Bagian 1. (Los Angeles)

554 58 28
                                    

Wajah yang selalu bersembunyi itu memiliki nama Jeon Taehyung. Putra kedua dari seorang konglomerat kaya raya bernama Jeon Tae Joo yang memiliki dua istri resmi, satu istri simpanan, dan tiga putra tampan yang tidak pernah memiliki hubungan baik di antara satu sama lain.

Jeon Taehyung kembali terjebak dan harus tertahan di kantor polisi dengan wajah babak belur, tetapi hatinya benar-benar merasa gembira karena mendengar kakaknya berada di Los Angeles. Tempat ia "dibuang" dan harus menjalani kerasnya hidup "diburu" seorang diri selama hampir tiga tahun. Serta jauh dari ayah yang mengerikan dan wanita licik yang sudah melahirkan serta menempatkannya dalam banyak masalah.

Ketika beberapa polisi berjalan keluar hendak melakukan tugas patroli malam, seorang pria Korea berusia paruh baya menyelinap masuk melalui pintu samping dan mendatangi ruangan Kepala Polisi dengan berani.

"Apa dia ditahan?" Pria Korea itu berdiri di depan meja sang Kepala sambil memperlihatkan kartu pengenalnya sebagai formalitas. Nama Jong In dengan gelar Sarjana Hukum tercetak di sana dengan tinta hitam mengilat sebagai lambang kebanggaannya. Namun, Kepala polisi yang telah mengenalnya dengan baik tak lagi berminat memperhatikan nama dalam tanda pengenal itu. Bahkan ia tidak peduli apakah manusia di depannya ini memiliki nama atau tidak.

"Jika kau tidak datang, kami akan menahannya." Daniel Mc. Cautny, menjawab sembari tersenyum lebar. Tetapi hanya dalam sekejap, ekspresinya lantas berubah penuh kemarahan dan tidak percaya. "Dia menyelinap masuk ke dalam toilet wanita di sebuah mal yang tengah ramai oleh pengunjung dan menyebabkan keributan besar hingga sepuluh anak buahku harus turun karena mengira ia adalah seorang psikopat bersenjata dengan beberapa sandera."

"Omong kosong. Dia hanya seorang bocah. Bagaimana bisa kau melebih-lebihkan dengan menganggapnya psikopat bersenjata?" Jong In mendesau gusar.

"Rekaman CCTV memperlihatkan seorang pria dengan jaket berpenutup kepala berusaha menyembunyikan wajahnya menggunakan masker hitam dan berlari memasuki zona toilet wanita. Katakan padaku, siapa yang tidak akan berpikir kalau ia adalah seorang penjahat?"

Jong In membenarkan itu dalam hatinya tapi ia tak ingin membuang waktunya yang berharga dengan meladeni Daniel berdebat, segera mengeluarkan amplop cokelat tebal berisi dolar dari dalam koper yang ia bawa dan meletakkannya di meja. "Anggaplah malam ini kau tidak pernah mendapatkan laporan mengenai hal ini. Kau tidak membawanya ke kantor polisi dan sisanya akan aku urus. Sekarang di mana dia?"

"Ada di ruangan tempat para petugas malam biasanya beristirahat. Aku memberinya makanan karena aku tahu keluarganya selalu memperhatikanku. Terima kasih banyak, Pengacara In. Senang terlibat masalah denganmu."

*

Jong In mendesah panjang setelah mereka tiba di rumah dan melihat Taehyung yang langsung berlari ke balkon kamarnya untuk mengais tetesan hujan dengan menengadahkan tangannya kekanakan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jong In mendesah panjang setelah mereka tiba di rumah dan melihat Taehyung yang langsung berlari ke balkon kamarnya untuk mengais tetesan hujan dengan menengadahkan tangannya kekanakan.

"Kubilang jangan terlibat masalah lagi dengan polisi. Apa begitu sulit bagimu untuk tetap diam dan pergi ke sekolah seperti remaja pada umumnya?" suara itu menggelegar di telinga Taehyung, namun mengalir begitu saja sebagaimana air hujan yang terjatuh malam ini dan langsung masuk ke saluran pembuangan bawah tanah.

"Aku tidak memahami dirimu lagi. Bagaimana bisa kau sangat cabul dan memasuki toilet wanita di sebuah mal yang tengah ramai? Apa sangat menyenangkan bagimu untuk membuatku kesulitan?"

Taehyung berhenti memandangi hujan yang jatuh ke tangannya dan menoleh sinis pengacara yang menjadi teman satu-satunya selama terbuang di negeri asing ini. "Apa menurutmu aku terlihat menikmati semua ini?"

Jong In tak menjawab dan hanya berjalan ke arah lemari es di kamar remaja itu untuk mengambil minuman. Memikirkan bagaimana wajah Taehyung yang babak belur dan masih menyisakan darah setengah mengering di sudut-sudut bibirnya jelas menunjukkan kalau ia tidak sedang dalam kondisi yang menyenangkan.

"Apa ... wanita-wanita di dalam toilet itu telah menghajarmu beramai-ramai?" Jong In menebak-nebak usai meneguk cola yang ia temukan di kulkas.

Taehyung menyeringai dan naik ke ranjang tidurnya tanpa menjawab sepatah kata pun. Sudah terlalu melelahkan baginya, dan pengacara itu juga tidak sepenuhnya bisa ia percayai. Taehyung kembali dikejar orang-orang tak dikenal saat baru saja keluar dari sekolahnya dan dihajar habis-habisan di sebuah gang di dekat pusat perbelanjaan.

Saat salah satu dari mereka mengeluarkan sebuah pisau dari balik jaket kulitnya, Taehyung berhasil mendapatkan sisa tenaganya untuk melarikan diri dan memasuki mal terdekat dari tempatnya diserang. Namun, orang-orang itu masih terus mengejar hingga Taehyung tak memiliki pilihan selain masuk ke dalam toilet wanita demi bertahan hidup. Sebagaimana pesan ibunya yang hanya meminta agar ia tidak mati sebelum mendapatkan warisan sang ayah, Taehyung harus bertahan hidup bagaimana pun caranya, tak peduli meski ia juga sangat membenci ibunya yang matrealistis.

"Aku akan memanggil dokter untuk merawat lukamu sebelum pulang." Jong In bertutur sambil mengeluarkan ponselnya dari dalam saku.

Taehyung yang sudah meringkuk sambil memejamkan mata menahan sakit di sekujur badannya kembali membuka mata saat teringat akan kakaknya. Pikirannya dengan cepat kembali bersemangat begitu bayangan dirinya akan bertemu dengan sosok yang sudah sangat ia rindukan itu mulai menari di kepala. "Kudengar, Hyung ada di sini? Bisakah kau memintanya datang mengunjungiku?"

"Seok Jin?" Jong In mencebik. "Kau pikir, manusia sombong itu akan mendengarkan permintaanku? Lagi pula dia datang hanya untuk urusan pekerjaan. Dia tidak akan mau repot-repot membuang waktunya hanya untuk melihat berandalan sepertimu terluka akibat dikeroyok wanita."

Bukan wanita-wanita itu, sialan! Taehyung mengumpat dalam hati, tapi ia hanya mendengkus tak berniat memberi tahu Jong In kejadian sebenarnya. Lagi pula, pengacara itu tidak akan memercayainya sebagaimana yang lalu-lalu.

"Lalu bisakah kau mengantarku padanya sekarang?" Taehyung kembali duduk dan menatap Jong In penuh hiba. Berharap pengacara itu akan mengabulkan permintaannya. "Kami tidak bertemu selama hampir tiga tahun. Dia juga tidak pernah menjawab telepon atau pesanku. Aku sangat merindukannya."

"Tidurlah. Aku tidak akan mengantarmu ke mana pun. Membiarkannya melihatmu dalam kondisimu yang seperti sekarang hanya akan menambah beban masalahku saja. Aku sudah mengirim pesan pada dokter Alex. Dia akan segera datang. Sampai jumpa. Dan camkan baik-baik peringatanku soal jangan membuat masalah. Aku sangat serius kali ini."

*

Tinggalkan jejak, dan jangan lupa follow biar nggak ketinggalan update ceritanya❤️

Descendants [21+ END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang