Bagian 42. (Berdamai Dengan Mantan)

184 34 17
                                    

Gerimis pertama yang turun pagi hari di Seoul, disambut Taehyung dengan penuh semangat. Ia melompat dari tempat tidur dan berlari ke jendela. Melakukan kegiatan tak berguna yang hingga kini masih tak bisa ia tinggalkan; mengulurkan tangan menengadah hujan sambil mendongak ke langit. Taehyung tersenyum semringah dengan sebelah mata menyipit menahan silau mentari yang bersembunyi di balik hamparan mendung.

Aku masih hidup sampai sekarang. Kurasa semua akan baik-baik saja mulai saat ini. Gumamnya dalam hati sebelum bergegas ke kamar mandi dan bersiap keluar untuk sarapan.

Presdir Jeon sudah duduk di tempatnya ketika Taehyung turun dari kamarnya, ditemani Nyonya Yuu Jin yang tidak terlihat bahagia, lalu Jungkook yang mengenakan syal tebal selayaknya musim dingin dan juga ... Ru Na. Ah, keberadaan gadis itu secara khusus agaknya membuat Taehyung merasa canggung. Entah apakah karena mereka sama sekali belum berbicara kepada satu sama lain sejak Ru Na mengetahui penyamarannya, atau lantaran alasan lain yang Taehyung sendiri bahkan tidak mengerti apa itu.

Taehyung menyeret kursi di depan Jungkook setelah memberi salam hormat kepada ayah dan ibu tirinya. Hanya sekali melirik Jungkook yang penampilannya sangat aneh, Taehyung mulai mengisi piringnya dengan menu yang tersedia di meja.

"Kau sakit?" tanya Taehyung basa-basi. Tak ingin dianggap cuek pada sang adik yang hari ini sangat pendiam.

Jungkook menggeleng singkat dan melanjutkan makan. Ketika akhirnya mata Taehyung kembali mencuri padang ke arah Ru Na, ia baru menyadari kalau ternyata ada beberapa bercak kismark kecokelatan menempel di lehernya.

"Ru Na menginap di sini semalam. Kurasa telah terjadi sesuatu di antara mereka berdua." Presdir Jeon menyeletuk seolah-olah ingin menjawab rasa penasaran Taehyung. Namun siapa sangka, pernyataannya malah membuat Jungkook tersedak dan terbatuk selama beberapa saat sampai ia harus meminta maaf pada semua yang duduk di sana yang merasa kenyamanannya terganggu.

"Santailah. Kau tidak perlu merasa gugup padaku." Taehyung meledeknya sembari tertawa. Dan bertepatan dengan mengatakan itu, ia malah tak sengaja bersimuka dengan Ru Na yang langsung membuang pandang menghindarinya.

"Aku tidak gugup. Aku hanya ceroboh." Jungkook berkilah, dan sebelum Taehyung kembali mengeluarkan kata-kata untuk kembali menggodanya, Nyonya Yuu Jin menginterupsi.

"Berhentilah bicara saat sedang makan." Suara Nyonya Yuu Jin begitu tegas sebagaimana dirinya, seketika berhasil mendiamkan Jungkook dan Taehyung.

Keduanya pun kembali meneruskan makan dalam diam, dan Tahyung menyadari, Ru Na masih sengaja menatapnya diam-diam. Entah apa maksudnya.

*

Setelah acara sarapan selesai, Presdir Jeon meminta Taehyung tinggal sejenak dan mengajaknya bicara secara pribadi.  "Aku meminta Ibumu pindah ke suatu tempat dan kuharap, kau tidak akan mencarinya lagi."

Pria itu menuturkan dengan sangat santai. Tanpa kesan merasa bersalah ataupun menyesal. Hanya ditanggapi diam oleh Taehyung yang masih duduk di kursinya.

"Aku tidak sungguh-sungguh membenci Ibumu, tapi kurasa, dia memang perlu untuk diberikan pelajaran agar menyadari bahwa apa yang selama ini dilakukannya adalah keliru."

"Mungkin Ibuku seperti itu karena Abeoji tidak berkenan meresmikan hubungan kalian." Taehyung berargumen. Tidak bermaksud mencari-cari pembelaan atas ibunya, namun tak memungkiri kalau ia sebenarnya sangat mencemaskan kondisi Nyonya Ji So dan berharap di dasar hatinya, wanita itu bisa meresmikan pernikahan sebagaimana hubungan Presdir Jeon dengan kedua istrinya yang lain. "Aku tidak ingin menyalahkan siapa pun dari kalian. Tapi kuharap, Abeoji mau memaafkan Ibuku dan kembali bisa menerimanya suatu saat nanti."

Descendants [21+ END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang