Bagian 8. (Hati Yang Terluka)

234 47 73
                                    

"Saya kembali melihat orang itu datang ke kantor Tuan muda Seok Jin."

Presdir Jeon memperhatikan lembaran foto di tangannya, sambil mendengarkan pria utusannya menyampaikan informasi.

"Tampaknya, Tuan muda Seok Jin menyadari jika ponselnya disadap dan dia mulai menggunakan cara ini untuk mendapatkan informasi entah dari siapa pun itu di luar sana."

"Lalu di mana dia sekarang?" Presdir Jeon melemparkan foto-foto itu ke atas meja dan bangkit dengan perlahan dari kursinya.

Pria itu berjalan ke jendela, melemparkan pandangan ke arah pekarangan rumah. Ke rerimbunan kodemari yang tengah bermekaran dan membuat udara sore di sana begitu harum saat semilir angin berembus ke dalam rumah melalui jendela-jendela besar yang terbuka.

"Seharusnya Tuan Muda Seok Jin sedang dalam perjalanan menuju Busan terkait pengesahan akuisisi dengan Royal Group. Tapi di tengah perjalanan, mobilnya tiba-tiba saja memutar arah menuju ke bandara."

"Kalau begitu...." Presdir Jeon menghela napas berat dan memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana, "cari tahu ke mana dia pergi."

"Baik, Presdir." pria utusan itu membungkuk. "Lalu, bagaimana dengan pria dalam foto itu? Haruskah saya membunuhnya?"

"Kenapa harus membunuhnya sekarang kalau kita bisa menggunakannya untuk bersenang-senang sementara waktu?"

"Baik, Presdir." Lelaki utusan itu kembali mengangguk.

"Lagi pula, aku penasaran dengan permainan macam apa yang sedang dimainkan para pangeranku di luar sana. Semua ini  ... tidak akan seru jika kita mengakhirinya terlalu cepat, bukankah begitu?"

Lelaki utusan hanya mengangguk tanpa berani menjawabnya kali ini, lalu terdengar suara pintu yang diserobot dari arah belakang punggung masing-masing. Membuat Presdir Jeon menoleh diikuti utusannya yang langsung pamit undur diri begitu melihat sosok Nyonya Liliana berjalan masuk.

"Apa kau masih menganggapku sebagai istri? Kenapa untuk bisa menemuimu saja aku harus menunggu seharian?" sembur Nyonya Liliana begitu tamu suaminya keluar.

"Ini bukan jadwalmu untuk bertemu denganku. Kau tahu pasti alasan itu."

"Omong kosong dengan jadwalmu. Kenapa kau tega sekali memperlakukan putramu seperti penjahat? Memangnya kesalahan apa yang sudah Jungkook lakukan padamu? Sudah kuperingatkan berulang kali agar jangan melukai wajahnya. Kenapa kau selalu mengabaikanku?" Nyonya Liliana melanjutkan celotehannya begitu berdiri berhadap-hadapan dengan Presdir Jeon.

Presdir Jeon lantas hanya tersenyum, yang membuat Nyonya Liliana semakin didera perasaan kesal. "Apa ada hal yang menurutmu layak untuk kau sikapi sambil tersenyum? Jungkookku, bukan lelaki cabul sepertimu. Dia tidak mungkin melakukan hal-hal menjijikkan kepada Ru Na karena aku tahu dia tidak pernah menyukai gadis itu. Asal kau tahu saja, selera putraku, jauh lebih baik daripada anak simpananmu itu. Jungkook tidak akan naksir pada gadis yang hanya seorang putri pemilik lima perusahaan waralaba terbesar di Asia Timur. Anakku, akan menjadi menantu Bill Gates kalau saja kau tidak menjualnya terlalu murah pada pemilik perusahaan waralaba itu!"

"Jungkook sudah menerima pertunangannya. Kenapa kau ribut seperti ratu lebah?"

"Dia menerimanya karena kau terus memukulinya! Siapa yang akan tahan diperlakukan kasar olehmu? Bagaimana pun juga, aku tidak akan pernah mengakui Ru Na sebagai menantuku jika kau tetap melanjutkan pertunangan ini. Sekarang, kau harus membayar biaya kompensasi karena sudah membuat wajah calon bintang duniaku terluka. Aku harus membawa putraku ke dokter kulit terbaik karena besok dia akan menjalani pemotretan. Jika kontraknya sampai bermasalah, aku bersumpah akan mendatangi Ji So dan menghajarnya!"

Descendants [21+ END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang