Kalau ada tulisan miring dan tanda *** berarti flashback ya setahun dari tahun 2011...
Selamat membaca
"Akhirnya kamu datang, Jian." Ujarnya.
Jian tersenyum, namun air matanya tak bisa ia hentikan. Terus lolos begitu saja, meskipun ia sudah menahannya.
"Oppa!" Jian langsung berlari menghampirinya dan memeluknya. Sangat erat.
Jian langsung menangis sejadi-jadinya. Meluapkan segala kerinduan yang ia rasakan selama ini dan segala sesak yang mengganggunya. Namun, yang dipeluk terlihat sangat terkejut dan mencoba untuk melepaskan pelukan Jian. Tapi Jian memeluknya sangat erat.
"Jian...." lirihnya.
"Oppa, maafkan aku baru datang hari ini." Lirih Jian.
"Jian, sejak kapan kamu memanggilku oppa?" Tanya lelaki yang dipeluknya.
Jian sedikit terkejut mendengar suara itu. Kemudian Jian melepaskan pelukannya dan menatap laki-laki itu dengan tatapan kesal. Laki-laki itu bukanlah laki-laki yang selama ini ia rindukan, tapi orang lain.
"Kookheon? Sedang apa kamu disini?" Tanya Jian sedikit kaget. Ternyata laki-laki itu bukan orang yang selama ini dia rindukan.
Laki-laki itu tersenyum. "Apa kau sudah sadar, Bae Jian?" Tanyanya sambil meledek. "Aku datang kemari untuk menjemputmu menemui Hyung." Ujarnya.
"Siapa yang menyuruhmu?" Tanya Jian.
"Siapa lagi kalau bukan Sunhwa Nunna." Jawabnya santai.
"Darimana Eonni tahu aku berada disini?" Tanya Jian.
Kookheon mendesah pelan. "Kau bisa berhenti bertanya? Ikut saja denganku. Ayo kita bertemu dengan hyung bersama." Ujar Kookheon.
Jian menundukkan kepalanya dan memasang raut wajah cemberut. "Tapi aku harus tahu..." lirihnya.
"Kau mengirim pesan pada Hyung. Nunna membacanya dan menyuruhku untuk menjemputmu kesini. Katanya kau pasti akan berada di Dulmumeori." Ujar Kookheon.
"Ayo.." Kookheon menarik tangan Jian tiba-tiba.
Jian terlihat terkejut dan melepaskan tangan Kookheon. Jian mundur beberapa langkah dari Kookheon dan terlihat sangat ketakutan.
Kookheon yang melihat itu hanya bisa menatap Jian. Jian masih sama seperti waktu terakhir kali mereka bertemu. Jian masih takut untuk bersentuhan dengannya. Jian masih belum sembuh dari luka itu.
"Jian, aku tidak akan melukaimu." Ujar Kookheon.
"Aku tahu." Tukas Jian. Meskipun Jian mengetahuinya, Jian masih saja membuat tembok yang besar diantara mereka berdua sejak kejadian hari itu.
"Kalau begitu ayo kita pergi. Hyung tidak ada disini, dia ada di tempat lain." Ujar Kookheon.
"Ditempat lain?" Tanya Jian. Raut wajahnya berubah menjadi sedikit kecewa.
Jian kemudian berbalik memunggungi Kookheon yang menatapnya bingung. Jian menatap pemandangan yang ada di sekitarnya sambil menangis. Bunga lilac yang sedari tadi ia genggam, terlepas dari tangannya dan jatuh begitu saja ke tanah.
Kookheon yang khawatir langsung menghampirinya dan menepuk pundaknya pelan. Berharap Jian akan berhenti menangis dan menjadi lebih tenang.
"Kita berjanji untuk bertemu disini pada musim semi tahun ini." Lirih Jian.
KAMU SEDANG MEMBACA
✔ Dear My Youth (Ong Seongwoo)
Fiksi Penggemar[COMPLETED] Meskipun terasa menyakitkan, semua yang sudah berlalu itu, terlalu indah untuk dilupakan. Namun, aku tidak sanggup untuk mengenangnya sendirian. Kenangan itu akan selalu menjadi milik kita, meskipun kita sudah tak lagi bersama. Part of...