2nd Winston Books
●DILARANG KERAS MENCURI SECUIL PUN IDE DARI CERITA INI! PLAGIAT JAUH-JAUH!●
Lidya Diana
Gadis yang kesepian karena orangtuanya selalu berkerja, ia hobi membaca novel menyanyi dan bermain gitar. Ia tidak populer juga tidak nerd, ia...
"Hujan itu terasa dingin tapi mengapa kali ini hangat? Apa kamu menjelma menjadi angin dan memelukku?" -Stylly Rybell, Warm Rain
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Steve baru saja pergi untuk mengurus administrasi dan melanjutkan pekerjaannya sementara Aaron sibuk mengupas apel untuk ibunya dan Louis berdiri sambil bersandar di dinding dengan tatapan tajam menusuk Lidya. Gadis itu terduduk di sofa sambil menahan ketakutan sebab Louis menatapnya seperti ingin mengulitinya hidup-hidup.
"Kamu mau matamu kukeluarkan dari rongganya?" Tawaran Aaron mengundang semua pasang mata mengarah padanya, sementara pria itu sibuk mengupas apel di tangannya seolah-olah perkataannya tidak berbobot.
Jocelyn yang tadinya sibuk memerhatikan Aaron kini menatap Lidya dan anak bungsunya yang langsung salah tingkah dan tersenyum manis padanya. "Louis-ku sayang, jangan kamu pelototi Lidya terus!"
Louis menggeleng. "Enggak, aku cuma heran sebentar lagi lewat jam malamnya, kan? Bagaimana kalau aku yang mengantar-"
Srak!
Pisau yang ada di tangan Aaron langsung mendarat sempurna tepat di samping kepala Louis. Jocelyn dibuat terperangah karenanya. "Aaron!"
"I'll kill you, asshole." Aaron berucap dingin disertai tatapan tajamnya, terlihat sekali pria itu meredam amarah. Aaron melempar buah apel di tangannya tepat ke wajah Louis, untung saja Louis siaga sehingga ia dapat menangkapnya jika tidak dapat dipastikan wajah tampannya mendapat memar karena betapa kerasnya kakaknya melempar. "Kupaskan apel untuk mama!" Aaron menatap ibunya dan mengecup keningnya lembut. "Aaron antar Lidya dulu, ya ma. Cepat sembuh."
Aaron meraih tas belanjaan Lidya di atas sofa dan menggenggam tangan gadis itu erat, sebelum ia benar-benar keluar ia berbalik. "Telepon aku kalau operasinya dimulai!"
"Enggak dengar! Enggak dengar!" Louis menutup kedua telinganya menyebalkan tapi di saat Aaron menghentakkan kakinya bertujuan menggertak, ia terkejut. "Ya-ya! Cepat pergi! Semoga kamu mati di jalan!"
"Louis!" Tegur Jocelyn.
***
Lidya turun dari motor Aaron, sebelum pria itu tanjak gas, ia menyentuh punggung telapak tangannya bertujuan menenangkan. Tentu saja Aaron menatapnya sambil tersenyum di balik helmnya. Tanpa peringatan lain, Lidya langsung memeluknya erat. "Aku tahu kakak berusaha terlihat kuat tapi hati kakak sakit, kan?"
Aaron tersenyum sambil melepas helmnya mengusap-usap punggung Lidya pelan. Hatinya memang hancur ketika melihat rambut halus ibunya tidak lagi tergerai indah, wajah cantik ibunya tidak lagi segar seperti sebelumnya, dan tubuh kurus malaikat tak bersayapnya terlihat tidak sehat.
"Tante Jocelyn pasti baik-baik saja, kakak enggak perlu khawatir!" Lidya berucap dengan suara bergetar, gadis itu selalu saja menangis. "Maaf, kak!"