27 | The Truth Untold

96 21 38
                                    

Seoul, Agustus 2019

Jian terlihat sangat cantik dalam balutan gaun bewarna hitam selutut. Rambutnya yang panjang ia biarkan terurai begitu saja. Ia juga memakai riasan sedikit tebal dari biasanya yang membuatnya tampil semakin cantik dan mempesona.

"Selamat ulang tahun."

Sebuah suara tiba-tiba mengejutkannya. Gadis itu kemudian berdiri dan berbalik kearah sumber suara. Seorang pria dengan kemeja panjang berwarna putih tersenyum kepadanya dengan satu buket bunga lilac kesukaan Jian dan sebuah paper bag.

Jian tersenyum melihat kehadirannya. Namun, tak dapat dipungkiri ia masih merasa sangat bersalah pada laki-laki bermarga Cho yang menjelma menjadi kekasihnya itu.

"Untukmu. Hadiah ulang tahun dan permintaan maafku." Kata Seungyoun.

Jian mengambilnya, mencium harum bunga kesukaannya dan duduk di kursinya kembali. "Gomawo, Seungyoun-a." Kata Jian. Jian kemudian mengeluarkan sesuatu dan diberikan pada Seungyoun.

"Hadiah ulang tahunmu. Maaf terlambat." Kata Jian.

Seungyoun tersenyum dan menerima hadiah pemberian Jian. "Gomawo. Meskipun terlambat, terimakasih sudah mengingatnya." Kata Seungyoun.

Jian tersenyum. Sekarang, gilirannya yang membuka hadiah pemberian Seungyoun. Gadis bersurai hitam itu sedikit tersentak melihat sebuah kotak kayu berwarna klasik dari paper bag. Kotak itu terlihat seperti kotak perhiasan.

"Yah, apa kau membelikanku perhiasan? Sudah kubilang, jangan membelikanku barang-barang mahal." Tukas Jian.

Seungyoun tersenyum dan mengusap pucuk kepala Jian dengan lembut. "Gwaenchana. Lagipula kau kekasihku." Ujar Seungyoun.

"Tapi bukankah ini berlebihan, Seungyoun-a?" Tanya Jian.

"Apa kau tidak suka?" Tanya Seungyoun.

Jian memelas, memasang wajah tidak enak. "Bukan begitu. Hanya saja a-"

"Menikah denganku saja kalau begitu." Seungyoun memotong kalimat Jian.

"Ne?" Jian terkejut.

Seungyoun tersenyum. Laki-laki bermata sipit itu kemudia meraih tangan Jian dan kotak perhiasannya. Melingkarkan cincin di jari manis gadis yang kini terdiam.

"Menikahlah denganku, Bae Jian." Kata Seungyoun sekali lagi.

Jian terdiam. Lidahnya menjadi kelu dan otaknya berhenti berfungsi. Jian tidak tahu harus berbuat apa dan mengatakan apa pada kekasihnya.

"Kenapa kau diam saja? Apa kau masih ragu dengan perasaanmu, Bae Jian?" Tanya Seungyoun to the point.

"Bukan begitu. Hanya saja ini terlalu mendadak." Jawab Jian.

Seungyoun mendengus kesal. "Kau yakin ini mendadak? Aku sudah memikirkannya sejak lama. Aku juga sudah sering menyinggungnya. Apa kau tidak pernah mendengarkanku?" Ketus Seungyoun.

"Yah, bukan seperti itu. Aku mendengarkanmu. Tapi kukira kau hanya becanda." Ujar Jian.

"Kau menganggapku candaan?" Tanya Seungyoun.

"Cho Seungyoun, tidak begitu. Kenapa kau sangat sensitif? Kau tahu sendiri aku belum ingin menikah. Bukan karena aku ragu, tapi masih banyak yang harus aku lakukan." Ujar Jian.

Seungyoun menatap Jian agak sinis. "Apa? Menyelesaikan masalah dengan masa lalumu?" Tanyanya ketus.

Jian membelalakkan kedua matanya terkejut sekaligus tak percaya. "Seungyoun-a, kenapa kau seperti ini kepadaku? Sudah kubilang aku menyayangimu dan hanya akan melihatmu sekarang." Ujar Jian.

✔ Dear My Youth (Ong Seongwoo)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang