Jeon kembali menyusul ketertinggalannya dan mempercepat langkah saat melihat dokter beserta para perawat keluar dari ruang operasi.
"Bagaimana kondisi Jungkookku?" Nyonya Liliana menggmit lengan dokter dan meremasnya sambil menangis.
"Untungnya, peluru itu tidak mengenai bagian jantungnya, jadi putra Anda bisa tertolong." Dokter menjawab sembari mengurai senyum kelegaan dan rasa syukur.
Nyonya Liliana nyaris ambruk saking leganya, dan beruntung Ru Na begitu sigap menangkap tubuhnya sebelum menyerempet ke lantai.
"Aku tidak apa-apa. Terima kasih." Nyonya Liliana menepuk-nepuk bahu Ru Na sambil memaksa tubuhnya kembali berdiri tegak.
"Saya lega ambulans bisa membawanya tepat waktu sehingga operasi bisa segera dilakukan. Dia sudah berhasil melewati masa-masa kritisnya. Namun begitu, kami tetap harus mengawasinya. Dia akan segera dipindahkan ke ruang ICU jadi Anda bisa bertemu secepatnya dengan putra Anda. Aku permisi."
"Bagaimana dengan kondisi temannya?" Pertanyaan Presdir Jeon kembali menghentikan langkah dokter yang hendak berlalu.
Nyonya Liliana sungguh ingin menghajar suaminya seandainya saja fisiknya tidak selemah sekarang yang sampai harus dibantu Ru Na duduk di ruang tunggu. Bagaimana bisa hatinya tidak tersayat-sayat kalau di saat putra mereka baru saja berhasil melewati masa kritis, lelaki itu masih sempat menanyakan kabar anak orang lain sekan-akan abai pada putranya.
"Dia mendapatkan sebelas tusukan di tubuhnya dan kehilangan lebih banyak darah. Tapi, dia sudah lebih dulu dibawa keluar menuju ruang ICU melalui jalur lain. Bisa kukatakan, dia belum pulih dari masa kritisnya."
*
Nyonya Ji So menggenggam kedua buku tangannya, menatap murka pada Taehyung yang terbaring di ruang ICU dengan segenap peralatan medis penunjang hidupnya.
Ia tak berhenti mengumpatinya dalam hati, membodoh-bodohkan Taehyung karena harus terluka dan masuk rumah sakit bersama adiknya, bahkan mendapatkan luka lebih parah dibandingkan Jungkook yang seharusnya mati malam ini.
"Sulit dipercaya aku membesarkan anak tidak berguna sepertimu. Seharusnya ... aku tidak pernah melahirkanmu saja kalau tahu kau sebegini tidak bergunanya di masa depan!" Nyonya Ji So mengamuk pada Taehyung yang belum sadarkan diri.
"Jika kau mati, maka usahaku selama ini akan sia-sia. Jika kau mati, aku tidak akan pernah memaafkanmu. Aku tidak akan membiarkan hidupmu tenang di akhirat. Jadi ... kau harus tetap hidup dan menyelesaikan tugasmu sebagai budakku, Anak Keparat!"
Perawat yang berada di sisi luar ruangan dan mendengar teriakan itu bergegas masuk dengan wajah khawatir, "Maaf, Nyonya. Anda tidak diizinkan berteriak kepada pasien karena dapat memperburuk kondisinya," nasehatnya pada Nyonya Ji So. "Jika sudah selesai, Anda bisa keluar sekarang."
Air mata Nyonya Ji So terjatuh tanpa ia sadari. Dalam sudut terkecil hatinya, ia merasakan nyeri teramat dalam yang tidak ingin ia akui menyaksikan kondisi tak berdaya putra semata wayangnya.
Entah mengapa ia selalu memperlihatkan sikap seakan-akan hanya memiliki kebencian untuk Taehyung sementara hatinya berkata sebaliknya. Lebih dari siapa pun, ia begitu mencintai Taehyung.
Melebihi apa pun yang pernah ia cintai di dunia ini. Namun setiap kali melihatnya, hati Nyonya Ji So selalu teringat pada lelaki yang telah menyakitinya selama ini, Jeon Tae Joo. Bahkan ketika ia telah mengubah wajah Taehyung agar tak terlihat mirip dengan ayahnya, hatinya tetap terasa sakit dan membuatnya selalu ingin bersikap kasar pada anak yang tidak pernah mengerti apa-apa itu.
"Lakukan apa pun agar dia tetap hidup. Dan jangan biarkan siapa pun selain aku, menjengkuknya," titah Nyonya Ji So pada perawat dengan nada dingin usai menyeka air matanya, lalu berjalan meninggalkan kamar tersebut melewati jalur belakang rumah sakit agar tidak lagi bertemu dengan suami dan madunya yang menjengkelkan.
*
KAMU SEDANG MEMBACA
Descendants [21+ END]
FanfictionTentang tiga putra konglomerat yang terlahir dari wanita berbeda dan tidak saling akur: Jeon Seok Jin, Jeon Taehyung dan Jeon Jungkook. Jeon Taehyung harus berjuang sedari kecil untuk menyelamatkan diri dari orang-orang yang terus berusaha membunuhn...