Hola! Happy mother's day!
"Sakit adalah di mana ketika seorang ibu terbaring lemah dan seorang anak tidak dapat melakukan apa pun untuk mengurangi penderitaan malaikat tak bersayapnya."
-Stylly Rybell, Warm RainLidya memakan permen kapas yang ada digenggamnya sambil mengikuti langkah kaki Aaron menuntunnya, pria itu duduk di sebuah bangku besi kemudian menepuk-nepuk sisi di sebelahnya agar Lidya duduk di sana, Lidya menurut. Gadis itu tidak begitu memperhatikan Aaron sebab ia tengah sibuk sekarang, di sebelah tangan kirinya terdapat permen kapas dan di tangan kanannya terdapat ice cream.
Aaron menatap gemas gadis di sampingnya sambil mengacak-acak pelan rambutnya. Sungguh, gadis itu adalah gadis satu-satunya yang dapat membuatnya gemas seperti ini. Tatapan polos bak bocah dan wajah manis itu membuat Aaron ingin selalu memanjakannya.
Cring
Lidya menatap kalung yang dipakaikan Aaron padanya tiba-tiba, sebuah kalung aluminium berliontin simbol musik. Lidya merasa familier dengan perhiasan indah itu, ia pernah melihatnya tapi di mana? Ah, di saat Lidya dan Aaron sibuk mencari hadiah untuk ibunya Aaron.
Lidya mendongak untuk menatap pelaku, pria itu tersenyum lembut padanya sambil mengecup singkat hidung mancung Lidya. "Suka?"
Jantung Lidya berdetak keras, Aaron benar-benar mampu membuatnya meleleh dengan segala kemanisannya pada Lidya, ia bersumpah Aaron adalah pria pertama yang berhasil membuatnya tergila-gila seperti ini.
Kakak... Yang aku suka kakak!
Air mata Lidya meluruh, ia tidak kuasa menahan kebahagiaannya lagi, Aaron benar-benar memperlakukannya dengan amat manis. Lidya menghapus buliran bening meluncur dari sudut matanya sambil tersenyum bahagia. "Aku suka. Terima kasih, kak. Aku merasa jadi gadis paling beruntung di dunia karena mendapat cinta dari kakak."
Aaron menggeleng sambil menyentuh lembut wajah Lidya dengan tangan kanannya dan tersenyum tipis. "Aku yang paling beruntung karena dicintai segitu besarnya olehmu, Lidya."
Drrt... Drrt...
Keduanya menoleh pada ponsel Aaron yang berada di sakunya, tanpa basa-basi pria itu mengangkat panggilan dari Louis. Awalnya Aaron hendak melempar cemoohan tapi pria itu justru dibuat tercengang dengan perkataan adiknya. Wajah Aaron yang memucat tanpa mengeluarkan sepatah kata pun terlihat amat serius dan langsung berubah menjadi ekspresi khawatir.
"Mama sakit apa? Di ruang berapa?" Aaron bertanya dengan napas memburu, kedua alisnya hampir bertaut.
Setelah Aaron mendapatkan jawaban, ia langsung menarik tangan Lidya untuk melesat ke lokasi tujuannya sambil mematikan panggilan. Aaron tahu Lidya terus-terusan menatapnya meminta penjelasan dari kaca spion tapi pria itu terlihat amat marah dan mengendarai dengan kecepatan seperti orang kesetanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Warm Rain
Mystery / Thriller2nd Winston Books ●DILARANG KERAS MENCURI SECUIL PUN IDE DARI CERITA INI! PLAGIAT JAUH-JAUH!● Lidya Diana Gadis yang kesepian karena orangtuanya selalu berkerja, ia hobi membaca novel menyanyi dan bermain gitar. Ia tidak populer juga tidak nerd, ia...