15 | Forced Kiss

154 20 21
                                    

Seoul, Agustus 2019

Dibawah langit malam Daeseong-ri yang indah, aku berjalan bersama dengan Jianku. Menghabiskan waktu untuk mengusir kesedihannya.

Sesekali dapat kulihat dia tersenyum, matanya menerawang jauh ke angkasa luas gelap yang bertabur bintang.

Dia terlihat bahagia.

Melihatnya seperti itu, membuatku berjanji pada diriku sendiri dan bintang sebagai saksi, bahwa aku laki-laki yang selalu membuatnya kesal akan membahagiakannya. Seumur hidupku.

Jianku harus bahagia. Dia hanya boleh tersenyum.

Setelah berjalan-jalan cukup lama, kami berhenti sambil berbagi jaket bersama dan menatap jauh ke sebuah sungai yang terbentang di depan rumah yang kita tempati.

Aku menatapnya dan tersenyum. Benar-benar tak pernah bosan untuk menatap kecantikannya dari dekat seperti ini. Benar-benar membuat hatiku berdebar.

Aku memberanikan diri untuk mendekatinya, namun, dia malah menjauh dan menyuruhku untuk menjaga jarak. Sungguh lucu.

Kemudian aku bertanya kepadanya tentang cinta pertama dan seseorang yang membuatnya berdebar.

Jianku yang dulu, dia tidak pernah jatuh cinta saat bertemu denganku. Tapi, akulah orang yang membuat hatinya berdebar.

Dia begitu polos dan sangat jujur. Aku sangat menyukainya.

Setelah itu, aku memberanikan diri untuk mendekatinya lagi. Dia menoleh kearahku dan tersenyum.

Aku tidak bisa membiarkan kesempatan itu pergi begitu saja.

Bibirnya begitu lembut dan manis.

Kita berciuman, untuk pertama kalinya. Rasanya sangat indah, seolah dunia berada di genggamanmu.

Ciuman pertama kita terjadi begitu saja. Namun Jianku mengakhirinya dengan luka yang tertancap di hatiku.

Ah, jika mengingatnya kembali, aku benar-benar sangat merindukannya.

Jianku, kuharap kita dapat bertemu.

Yi Daesung


Jian baru saja selesai membaca bagian dari draft Jianku tentang ciuman pertama mereka. Sebuah tulisan yang sangat mirip dengan kisahnya dan latar tempat yang benar-benar sama. Daeseong-ri.

Sudah dua bulan setelah menerima naskah itu, Jian terus membacanya sampai selesai. Setelah selesai, dia terus mengulangnya lagi untuk menemukan satu tulisan bahwa Jianku yang dimaksud bukanlah dirinya yang pernah bersama Seongwoo saat itu.

Tapi sayang, dia tak menemukannya. Tulisan itu benar-benar seperti dibuat oleh Seongwoo untuk dirinya.

Entah itu sebuah kebetulan atau kesengajaan, Jian merasa bahwa dirinya lah pemeran utama dalam tulisan tersebut.

"Tidak mungkin. Dia bahkan tidak berpikir untuk menjadi penulis." Lirih Jian.

"Arrrrgghhhhh." Jian mengerang frustasi. Benar-benar sangat frustasi.

"Aku benar-benar ingin melupakan laki-laki itu, tapi kenapa aku tidak pernah bisa?" Lirihnya.

Jian yang frustasi kemudian menutup draft tersebut dan melemparnya asal, menciptakan suara gaduh yang sangat berisik. Draft itu berceceran kemana-mana, memenuhi seluruh ruangan kamarnya.

✔ Dear My Youth (Ong Seongwoo)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang