37 | In The Rain

81 17 19
                                    

Seoul, Juni 2012

Hujan deras mengguyur kota Seoul pagi ini.

Jian mengurungkan niatnya untuk pergi ke sekolah dan kembali ke dalam kamarnya. Sudah satu minggu ia tidak bersekolah dan hari ini dia tidak pergi ke sekolah lagi. Padahal bulan depan, ia sudah mulai ujian untuk kelulusan. Tapi, tak ada yang dipersiapkan oleh gadis itu. Tidak sama sekali.

Bukan tanpa alasan Jian tak bersekolah dan sering untuk membolos padahal dia sudah kelas 12. Kondisi psikologisnya semakin parah. Gadis itu terkadang tiba-tiba pingsan saat melihat banyak orang karena ketakutan yang berlebihan. Ia juga terlihat seperti mayat hidup karena terus-terusan mengkonsumsi obat tidur tanpa henti dan ia tak segan untuk melukai dirinya sendiri saat merasa tertekan.

Lengannya penuh dengan bekas luka sayatan yang tak kunjung menghilang karena ia terus-terusan melukai dirinya.

Jian menatap kearah luar jendela dan menatap hujan yang turun dalam gerak lambat. Tangisnya kemudian pecah seketika.

"Eomma, aku benar-benar ingin mati. Aku sudah tidak dapat tertolong lagi." Lirihnya.

"Aku sudah hancur di dalam. Sangat hancur, Eomma." Ujar Jian.

Jian, gadis itu beranjak keluar dari kamarnya. Berdiri dibawah hujan yang turun tanpa henti dan menangis.

"Berdiri dibawah hujan dan menatap senja benar-benar membuatku ingin mati." Jian tiba-tiba berteriak.

"Kenapa aku hidup seperti ini?" Pekik Jian.

Gadis itu kemudian terjatuh dan menundukkan kepalanya sambil terus terisak. "Tolong aku. Aku tidak tahan dengan rasa sakit ini." Lirihnya.

"Jian-a?"

Jian yang sedang menangis langsung mendongakkan kepalanya saat air hujan tak lagi membasahi tubunya. Didapati Han Seungwoo berdiri disampingnya sambil memayunginya dari hujan yang turun.

"Oppa...." Lirih Jian.

Seungwoo langsung meraih tangan Jian dan menyuruhnya untuk berdiri. Jian pun berdiri dan langsung memeluk Seungwoo dengan sangat erat.

"Oppa, tolong aku.... aku tidak mau terus terluka seperti ini. Aku ingin bahagia seperti waktu itu." Jian memohon.

Seungwoo membalas pelukan gadis kecil itu dan mengusap rambutnya yang basah terkena air hujan.

"Jian-a, selagi aku ada disampingmu, kau tidak akan terluka. Aku akan membantumu untuk bahagia seperti dulu. Bukan hanya aku. Jinyoung, Wonyoung, Jungnam Ahjussi, Eunbi, dan bahkan Seungyoun. Kita berusaha untuk membahagiakanmu, Jian-a." Ujar Seungwoo.

"Aku juga tidak mau kau terus terluka seperti ini, Jian-a." Katanya lagi.

Jian kemudian melepaskan peluknya dan menatap laki-laki jangkung yang ada di hadapannya dengan tatapan sendu. "Apa yang harus kulakukan, Oppa?" Tanya Jian.

"Kenapa tidak pernah ada yang sesuai dengan keinginanku? Seolah-olah alam semesta menentangnya." Tukas Jian.

"Jian-a, aku yakin Tuhan sesang merencanakan sesuatu yang indah untukmu. Ini mungkin adalah saat dimana kau harus struggle dari titik terendah di hidupmu." Ujar Seungwoo.

"Jangan dengarkan kata-kata yang menyakiti hatimu, Jian-a. Kau hanya memiliki dua tangan. Kedua tanganmu tidak bisa untuk menutup mulut orang-orang yang mencaci dirimu. Kau bisa menggunakan kedua tanganmu untuk menutup telingamu sendiri." Lanjutnya.

Seungwoo kemudian meraih wajah Jian dan mencoba untuk menghapus air mata yang sudah bercampur dengan air hujan itu.

"Kau pasti akan menemukan titik terang. Sampai kau menemukannya, aku akan menemanimu menjalani gelapnya hidupmu." Ujar Seungwoo.

✔ Dear My Youth (Ong Seongwoo)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang