19 | Mine

114 24 39
                                    

Seoul, Mei 2011

Pagi-pagi sekali, Seongwoo sudah standby di depan pintu gerbang sekolahnya. Siapa yang menyangka murid paling malas dan tukang rusuh di sekolah itu sudah datang pagi sekali, bahkan sebelum guru piket hadir disana.

Sebuah senyuman mengembang di wajahnya. Kakinya benar-benar tidak bisa diam. Juga tangannya sibuk merapihkan rambut yang sengaja ia tata pagi ini.

"Ada apa ini? Apakah kiamat sebentar lagi?" Tanya Bu Shin sedikit terkejut melihat Seongwoo sudah berada di sekolah pagi sekali.

Seongwoo menyambutnya dengan senyuman. "Ssaem, apa aku terlihat tampan?" Tanyanya penuh percaya diri.

Bu Shin menggelengkan kepalanya. "Tidak. Kekasihku lebih tampan darimu." Jawabnya datar.

Seongwoo langsung berdecak sebal. "Tapi kekasihmu tidak lebih muda dariku, kan?" Tanya Seongwoo.

"Tentu saja. Dia seumuran denganku dan cocok untukku. Aku tidak suka anak kecil sepertimu." Tukas Bu Shin.

Seongwoo terkekeh. "Tidak masalah. Lagipula aku punya Jian, Ssaem." Ujar Seongwoo.

Bu Shin menyeringai. "Apakah cinta bertepuk sebelah tangan lagi? Aku yakin Jian tak menyukaimu seperti kau menyukainya." Tukas Bu Shin.

"Ssaem, ini hari kedua kami." Ujar Seongwoo bersemangat.

Bu Shin terlihat bingung. "Hari kedua?" Tanyanya. "Yah, belajarlah yang benar jangan mengganggu Jian dengan perasaanmu yang tak jelas." Bu Shin menepuk pundak Seongwoo dan berlalu pergi begitu saja. Mengabaikannya.

Seongwoo menatap Bu Shin yang semakin menjauh dan tersenyum. "Kau memang selalu tak mempercayaiku, Nunna." Lirih Seongwoo.

Seongwoo kemudian kembali menatap kearah gerbang utama. Waktu sudah menunjukkan pukul tujuh lebih 15 menit, tersisa waktu 5 menit lagi sampai bel masuk berbunyi, tapi dia belum juga melihat kehadiran Jian.

"Apa yang kau lakukan? Membolos?" Tanya Daniel yang baru saja tiba bersama Sejeong dan juga Eunbi.

Seongwoo menggelengkan kepalanya. "Aku tidak akan membolos. Aku sedang menunggu kekasihku." Seongwoo tersenyum.

"Kekasih?!" Tanya mereka bertiga tak percaya.

Seongwoo hanya mengangguk. Kemudian sebuah senyum mengembang di wajahnya saat seorang gadis yang sangat ia tunggu, akhirnya menghampirinya.

"Joheun achim uri yeochin."  Sapa Seongwoo.

Jian yang baru saja tiba di hadapan mereka langsung tersentak kaget. Daniel, Sejeong, dan Eunbi menoleh kearahnya dan tersenyum membuat Jian jadi tersipu malu.

"Yah! Kenapa kau memalukan?!" Tukas Jian kesal.

Seongwoo tersenyum. "Mereka harus tahu, kau resmi menjadi kekasihku, Jianku." Ujar Seongwoo.

"Tetap saja." Jian menundukkan kepalanya dan merasa malu menghadapi teman-temannya.

"Sudah kuduga." Eunbi tersenyum kemudian menengadahkan tangannya pada Sejeong dan Daniel yang sudah cemberut.

"Wae? Ada apa?" Tanya Seongwoo bingung.

"Kita taruhan." Kata Daniel sembari memberikan beberapa won uang pada Eunbi.

"Kwon Eunbi yang menang." Sahut Sejeong.

"Taruhan apa?" Tanya Jian bingung.

Mereka bertiga menyeringai. Membuat Seongwoo dan Jian semakin bingung.

✔ Dear My Youth (Ong Seongwoo)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang