Daeseong-ri, Maret 2011
"Oppa!"
Jian tersentak bangun dengan air mata yang keluar dari sudut-sudut matanya. Ia baru saja memimpikan seseorang yang sangat berharga di hidupnya dan memiliki pengaruh besar sebagai alasan Jian tidak menyerah selama ini.
Jian menangis sambil memegangi dadanya yang terasa sakit dan menyesakkan. Kenangan yang bercampur dengan ingatan yang hilang dalam mimpinya benar-benar membuatnya merasakan sakit yang luar biasa di dalam hatinya. Kenangan itu begitu indah dan menyilaukan matanya. Juga menyakiti hatinya.
"Jian, apa kau sudah bangun?"
Tiba-tiba seseorang masuk ke ruangan dimana Jian berada. Jian menatap orang itu bingung kemudian mengedarkan pandangannya ke sekitarnya. Ruangan asing dengan aroma yang tidak asing dan membuatnya menjadi merindukan seseorang dalam kenangannya.
"Kookheon, kenapa aku disini? Bukannya tadi kita di Dulmumeori?" Tanya Jian bingung.
Kookheon menghampiri Jian dan memberikan segelas teh lemon hangat untuk Jian. "Kau pingsan, Jian. Jadi, aku membawamu kerumah Sunhwa Nunna." Jawab Kookheon.
Jian terlihat bingung. "Lalu ini kamar milik Seungwoo oppa?" Tanya Jian.
Kookheon mengangguk. "Ini kamar miliknya. Dia belum sempat memakainya sama sekali, Jian. Jadi, kau bisa lihat semuanya terlihat sangat baru dan rapi." Ujar Kookheon.
Jian terdiam. Menatap setiap sudut ruangan itu. Siapapun akan tahu bahwa itu adalah kamar milik Seungwoo. Warna dan hiasan dindingnya benar-benar merepresentasikan seorang Han Seungwoo.
"Jian, minumlah. Akan kupanggilkan Sunhwa Nunna. Juga aku sudah menghubungi Eunbi temanmu untuk menjemputmu disini." Ujar Kookheon.
Jian hanya mengangguk pelan. Kepalanya benar-benar terasa sakit. Ingatan yang melintas di kepalanya benar-benar menguras air mata dan juga hatinya. Semuanya terasa nyata dan juga menyakitkan.
"Heon-ah..." Jian memanggil Kookheon.
Kookheon yang baru saja sampai diambang pintu kamar Seungwoo langsung berbalik dan menatap Jian. "Ada apa?" Tanyanya.
Jian langsung menatap Kookheon. "Aku ingat alasan kenapa aku selalu takut padamu, Heon." Lirih Jian.
Kookheon terlihat sangat terkejut dan hampir meneteskan air matanya. "Jian, maafkan aku. Waktu itu aku ti-"
"Aku tahu, Heon-ah." Jian memotong perkataan Kookheon.
"Kamu melakukan itu untuk membuatku mundur dan menjauhi Seungwoo Oppa. Kau sangat menyayanginya dan berusaha melakukan apapun agar aku tidak terlibat apa-apa dengan Seungwoo Oppa." Ujar Jian.
"Karena yang kau tahu, aku ada gadis pembawa masalah." Jian tersenyum miris.
"Aku benar-benar minta maaf, Jian. Seandainya saat itu aku mendengarkan apa yang Seungwoo Hyung katakan tentangmu dan Dongho Hyung. Aku hanya mendengarkan apa yang diucapkan orang lain dan menyakitimu. Aku juga tidak tahu hari itu Dongho Hyung dibebaskan dan akan bertemu denganmu." Ujar Kookheon terlihat sedikit tertekan dan bersalah.
"Seandainya aku bisa mengembalikan waktu... aku benar-benar menyesal, Jian." Lirih Kookheon.
Jian tersenyum tipis. Namun hatinya benar-benar terasa sesak mengingat apa yang telah terjadi. "Gwaenchana, Heon-ah." Lirih Jian.
"Kita tidak bisa mengembalikan waktu. Biarkanlah semuanya berada dalam masa lalu kita." Ujar Jian.
Kookheon terlihat mengusap-usap wajahnya dengan kasar dan terlihat frustasi. Sama seperti Jian, dia juga mencoba untuk melupakan apa yang terjadi hari itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
✔ Dear My Youth (Ong Seongwoo)
Fanfic[COMPLETED] Meskipun terasa menyakitkan, semua yang sudah berlalu itu, terlalu indah untuk dilupakan. Namun, aku tidak sanggup untuk mengenangnya sendirian. Kenangan itu akan selalu menjadi milik kita, meskipun kita sudah tak lagi bersama. Part of...