2nd Winston Books
●DILARANG KERAS MENCURI SECUIL PUN IDE DARI CERITA INI! PLAGIAT JAUH-JAUH!●
Lidya Diana
Gadis yang kesepian karena orangtuanya selalu berkerja, ia hobi membaca novel menyanyi dan bermain gitar. Ia tidak populer juga tidak nerd, ia...
"Tidak akan ada dampak jika tidak ada sebab." -Stylly Rybell, Warm Rain
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Besok lusa mama ulang tahun, kan? Kamu mau ngasih apa ke mama?" Louis menyandarkan bahunya di ambang pintu sambil melipat kedua tangannya di depan dada, menunggu jawaban yang akan meluncur dari kakaknya.
Aaron yang sedang mengerjakan tugas pun mendongak. Laptop yang terhubung dengan speaker mengeluarkan lagu rock kesukaannya, Skillet - I Want to Live, ia matikan. Terlihat sekali dari raut wajahnya ia sama sekali tidak ingat, bagaimana tidak? Otaknya belakangan ini hanya memikirkan Lidya.
Louis menghela napas berat, ia tidak habis pikir, prioritas mereka adalah ibu mereka tapi mengapa kakaknya akhir-akhir ini menjadi bodoh karena cinta? Louis masuk ke kamar Aaron dan menutup pintu, duduk di atas king size yang selalu dalam keadaan rapi.
Louis menatapi meja Aaron yang sedikit berantakan dengan banyaknya foto. "Aku tahu kamu lagi dimabuk cinta sama Lidya tapi jangan lupain mama-"
Bugh!
"Kamu tahu apa, sih?! Enggak usah sok tahu!" Elak Aaron setelah buku yang ia pegang mendarat sempurna di dahi Louis lalu memainkan pulpen seperti tengah berpikir.
"Sialan!" Umpat Louis memegangi dahinya. Tentu saja, buku yang terdapat tiga ratus halaman itu cukup menyakitkan untuk mendarat dengan kasar di dahi mulusnya. Jika Aaron bukanlah kakaknya sudah pasti Louis menghajarnya habis-habisan. "Santai sedikit!"
Aaron menghela napas kesal. "Mama itu prioritas utama jadi jangan dipertanyakan tapi aku enggak tahu apa yang harus aku kasih ke mama karena ayah pasti ngasih semua yang mama mau."
Louis menatap serius kakaknya kemudian berucap dengan nada tajam. "Kamu tahu apa yang paling mama inginkan?" Pertanyaan Louis mengundang tatapan tajam Aaron, Aaron tahu benar ke mana arah pembicaraan mereka dan Aaron benci untuk mengakuinya.
***
Lagi-lagi Lidya hanya bersama asisten rumah tangga, Juan menginap di rumah temannya beberapa hari. Lidya baru saja sampai di rumah, ia pulang dengan sopirnya karena merasa tidak enak kalau Aaron menjemputnya sore hari padahal seniornya itu pulang siang. Suasana rumah yang sangat sunyi membuat Lidya merasa kesepian, tanpa berhanyut-hanyut dengan perasaan sedih ia segera membersihkan dirinya.
Usai membalut rambut dengan handuk serta mengenakan piyama merah, ia langsung membaringkan tubuh sambil memainkan ponsel. Sungguh, ia tidak tahu harus berbuat apa selain memainkan ponselnya sekarang.
Aku Louis, adiknya Aaron. Rumahmu di mana?
Lidya mengernyitkan dahi saat mendapati pesan itu di akun Instagram-nya. Adik seniornya itu benar-benar tidak bisa berbasa-basi. Dan mengapa ia menanyakan rumah Lidya? Sebenarnya apa yang diinginkannya? Puluhan pertanyaan berterbangan di benak Lidya. Tentu saja Lidya bertanya dulu sebelum memberikan alamatnya.