"Tidak masalah seberapa besar kau menyayanginya tapi seberapa besar kau membuat kesalahan karenanya."
-Stylly Rybell, Warm RainAaron berlari secepat kilat ke kamar ibunya. Wanita yang tidak lagi muda itu tidak di sana, lantas ke manakah ia? Aaron meneriaki ibu dan nama adiknya beberapa kali, tidak dapat dipungkiri bahwa ia benar-benar khawatir dengan ibunya terlebih lagi ia semakin jarang berbicara dengan malaikatnya itu.
Aaron menghela napas lega saat mendapati ibunya berada di dapur memasak makan malam dibantu adiknya, ia langsung menyentuh pundak ibunya hati-hati seolah-olah sentuhan kecilnya bisa melukai orang yang paling ia sayang di dunia.
"Mama enggak apa-apa?" Tanya Aaron mengerutkan keningnya, tanpa sadar organ tubuhnya juga mengikuti perasaan pria itu. Merasa ibunya terlihat baik-baik saja, Aaron memukul kepala adiknya dengan keras. "Kamu bilang mama sakit!"
Louis malah menyengir. "Ternyata cuma sakit perut biasa."
"Argh, sialan!" Maki Aaron langsung menuju kamarnya, ia bahkan baru menyadari kameranya tertinggal. "Louis, berengsek!" Aaron kembali turun dari tangga dapat ia lihat Louis tersenyum polos. "Awas kau!" Ancam Aaron sebelum benar-benar keluar dari rumah.
Aaron mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi, kameranya adalah benda terpenting yang ia punya dan tidak akan ia biarkan hilang begitu saja. Dengan perasaan gundah membara, mencari ke sana-ke mari tapi tidak ada di mana pun membuat Aaron frustrasi hingga seorang pelayan di sana menghampirinya, bertanya apa yang tengah ia cari.
"Ah, kamera itu sudah dibawa oleh kenalanmu, dia bilang kamu seniornya di kampus."
Aaron semakin kesal, ia segera meninggalkan cafe itu. Tanpa tahu ciri-cirinya pun Aaron sudah dapat menebak siapa pelakunya, sudah pasti gadis yang bernyanyi tadi. Masalahnya bagaimana caranya Aaron mengambil kameranya sekarang? Nama, alamat pun Aaron tidak tahu dan bahkan sama sekali tidak mengenalnya.
Bagaimana jika gadis itu mencuri kameranya? Atau melihat foto-foto di dalamnya? Lalu mengejeknya dari belakang bersama teman-temannya. Argh, Aaron tidak peduli, lebih baik ia diejek dibandingkan harus kehilangan kamera kesayangannya lagi pula ia tidak pernah meledeni ocehan orang-orang tentangnya.
Keesokan harinya, Lidya bangun lebih lambat dari biasanya karena sibuk berpikir bagaimana ia dan Nadine mengembalikan kamera senior galaknya itu. Lidya segera mengambil berbagai peralatan dan buku untuk ke kampus hingga ia lupa akan salah satu novel karya penulis favoritnya untuk dibawa.
Lidya berlari sekuat tenaga menuju kelasnya, ia tidak pernah terlambat hingga kelas dimulai seperti ini sebelumnya, itu membuatnya benar-benar shock. Sialnya, di saat ia hampir sampai di lorong kelasnya seseorang menghentikannya, menarik lengan kecilnya sehingga mau tidak mau ia mendongak. Itu Aaron.
Astaga, aku lupa membawa kameranya!
"Di mana kameraku?" Pria itu bertanya dengan tatapan elangnya mengintimidasi seperti tengah menusuk mata Lidya perlahan. Tapi bagaimana bisa pria itu tahu jika kameranya pada Lidya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Warm Rain
Mystery / Thriller2nd Winston Books ●DILARANG KERAS MENCURI SECUIL PUN IDE DARI CERITA INI! PLAGIAT JAUH-JAUH!● Lidya Diana Gadis yang kesepian karena orangtuanya selalu berkerja, ia hobi membaca novel menyanyi dan bermain gitar. Ia tidak populer juga tidak nerd, ia...