Epilog

166 17 39
                                    

Setelah tiga tahun berlalu, akhirnya Jian dapat menuntaskan apa yang ia impikan selama ini. Jian kini menjadi seorang jaksa seperti Appa-nya. Selama meraih mimpinya itu, Jian selalu ditemani oleh Seongwoo dan mulai membuka hatinya kembali seperti dahulu, meskipun tak sepenuhnya karena Jian diam-diam masih mengharapkan Seungyoun yang pernah menemaninya selama tujuh tahun.

Setelah kepergian Seungyoun ke Kanada, laki-laki itu tak pernah absen untuk menanyakan kabar Jian dan meneleponnya setiap malam. Perhatian sederhananya benar-benar membuat Jian kembali berharap bahwa Seungyoun yang akan bersanding bersamanya kelak.

Namun, selama lima bulan terakhir ini, Seungyoun tak pernah menghubunginya lagi. Laki-laki itu seolah sengaja menghilang agar Jian tak kembali berharap padanya. Sampai akhirnya Jian mulai berpikir, kembalinya ia dan Seongwoo adalah kehendak dari Tuhan setelah ia gagal dengan Seungyoun.

Jian percaya bahwa ada alasan kenapa kita berjodoh dengan seseorang untuk beberapa waktu dan tidak untuk waktu yang lainnya. Setiap orang yang ada di satu waktu kehidupannya pasti memiliki sesuatu dan maksud untuk dipelajari.

Berkat Seungyoun, Jian belajar tentang hal itu.

Kehadiran Seungyoun dakam hidupnya  memang pada akhirnya membantu Jian untuk melihat dunia dari sisi yang berbeda dan menemukan sisi yang lain dari seorang Seongwoo. Coba bayangkan jika Seungyoun tak meminta hal gila agar Seongwoo kembali pada Jian. Mungkin hari ini Jian masih berpikir Seongwoo adalah orang egois yang hanya mementingkan dirinya sendiri dan melukai hatinya. Padahal yang sebenarnya terjadi, laki-laki itu hanya mencoba untuk melindungi wanita yang paling ia sayangi di dunia, Eomma-nya.

Seungyoun seolah menjadi pembuka jalan untuk Jian dan Seongwoo menuntaskan kesalahpahaman dan kesalahan di masa lalu yang begitu menyesakkan.

Segala sesuatu menjadi berjalan dengan mudah untuk mereka, Jian dan Seongwoo. Sehingga saat Jian sudah diangkat menjadi seorang Jaksa, Jian sepakat untuk bertunangan dengan Seongwoo yang sudah menunggunya selama tiga tahun karena keraguannya.

Jian dan Seongwoo memutuskan untuk mengerahkan segala rasa yang mereka punya pada kehendak Tuhan, seperti sebelumnya. Mereka berdua memutuskan melupakan apa yang menyakitkan di masa lalu dan menganggapnya sebagai bunga tidur yang akan berlalu dengan sewajarnya.

Jian berjalan menuruni anak tangga yang berada di halaman Pengadilan Negeri. Ia baru saja menyelesaikan sidangnya yang kelima setelah diangkat menjadi jaksa beberapa bulan yang lalu. Langkah kakinya semakin melambat saat ia mulai melihat seseorang yang sangat ia kenal berdiri dengan berbagai macam bunga lilac di tangannya.

"JIANKU SAYANG!" Tiba-tiba laki-laki yang tak lain adalah Seongwoo itu berteriak sambil melambaikan tangannya pada Jian. Jian yang berdiri ditempatnya menatap Seongwoo dengan penuh kekesalan. Selalu saja seperti itu, Seongwoo mempermalukannya dengan teriakan nama itu. Baik dulu maupun sekarang, laki-laki itu tak benar-benar berubah.

Seongwoo langsung berlari menghampiri Jian dan memeluknya dengan sangat erat sampai Jian kesulitan untuk bernafas. Jian yang kesal langsung mendorong tubuh Seongwoo yang memeluknya membuat laki-laki cemberut dan kesal.

"Kau tidak suka dipeluk oleh tunanganmu ini?" Tanya Seongwoo.

"Yah, ini pengadilan!" Tukas Jian. "Lagipula kenapa kau sangat suka memelukku!" Ketusnya.

"Memangnya kenapa? Aku bahkan memelukmu di depan stasiun televisi tidak apa-apa!" Tukas Seongwoo.

Jian mendesah pelan. Gadis itu kemudian merebut paksa bunga yang berada di tangan Seongwoo dan menatapnya dengan senyuman yang terukir di wajahnya. "Gomawo, Seongwoo-ya." Kata Jian.

✔ Dear My Youth (Ong Seongwoo)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang