Bagian 25. (Kebahagian Kecil Di Gubuk Sang Min)

168 38 18
                                    

"Bisa kau pinjami aku seragammu?" Jungkook menyandar ke lemari Taehyung sewaktu lelaki itu tengah mengeluarkan seragam untuk jadwal hari Selasa.

Tidak berminat menjawabnya, Taehyung hanya melihatnya dengan tatapan blank andalannya saat malas menghadapi sesuatu, yang terlihat menjengkelkan sekaligus menggemaskan di waktu bersamaan.

"Kenapa kau malah menatapku seperti lelaki idiot begitu? Kau sungguh mulai tertarik padaku?" Jungkook menggodanya dengan menarik gemas hidung Taehyung tiba-tiba.

"Aku tidak ingat sejak kapan kita menjadi akrab hingga kau berpikir bisa meminjam seragam dariku. Kenapa kau tidak pulang dan ambil seragam dari rumahmu saja? Bukankah itu lebih masuk akal?" tanggap Taehyung sambil mendorong Jungkook menjauh dan berlalu menuju kamar mandi.

"Aku tidak ingin pulang sampai beberapa hari kedepan. Jadi pinjamilah aku seragammu. Kalian selalu memiliki dua setel untuk satu jenis, kan?" Mengabaikan respons dingin Taehyung, Jungkook mengikutinya ke dalam kamar mandi dan mengikuti lelaki itu melepaskan pakaian.

Terkejut mendapati sang adik ikutan bugil, Taehyung urung menggantung atasan piamanya dan menggunakannya untuk menutupi tubuhnya yang terekspose.

"Kau mau apa, huh? Kenapa kau melepaskan semua pakaianmu di depanku?" bentak Taehyung spontan.

"Mandi. Memangnya mau apa lagi?" Jungkook menjawab santai dan meneruskan kegiatannya melepaskan celana dalam.

Taehyung seketika memejamkan mata dan berpaling, sangat jengkel dengan tingkahnya yang tak tahu malu, "Maksudku adalah, kenapa kau harus masuk ketika aku berniat memakai kamar mandi terlebih dulu?"

"Tidak banyak waktu tersisa. Hanya ada satu kamar mandi di sini. Jika aku menunggumu selesai aku akan terlambat. Kita mandi bersama saja."

"Andwae!" Taehyung memekik. "Aku tidak pernah mandi bersama siapa pun seumur hidupku. Dan tidak akan melakukannya denganmu."

"Kalau begitu keluarlah. Aku akan mandi sekarang. Minggir!" Jungkook mendorongnya hingga tubuh Taehyung membentur tembok.

Ingin rasanya Taehyung mengumpat dan menyeretnya keluar, tetapi kekesalan itu seketika sirna begitu ia menyadari ada semakin banyak bekas luka cambukan pada punggung hingga ke kaki sang adik, hingga marahnya pun berganti perasan iba dan rasa bersalah karena tak bisa melindunginya.

"Lukamu itu, kenapa banyak sekali?" gumam Taehyung sambil menyandar ke pintu.

Jungkook yang mulai membasahi tubuhnya dengan air dari shower menjawab tanpa menoleh kepada lawan bicaranya. "Kau memperhatikanku diam-diam ya?" ejeknya tak serius. "Ayahku akan mencambukku setiap kali aku dianggapnya melakukan kesalahan."

"Ah...." Taehyung menanggapi, sejenak tak tahu harus berkata apa, "Tapi, luka-luka itu sangat mengerikan. Lebih buruk dari yang pernah kudapatkan dari ayahku."

"Kalau begitu kau beruntung."

Taehyung tersenyum masam tanpa sepengetahuan sang adik. "Memangnya, kesalahan apa yang sudah kau lakukan sampai dia mencambuk rata sekujur badanmu?"

Jungkook berhenti mengguyur tubuhnya dan mulai menyabun, tersenyum dingin sekilas, "Akhir-akhir ini aku banyak melakukan kesalahan. Menolak pertunangan dan kemarin tiba-tiba laporan hasil medisku menunjukkan kalau aku pengguna obat-obatan terlarang. Ayah sangat marah dan hampir ingin membunuhku. Untungnya aku berhasil kabur."

"Kau sungguh memakai obat terlarang?"

"Jangan ngawur. Sekalipun aku ingin mati setiap harinya, aku tidak akan bunuh diri dengan cara merusak tubuhku dengan mengkonsumsi obat-obatan terlarang. Itu terlalu norak."

"Jadi kenapa kau ingin mati?"

"Entahlah. Aku hanya merasa tidak ada yang menyenangkan dalam duniaku. Keluargaku sangat berantakan. Tidak ada orang yang benar-benar menyayangiku, kecuali tunanganku yang kubenci. Dan itu bukan hal yang bisa kusyukuri."

"Bukankah Ru Na sangat cantik? Kenapa kau menolak bertunangan dengannya?" Taehyung memancing ragu-ragu. Berharap dapat mengetahui rahasia terdalam yang Jungkook sembunyikan seumpama fakta kalau dia sebenarnya juga menyukai Ru Na meski sedikit. Namun nyatanya, jawabannya malah justru membuat hati Taehyung mencelos ngilu.

"Dia bukan tipeku." Jungkook mengakui terus terang sembari membersihkan bagian kakinya secara hati-hati sambil menahan perih dari semua luka-lukanya. "Lagi pula, dia seharusnya bertunangan dengan kakakku yang cinta mati padanya. Jadi aku hanya harus menjaga Ru Na sampai kakakku kembali agar orang-orang sepertimu tidak lagi berani mengusiknya."

Senyuman Taehyung terasa pahit. Merasa malu pada diri sendiri mengetahui Jungkook begitu menyayanginya dan rela menanggung semua ketidakbahagiaan bersanding dengan Ru Na hanya agar dapat melindungi cintanya, sementara ia sendiri malah sibuk memikirkan perasaannya pada Jojo dan berniat tak mau mengalah dari Jungkook untuk mempertahankan Kim Jojo. 

"Aku minta maaf karena sudah mengganggu tunanganmu," kata Taehyung akhirnya. "Tapi ... seandainya suatu hari nanti kakakmu kembali dan dia bertemu Jojo lalu jatuh cinta pada gadis yang kau sukai, maksudku, seandainya saja dia kebetulan juga menyukai Jojo sebab dia berpikir tunangannya tak akan pernah kembali padanya, apa yang akan kau lakukan?"

Jungkook seketika berhenti menyabuni kaki dan tampak serius berpikir, "Aku tidak pernah berpikir jauh ke sana. Lagian, Taehyung bukan jenis orang seperti itu. Seperti yang kubilang, dia cinta mati pada Ru Na. Dia mencintai gadis itu seperti orang gila jadi dia tidak akan menyukai Jojo, apalagi jika tahu kalau aku juga menyukainya. Taehyung pasti akan mengalah karena dia sangat menyayangiku."

"Benar juga." Taehyung tertunduk lunglai. "Seorang kakak seharusnya memang mengalah untuk adiknya. Itu masuk akal." Dia meneruskan lirih, sebelum akhirnya terjengit sejadi-jadinya saat Jungkook tiba-tiba menyemprotnya dengan shower.

"Cepatlah mandi! Kenapa kau terus bertanya ini itu padaku? Kukira tadi kau bilang kita tidak akrab, uh?"

Taehyung yang mendadak dibuat kesal atas perbuatan jail itu segera menghampiri Jungkook dan merebut selang shower darinya. Bermaksud membalas, keduanya malah tak sengaja bersenda gurau saling menyiram dan melemparkan busa sabun sambil saling mengumpati.

Jojo yang sudah siap berangkat dan mendengar keributan dari dalam kamar mandi sontak menggeleng. Ia melihat jam dan berniat untuk mengingatkan agar keduanya berhenti membuat keributan dan menyelesaikan mandi dengan cepat saat menyadari sesuatu. Kedekatan. Yah, mereka terdengar begitu akrab bahkan ketika Jungkook tidak menyadari siapa sosok yang kini bermain-main dengannya dan membuat Jojo merasa khawatir.

Jika mereka bisa sedekat ini bahkan ketika Jungkook tidak mengetahui siapa Kim Ji V sebenarnya, di masa lalu mereka pasti benar-benar dekat sebagai adik kakak.

Jika pada akhirnya nanti Jungkook tahu siapa itu Kim Ji V dan mengetahui aku menyukai kakaknya, apakah itu akan baik-baik saja bagi hubungan keduanya? Apakah aku sangat jahat jika memilih salah satunya untuk lebih kucintai?

*

Descendants [21+ END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang