"Salah paham beragam tapi sama-sama menyakitkan."
-Stylly Rybell, Warm RainLangkah kiri dan kanan terus bergantian dengan cepat, mengejar seseorang yang terus-terusan dipanggilnya tapi tidak kunjung menyahut bahkan berbalik. Lidya frustrasi, langkah pendeknya itu sangat menyiksanya.
Sekitar tujuh meter dari pintu masuk perpustakaan terdapat gadis yang terlihat sekitar berpaut empat atau lima tahun dari Lidya menghalangi jalannya bersama kedua teman gadis itu. Dapat Lidya simpulkan bahwa mereka senior Lidya dan sudah pasti marah persoalan Aaron.
"Permisi, kak," Lidya berusaha melewati mereka dari salah satu celah meski ia ditarik dan dihempaskan hingga kembali ke tempatnya seperti semula. "Kak, aku harus bicara sama Kak Aaron!"
"Diam kamu, murahan!" Lidya tersulut emosi mendengar panggilan yang diberikan seniornya itu tapi ia juga takut. Gadis berambut ombre merah maroon di hadapan Lidya terlihat seperti pemimpin mereka dan satu-satunya pembicara. "Merasa kecantikan kamu? Dengan enggak tahu malunya menggoda Aaron!"
Lidya tidak begitu mendengarkan, ia melihat Aaron tepat di depan pintu perpustakaan dan betapa bahagianya Lidya ketika pria itu berbalik menatapnya tapi hanya beberapa saat Aaron kembali berbalik untuk masuk ke dalam perpustakaan sambil memakai earphone-nya, Aaron mengacuhkannya. Hati Lidya sakit melihat perlakuan Aaron hingga mata dan hidungnya terasa panas.
Bruk!
Lidya terhempas ke tanah, betapa sakitnya bokongnya mentolerir rasa hentakan itu. Air mata Lidya tidak dapat ia bendung, ia menangis, malu, sakit, juga karena sikap Aaron yang acuh padanya. Tapi bukankah itu memang sifat Aaron? Mengapa Lidya begitu mengharapkan hal lebih?
"Dasar penggoda enggak tahu malu, sadar diri kamu!" Ucapan itu disertai dorongan di kepala Lidya bergantian dari ketiga gadis yang berdiri di hadapannya.
"Eh, berhenti!" Teriak satpam si penjaga perpustakaan yang baru saja menyadari tindakan bully berusaha mengejar ketiga gadis pelaku penindasan pada Lidya tapi mereka segera pergi hingga satpam bernama Sudirman itu menghampiri Lidya. "Kamu enggak apa-apa, dek?"
Lidya mengangguk masih dengan air mata yang mengucur kemudian berusaha bangkit tapi sialnya terasa nyeri, ia keseleo. Tentu saja hal itu membuat air mata di wajah Lidya semakin banyak, kakinya lebam saja sudah membuatnya menderita apa lagi keseleo.
Lidya beruntung karena satpam itu dan salah satu mahasiswa yang baru saja keluar dari perpustakaan membantunya berdiri, jika tidak ia akan terus-terusan menahan malu menjadi bahan tontonan. Setelah beberapa saat satpam itu kembali bertugas dan menjawab beberapa pertanyaan pengunjung sementara Lidya dibantu berjalan dengan mahasiswa yang menolongnya tadi.
Tatapan Lidya tidak ada hentinya mencari keberadaan Aaron. Dan pada saat Aaron keluar, pria itu menatapnya dengan tatapan datar, dingin, tidak peduli. Segera Lidya menjauhkan diri dari pria di sampingnya, ia tidak ingin terlihat dalam posisi seperti itu di depan Aaron dan ia juga tidak tahu alasannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Warm Rain
Mystery / Thriller2nd Winston Books ●DILARANG KERAS MENCURI SECUIL PUN IDE DARI CERITA INI! PLAGIAT JAUH-JAUH!● Lidya Diana Gadis yang kesepian karena orangtuanya selalu berkerja, ia hobi membaca novel menyanyi dan bermain gitar. Ia tidak populer juga tidak nerd, ia...