Tuhan

1.1K 149 42
                                    

"Jika kau percaya Tuhan kau akan bahagia, jika kau tidak bahagia kau belum percaya Tuhan karena jika kau merasa tidak bahagia kau kurang bersyukur."
-Stylly Rybell, Warm Rain

Entah mengapa perkataan Aaron membuat Lidya ingin menangis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Entah mengapa perkataan Aaron membuat Lidya ingin menangis. "Kakak benar kok, aku bukan siapa-siapa dan enggak berhak menasehati kakak." Tangis Lidya tidak dapat lagi ia bendung, ia pun tidak tahu mengapa pernyataan yang keluar dari mulutnya terasa menyakitkan untuk dadanya.

Aaron dengan sigap memeluk Lidya seerat mungkin seolah-olah Lidya akan terjatuh dan hancur. "But i love you, Lidya. I'm sorry, i hurted you."

Tangis Lidya semakin menjadi-jadi, pengakuan Aaron membuatnya bahagia tetapi entah mengapa ia semakin menangis? Ada yang salah dengan dirinya. Hujan mengguyur dari balik jendela tapi Lidya hanya merasakan kehangatan sekarang, pelukan Aaron sangat nyaman untuknya.

"I know i hurted you again and again but please forgive me, i'll try to don't do that again." Aaron terus berucap tanpa melepaskan pelukannya kemudian meraih dagu Lidya agar menatapnya. "Will you forgive me?"

Lidya mengangguk. Perkataan Aaron seperti obat yang selama ini Lidya cari, ia merasa lega dengan semua yang dikatakan Aaron padahal seharusnya Aaron yang merasa seperti itu tapi keduanya merasa lega seperti menemukan penawar dari penyakit mereka selama ini.

Setelah Lidya puas dengan tangisannya, Aaron menyuruhnya bersiap-siap untuk ke rumah Aaron. Sementara Aaron menunggu di lantai dasar sambil memainkan ponselnya. Tidak ada yang tahu jika pria itu tidak bisa tidur semalaman karena memikirkan Lidya dan perkataan gadis itu. Memang ada benarnya jika ia harus mencoba untuk akur dengan ayahnya begitulah yang selalu dikatakan Jocelyn dan Louis padanya, apa memang dirinya yang salah?

"Kak, kok melamun?"

Aaron tersentak ketika wajah Lidya menadah ke hadapannya kemudian pria itu tersenyum miring sambil mendorong pelan wajah mungil Lidya. "Kamu dekat-dekat seperti itu minta dicium?"

Lidya mendengus sambil memanyunkan bibirnya. "Ayo, kak! Aku enggak sabar ketemu Tante Jocelyn!"

Aaron memutar kedua bola matanya jengah. "Alah, kamu pasti mau minta tanda tangan, kan?" Tebak Aaron sambil melangkah menuju motor sport-nya.

Lidya tidak menjawab ia hanya tersenyum malu mendengar perkataan telak Aaron. Memang Lidya membawa dua buku favoritnya yang penulisnya adalah Jocelyn tapi bagaimana Aaron bisa tahu niat Lidya? Entahlah, Lidya hanya fokus pada ketampanan Aaron saat ini yang mengenakan kaos hitam dan jaket-hitam putih.

 Memang Lidya membawa dua buku favoritnya yang penulisnya adalah Jocelyn tapi bagaimana Aaron bisa tahu niat Lidya? Entahlah, Lidya hanya fokus pada ketampanan Aaron saat ini yang mengenakan kaos hitam dan jaket-hitam putih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Warm Rain Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang