Bagian 19. (Hari Yang Panas Tuan Muda Pertama)

218 33 29
                                    

Melihat wanita-wanita muda mengenakan pakaian serba minim, atau bahkan sama sekali tidak berpakaian, adalah pemandangan yang lumrah bila berkunjung ke apartemen Seok Jin. Lelaki itu tidak bisa dipisahkan dari pelacurnya. Mereka berdatangan dan berganti setiap hari selayaknya menu makanan Seok Jin, tanpa satu pun bisa pria itu ingat siapa namanya.

Pada akhir pekan, jumlah mereka akan semakin bertambah banyak. Di kolam renang saja, ada sepuluh gadis yang sedang bersenda gurau seumpama bidadari yang tengah berpesta. Di ruang tengah, di dapur, belum lagi yang sudah berada di tempat tidur. Sekretaris Ko mencoba menghitung semua dan mendapatkan angka lima puluh sebelum mulai membuat totalan berapa uang yang harus ia keluarkan untuk malam ini.

"Apa dia akan tidur dengan mereka semua?" tanya Nam Joon sambil mengipas-ngipas map dokumen yang hendak diserahkannya kepada Seok Jin untuk menepis "gerah" dalam tubuhnya.

Sekretaris Ko mengedikkan bahunya sembari berpikir, "Mungkin, siapa yang tahu. Dia sangat mirip dengan Presdir Jeon. Aku bisa percaya jika dia benar-benar meniduri mereka semua dalam waktu dua malam."

Nam Joon hanya ber-oh panjang dan menggeleng-geleng, antara kagum sekaligus miris menyaksikan kehidupan temannya tanpa mampu berkomentar barang sepatah kata.

Beberapa menit berlalu, terdengar alarm pintu berbunyi. Sekretaris Ko dengan penuh semangat membuka kunci dan mempersilakan masuk seorang wanita cantik bertubuh semampai yang dikenalnya sebagai tunangan sekaligus salah satu pegawai Seok Jin di kantor, Jiang Lulu.

Jiang Lulu memiliki hubungan yang kompleks dengan Seok Jin dan akan melakukan apa pun agar bisa mengendalikan pria itu, tidak pernah menyukai fakta bila pujaan hatinya penggila wanita.

"Di mana dia?" tanya Jiang Lulu kepada Sekretaris Ko setelah mengedarkan pandang dan tidak menemukan sosok yang tengah dicarinya di antara banyaknya manusia di sana.

Sekretaris Ko dengan dagunya menunjuk arah pintu kamar Seok Jin yang memperdengarkan suara gelak canda sensual dari dalamnya. Membuat Jiang Lulu sontak mengambil langkah menuju ke sana, dengan begitu berani bahkan menyingkirkan tubuh Nam Joon yang berusaha menghalanginya mencapai pintu.

"Tunggulah sebentar lagi. Aku juga ingin bertemu dengannya. Tapi jika kau bersikap seperti ini, dia pasti akan marah besar dan melahap hidup-hidup kita semua."

"Minggir!" Jiang Lulu mendorongnya sekali lagi sekuat tenaga hingga Nam Joon terpelanting. Kemudian membuka pintu itu dengan emosi dan mendorongnya keras-keras sampai daun pintu terjeblak disertai suara derak dan memperlihatkan pemandangan "mengerikan" Seok Jin tengah terikat di atas tempat tidur dan dikerumuni lima wanita yang tidak satu pun dari mereka mengenakan busana.

Jiang Lulu menelan ludah dan terus mendekat ke tempat tidur, memperlihatkan wajah menantang pada Seok Jin yang jelas-jelas terlihat gusar lantaran kesenangannya terganggu.

"Keluar kalian semua!" Jiang Lulu berteriak lantang selayaknya istri yang memergoki suaminya tengah berselingkuh. Menatap murka sarat cemburu pada semua pelacur yang hanya melihatnya sekilas tanpa respek.

Ketika kemudian semua pelacur di sana tak kunjung beranjak dari posisinya hingga beberapa detik berlalu, Jiang Lulu dengan sangat kesal, meraih botol anggur yang terletak di meja nakas dan memecahkannya ke dinding sebelum menodongkannya kepada para pelacur bugil yang tampak berusaha menantangnya itu.

"Jika kalian tidak keluar dalam hitungan ketiga, aku akan membunuh kalian semua!"

Sontak, para pelacur pun berhamburan, tergopoh-gopoh memunguti pakaiannya dan berlari keluar, meninggalkan Seok Jin yang masih terikat dalam keadaan erksi hebat.

Jiang Lulu kembali menuju pintu dan membantingnya, menguncinya sebelum kembali kepada Seok Jin yang semenjak tadi masih membisu menyaksikan tingkah lancangnya.

Descendants [21+ END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang