43 | Seongwoo vs Seungyoun

87 17 22
                                    

Seoul, November 2019

Hari ini Jian memutuskan untuk berhenti bekerja di stasiun televisi dan juga penerbitan. Bukan tanpa alasan Jian memutuskannya, tapi ada sesuatu yang lebih penting daripada mengurus pekerjaan yang tidak sesuai dengan jurusannya saat berkuliah. Yaitu, belajar untuk ujian advokat yang selalu ditundanya sejak kelulusannya beberapa tahun yang lalu.

Sudah seminggu Jian menghabiskan waktu di perpustakaan nasional untuk belajar. Jian memutuskan untuk tak menghubungi siapapun, selain kerabat dekatnya. Dia bahkan mengabaikan Seongwoo yang berulang kali menghubunginya untuk sekedar mengobrol dengannya.

Jian bertekad untuk tidak terganggu oleh kehadiran Seongwoo dan hanya fokus pada ujian dan Seungyoun, kekasihnya. Jian tidak ingin menyakiti Seungyoun seperti Seongwoo menyakitinya di masa lalu. Karena dikhianati oleh orang yang paling disayang adalah hal paling menyakitkan setelah kehilangan.

"Jian-a."

Jian menghentikan aktivitasnya membaca buku saat seseorang menyerukan namanya. Gadis itu langsung berbalik dan terkejut saat seseorang tiba-tiba mencium bibirnya sekilas lalu memeluknya dari belakang.

"Seungyoun-a! Kau mengejutkanku! Hampir saja aku memukulmu." Jian berdecak kesal.

Seungyoun tersenyum kemudian duduk disamping Jian dan sengaja menatapnya dari dekat.

"Sepertinya kau semakin kurus....juga pucat. Apa kau sedang tidak enak badan?" Tanya Seungyoun khawatir sambil memegangi dahi Jian yang terasa sedikit panas.

"Benarkah?" Jian tersenyum tipis. "Mungkin karena aku terus-terusan belajar. Kau tahu sendiri aku tidak suka belajar apalagi sampai mimisan. Melelahkan dan membuat muak." Ujar Jian.

Seungyoun tertawa kecil kemudian mengusap pucuk kepala Jian. Setelahnya, laki-laki itu mengeluarkan sesuatu dari dalam tas miliknya.

"Makanlah dulu." Kata Seungyoun sembari menyodorkan kimbab tuna dan susu pisan kesukaan Jian.

Jian menatapnya dan tersenyum. Sudah lama sekali ia tak memakan dan meminum makanan dan minumannya kesukaannya. Dahulu, biasanya Seongwoo dan sunshine yang selalu membelikannya dan membiarkannya makan sepuasnya.

Jian langsung menyantap kimbab tuna kesukaannya sambil melemparkan senyuman pada Seungyoun yang tak henti-hentinya memandanginya.

"Jian, aku serius... sebenarnya kau kenapa?" Tanya Seungyoun tiba-tiba.

Jian yang sedang melahap kimbab tunanya langsung diam dan menatap Seungyoun. Jian menjadi bingung. Rasanya dia baik-baik saja akhir-akhir ini.

"You look so gloomy," gumamnya pelan bercampur khawatir.

"Benarkah?" Jian tak habis pikir. "Sepertinya aku tidak kenapa-napa, Seungyoun-a. Nan gwaenchana." Kata Jian. Gadis itu mulai berpikir ada yang salah dengan setelan mood dan auranya. Mood-nya mungkin sudah membaik sejak pertemuannya dengan Seongwoo, namun orang-orang di sekitarnya selalu mempertanyakan kenapa Jian terlihat lesu, pucat, dan sebagainya. Pasti badannya sedang mengeluarkan aura yang salah.

"Bagaimana Seongwoo?" tiba-tiba Seungyoun bertanya.

Jian mendesah pelan. Seungyoun tahu bahwa beberapa waktu lalu Jian dan Seongwoo bertemu, karena Jian memutuskan untuk selalu terbuka dengannya. Sejujurnya, Jian tak ingin membicarakan dan menyebut namanya yang mengingatkannya pada masa lalunya. Tapi Seungyoun memang perlu mendengarnya.

"Dia hanya meminta maaf kepadaku dan menanyakan kemana aku dan Eunbi menghilang. Juga, ia menanyakan dimana Daniel berada. Dia meminta maaf padaku karena sudah meragukannya dan menyesalinya. Bukankah bagus? Akhirnya penyesalan itu datang kepadanya, pada akhirnya aku yang menang." Kata Jian sambil menyembunyikan gejolak perasaan sakit juga perih yang tiba-tiba terasa di hatinya.

✔ Dear My Youth (Ong Seongwoo)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang