Tidak seorang pun diizinkan masuk ke dalam ruang pemulihan semenjak Presdir Jeon menempatkan beberapa bodyguard di masing-masing kamar putranya, tak terkecuali ibu dari mereka bahkan juga Nyonya Yuu Jin.
Peraturan itu tidak hanya membuat Nyonya Ji So maupun Nyonya Liliana frustrasi, tetapi Seok Jin sekalipun menjadi ikut serba salah. "Apa kau serius masih ingin melarangku masuk?" tanya Seok Jin pada salah satu penjaga di depan kamar Jungkook pada kali kedua kedatangannya berkunjung dan kembali mendapat penolakan.
"Maafkan kami, Tuan Muda. Saat ini Presdir Jeon sedang berada di kamar Tuan Muda Taehyung. Jika Anda meminta izin sendiri pada beliau mungkin...."
Tak ingin diceramahi oleh seorang bawahan, Seok Jin langsung mengayun langkah meninggalkan kamar tersebut tanpa menunggu si penjaga menyelesaikan kalimatnya. Sambil menahan murka dan rasa khawatir lantaran Presdir Jeon telah mengetahui siapa Kim Ji V sebenarnya, Seok Jin ingin cepat-cepat sampai di kamar lelaki itu dan memastikan sendiri bila Teahyung tidak akan menempatkannya dalam masalah. Namun sayangnya, lagi-lagi niat Seok Jin harus terhalang oleh dua penjaga bersetelan resmi yang bertugas di sana.
Tak ubahnya dengan mereka yang bertugas di kamar Jungkook, kedua manusia ini juga enggan menoleransi Seok Jin meski merka tahu siapa dia bagi Presdir Jeon.
"Ayahku ada di dalam, kan?" Seok Jin mulai kehilangan kesabarannya, menggegat rahang ketika berbicara. "Katakan padanya kalau aku datang!"
"Maafkan kami, Tuan Muda. Presdir Jeon sudah berpesan, siapa pun yang ingin menemuinya harus menunggu sampai beliau keluar."
"Haruskah aku menjelaskan padamu siapa aku ini?" Seok Jin meraih kerah kemeja penjaga tersebut dan menariknya kuat ke sisinya. Namun, usahanya tetap tidak membuahkan hasil sebab rekan penjaga tersebut tak lantas tinggal diam, menarik Seok Jin dan menyeretnya paksa meninggalkan gedung dibantu dengan dua rekannya yang segera ikut bergabung ketika mengetahui ada keributan.
"Tolong bekerja samalah, Tuan Muda," saran penjaga yang paling berani memulai aksi eksekusi dan mendesak Seok Jin memasuki mobil ayahnya. "Tunggulah di sini dan saya akan menyampaikan kepada Presdir jika Anda sedang menunggu saat dia keluar nanti."
Seok Jin tak menjawab, hanya menggegat rahang sambil memijit pangkal hidungnya frustrasi menahan kesal luar biasa saat mau tak mau harus menurut apa kata bawahan.
Sementara itu, di kamar rawat Taehyung, suasana menjadi amat sangat canggung semenjak ayahnya masuk. Presdir Jeon tidak mengatakan apa-apa setelah hampir setengah jam berlalu, bahkan suara keributan Seok Jin di luar sejenak tadi tak mengusik atensinya dari Jeon Taehyung. Pria itu hanya memandangi putranya dari atas ke bawah, naik lagi ke atas dan terus mengulanginya sebelum berlabuh pada wajah Taehyung yang masih menunjukkan sisa memar dan bekas luka sayat yang hampir sepenuhnya hilang.
Presdir Jeon lantas mendesah panjang, seakan-akan masih sulit percaya jika pemilik wajah asing ini adalah putranya yang telah lama menghilang.
"Ji So tampaknya benar-benar membenciku sampai melakukan ini padamu." Dia terkekeh entah untuk alasan apa. Namun, Taehyung berpikir sang ayah tidak menyukai penampilan barunya, jadi ia menunduk semakin dalam, memandangi pergelangan tangan kirinya yang sudah terborgol semenjak Taehyung pertama kali siuman pasca operasi.
Sepertinya tidak akan ada yang berubah dalam kehidupan Taehyung. Jika bukan sang ibu yang membuatnya merasa terkekang, akan selalu ada ayah yang nyata-nyata tak lebih baik darinya, siap membuatnya hidup serasa dipenjara berulang kali.
"Kau tidak senang setelah bertemu denganku?"
Saat suara dalam nun tegas itu kembali menyapanya, Taehyung akhirnya memberanikan diri mengangkat wajah dan memandang lekat Presdir Jeon. "Kukira Abeoji yang tidak senang setelah bertemu denganku." Sembari mengatakan itu, Taehyung sengaja menggerakkan tangan kirinya yang terborgol sebagai kode bahwa ia terganggu dengannya.
Hanya seulas senyum miring tersungging menanggapi ucapan Taehyung, dan lagi-lagi tak bisa Taehyung pahami apa maksud darinya. Sang ayah bangkit dari kursi yang semenjak tadi ia duduki, mengusap kepalanya sekilas. "Aku senang kau baik-baik saja. Lekaslah sehat dan kembali pulang ke rumah."
"Apa setelah ini, Abeoji akan kembali mengurungku seperti sebelumnya?"
"Jika hanya itu satu-satunya cara untuk melindungimu, aku akan melakukanya." Presdir Jeon mencebikkan bibir dan memutar badan siap kembali pulang, saat Taehyung kemudian memanggil dan menahan langkahnya.
"Abeoji!" Taehyung ingin sekali melompat turun dan menghadang sang ayah andai saja pergelangan tangan kirinya tak diborgol dengan besi ranjang sialan tempatnya dirawat. "Apa Jungkook baik-baik saja?"
Presdir Jeon mendesah panjang sebelum kembali menoleh padanya. "Kurasa untuk saat ini begitu. Tapi, Dokter tidak bisa menjamin kalau tidak akan terjadi komplikasi akibat operasinya di kemudian hari, mengingat peluru itu hampir saja menyasar jantungnya. Selain itu, efek penggunaan obat terlarangnya mungkin juga dapat memperburuk kondisinya sewaktu-waktu."
Taehyung menelan ludah, merasa bersalah luar biasa. Jika saja bukan demi melindunginya, dan jika bukan karena ibunya yang memberikan racun itu selama hampir tiga tahun lamanya kepada Jungkook....
Tiba-tiba, terpikirkan di benak Taehyung untuk memberi tahu semua kebusukan sang ibu kepada Presdir Jeon. Barangkali, itu dapat berguna sebelum hal buruk lain menimpa sang adik saat dirinya sendiri belum mampu untuk melindunginya.
"Ada lagi yang ingin kau sampaikan padaku?" Menyadari perubahan wajah putranya, Presdir Jeon kembali bertanya.
"Bisakah Abeoji tinggal lebih lama? Ada hal yang ingin kukatakan padamu, mengenai Eomeoni."
"Ji So?"
*
Alah... Kenapa mau end mkin sulit buat menemukan feel TTMakasih dah mau baca, jangan lupa tinggalkan jejak naa....:*
KAMU SEDANG MEMBACA
Descendants [21+ END]
FanficTentang tiga putra konglomerat yang terlahir dari wanita berbeda dan tidak saling akur: Jeon Seok Jin, Jeon Taehyung dan Jeon Jungkook. Jeon Taehyung harus berjuang sedari kecil untuk menyelamatkan diri dari orang-orang yang terus berusaha membunuhn...