Jian masuk kedalam rumahnya dengan langkah hati-hati. Seperti biasa, rumahnya selalu sepi seperti tidak ada kehidupan sama sekali. Appa-nya tidak pernah berada di rumah. Dia hanya akan pulang jika membutuhkan sesuatu, tidak lebih dari itu. Eomma-nya hanya akan keluar kamar jika menginginkannya atau memarahi Jian, dan adiknya Jinyoung selalu mengunci diri di kamarnya sampai Jian menghampirinya.
Hanya ada satu orang yang selalu tersenyum cerah menyambut kepulangannya. Meskipun Jian sama sekali tidak menginginkannya. Dia adalah Jang Wonyoung, adik tirinya yang menyebalkan, namun Jian sangat menyayanginya. Seperti dia menyayangi Jinyoung dengan sepenuh hatinya.
"Eonni, sudah pulang?" Gadis kecil itu menghampiri Jian dan memeluknya.
Jian tersenyum dan mengusap pucuk kepalanya. "Kau sedang apa? Apakah sudah makan?" Tanya Jian.
Wonyoung mengangguk. "Aku makan bersama eomma dan sekarang aku sedang menggambar." Jawabnya.
"Jinyoung?" Tanya Jian.
"Oppa mengurung dirinya di kamar sepulang sekolah. Sepertinya dia belum makan." Ujar Wonyoung.
"Bocah itu." Gumam Jian pelan.
"Bagaimana dengan eonni? Apakah eonni sudah makan?" Tanya Wonyoung. Kemudian matanya terfokus pada pakaian yang dipakai oleh Jian.
"Apa eonni habis berkencan?" Tanyanya dengan suara keras yang menggelegar ke seisi rumahnya yang sepi.
"Yah! Aku ada urusan tadi, jadi aku mengganti seragamku." Tukas Jian.
Wonyoung tertawa. "Baiklah. Baiklah. Kau punya urusan." Katanya dengan nada bicara menyebalkan.
Jian terpaksa menanggapinya dengan senyuman di wajahnya. Ia tersenyum meskipun tidak ingin tersenyum pada Wonyoung yang menyebalkan itu.
"Dimana eomma?" Tanya Jian.
"Sepertinya di ruang kerjanya. Eonni ada urusan apa dengan eomma? Tidak seperti biasanya." Ujar Wonyoung.
"Aku besok akan pergi dengan teman-temanku dan aku membutuhkan izin darinya." Ujar Jian.
"Kemana eonni? Apakah akan menginap? Apa aku boleh ikut?" Tanya Wonyoung.
"Tidak. Ini acara bersama sahabat-sahabatku. Aku akan pergi ke Daeseong-ri." Ujar Jian.
"Sahabat?" Wonyoung tertawa menyebalkan. "Luar biasa sekarang eonni memiliki sahabat. Seoul memang luar biasa." Katanya.
Jian hanya tersenyum simpul. Ingin rasanya dia meluapkan amarahnya kepada Wonyoung. Tapi percuma, karena Wonyoung sangat lemah. Dia akan pingsan jika seseorang marah atau membentaknya. Tapi sikap menyebalkannya sungguh tidak bisa di toleransi lagi. Terkadang, Jian selalu berpikir jika Wonyoung hanya menghabiskan sisa waktunya dengan percuma. Mengomentari kehidupan orang lain dan bersikap menyebalkan pada Jian dan Jinyoung.
"Aku akan bertemu eomma." Kata Jian datar.
Wonyoung tersenyum dan mengangguk. "Hati-hati. Suasana hatinya sedang buruk karena oppa." Ujar Wonyoung.
Jian hanya tersenyum simpul kemudian dia berbalik dan berjalan menaiki tangga menuju ruang kerja eomma-nya.
Tidak akan ada asap, jika tidak ada api. Jinyoung tidak akan membuatnya kesal, jika kamu tidak memulai pertengkaran, Jang Wonyoung.-Jian.
🌟🌟🌟
Jian melangkahkan kakinya hati-hati ke ruang kerja dimana eomma-nya berada. Eomma-nya hanya ibu rumah tangga biasa yang mengelola sebuah butik, akan tetapi dia banyak menghabiskan waktunya untuk melukis hal yang tidak penting dibandingkan mengurus rumah, anak-anaknya dan butik miliknya.
![](https://img.wattpad.com/cover/185562261-288-k40132.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
✔ Dear My Youth (Ong Seongwoo)
Fanfic[COMPLETED] Meskipun terasa menyakitkan, semua yang sudah berlalu itu, terlalu indah untuk dilupakan. Namun, aku tidak sanggup untuk mengenangnya sendirian. Kenangan itu akan selalu menjadi milik kita, meskipun kita sudah tak lagi bersama. Part of...