Bakat

1.6K 145 15
                                    

"Bakat tidak tumbuh dengan sendirinya, melainkan dari keseriusan dan kesenangan yang berkolaborasi."
-Warm Rain, Stylly Rybell

Mentari bersinar terang menyorot sebagian belahan dunia menunjukkan saatnya memulai aktivitas dan tidak ada waktu untuk bermalas-malasan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mentari bersinar terang menyorot sebagian belahan dunia menunjukkan saatnya memulai aktivitas dan tidak ada waktu untuk bermalas-malasan. Langit pun mendukung dengan mengusir awan hitam sehingga tidak alasan bagi para insan menyalahkan cuaca.

Alunan suara petikan gitar membelah kesunyian ditemani sebuah lagu Katie Sky-Monsters yang dinyanyikan oleh seorang gadis tepat di halaman rumahnya dengan penuh penghayatan. Mungkin karena menunggu sedikit membosankan, ia memutuskan bernyanyi di halaman rumah menghapus rasa jenuh akibat dirinya terlalu cepat bersiap. Suara merdunya membuat siapa saja pendengarnya betah untuk menikmatinya hingga akhir, sayangnya hanya ada Bibi Ola di sana.

Senyum gadis berusia delapanbelas tahun itu terukir ketika sejurus memori membelah pikirannya meski sama sekali tidak berpengaruh pada keindahan nyanyiannya, memori yang mengingatkannya pada kejadian semalam, bagaimana pria nan belakangan ini menghantui pikirannya setiap detiknya mengirim pesan padanya.

"I see your Monsters, i see your pain, tell me your problem i'll chase them away... I'll be your light house, i'll make it okay, when i see your your Monsters i'll stand there so brave, and chase them all away..."

Di saat lirik yang dinyanyikan gadis itu tepat pada rapp, seseorang yang ia tunggu datang dengan motor sport silver-nya. Sekali lagi senyumnya merekah, ia hendak berhenti memetik gitar tapi pria itu malah melepas helmnya sambil tersenyum padanya.

"Lanjutkan sampai selesai." Ucapnya menarik kunci motor kemudian mendekat pada gadis yang tengah bernyanyi itu.

Gadis bernama Lidya itu terkekeh pelan sambil memetik kembali gitarnya sementara Bibi Ola yang menyapu halaman sekali lagi terpesona pada pria blasteran yang mendekat pada Lidya. Tentu saja, ketampanannya membuat siapa saja berpaling ditambah senyumnya yang mengalahkan keindahan apa pun.

Lidya terus menyanyikan lagu itu dengan penuh penghayatan tanpa ia sadari, nyanyiannya itu menyentil hati Aaron sehingga pria berparas tampan itu tidak dapat menahan tarikan sudut bibirnya yang menawan. Aaron membuka tas kameranya untuk mem-video Lidya bernyanyi, ia ingin mengabadikan momen itu.

"Jangan, Kak! Aku malu!" Larang Lidya sambil tertawa ketika kamera itu mengarah padanya.

"Tsk! Cepat nyanyi!" Kesal Aaron meski bibirnya masih tersenyum.

Akhirnya Lidya menurut, bernyanyi tanpa menghentikan tarikan sudut bibirnya yang sangat indah di mata Aaron. Di saat senyuman Lidya hilang digantikan keseriusan setiap lirik yang keluar dari bibir Lidya, Aaron tadinya menatap layar pada kameranya dengan tersenyum beralih pada Lidya nan menyanyikan bait terakhir lagu dengan tatapan serius juga.

Setelah lagu selesai dinyanyikan Aaron kembali tersenyum sambil mematikan kameranya. Tangan kekar pria itu menepikan rambut lurus Lidya ke belakang telinganya, tatapan mereka terkunci beberapa saat seolah-olah terpesona akan keindahan manik keduanya.

Warm Rain Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang